Kembali lagi mommy berkarya, Semoga kalian suka ya.
Mahreen Shafana Almahyra adalah seorang ibu dari 3 anak. Setiap hari, Mahreeen harus bekerja membanting tulang, karena suaminya sangat pemalas.
Suatu hari, musibah datang ketika anak bungsu Mahreen mengalami kecelakaan hingga mengharuskannya menjalani operasi.
"Berapa biayanya, Dok?" tanya Mahreen, sebelum dia menandatangani surat persetujuan operasi.
"500 juta, Bu. Dan itu harus dibayar dengan uang muka terlebih dahulu, baru kami bisa tindak lanjuti," terang Dokter.
Mahreen kebingungan, darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?
Hingga akhirnya, pertolongan datang tepat waktu, di mana CEO tempat Mahreen bekerja tiba-tiba menawarkan sesuatu yang tak pernah Mahreen duga sebelumnya.
"Bercerailah dengan suamimu, lalu menikahlah denganku. Aku akan membantumu melunasi biaya operasi, Hanin," ucap Manaf, sang CEO.
Haruskah Mahreen menerima tawaran itu demi Hanin?
Atau, merelakan Hanin meninggal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6: Peros Gila Harta
"Cepat!!! Mahreeen!!" teriak Peros yang menarik Mahreeen.
Mahreeen berdiri kaku di sudut rumah sakit, tubuhnya gemetar melihat Peros yang terus memaksa meminta uang dan di tarik tubuhnya hingga ke sudut. Dia berpikir akan segera memberikannya demi menghindari masalah, namun tiba tiba Olaf, yang kebetulan sedang berada di rumah sakit untuk mengurus administrasi penjaminan, muncul. Olaf langsung bertindak cepat dan mengusir Peros yang telah membuat keributan di tempat yang seharusnya tenang. Olaf memang sudah mendapat instruksi dari Manaf untuk menjaga Mahreeen, dan sekarang dia paham bahwa dugaan Manaf tentang Peros memang benar.
"Apa apaan kamu membuat gaduh di sini? Ini rumah sakit, Peros!" tegas Olaf, suaranya keras namun terkendali.
"Saya cuma mau hak saya! Itu bukan urusan kamu!" tolak Peros membalas dengan kasar, membuat beberapa orang di sekitar mereka melirik dengan was was.
Mahreeen, yang masih terguncang, terkejut melihat perubahan drastis dari Peros. Sifat aslinya kini benar benar terbongkar seorang pria yang begitu terobsesi dengan uang. Semua kenangan baik yang pernah mereka alami selama pernikahan seakan lenyap di depan mata Mahreeen. Di tengah kemarahannya, Peros mengancam sesuatu yang sangat mengejutkan.
"Kalau kamu nggak kasih uangnya sekarang, aku akan buka mulut soal rencana busuk kalian. Semua orang akan tahu!" ancam Peros dengan nada penuh dendam.
Mahreeen semakin takut. Sejak kapan Peros menjadi seperti ini? Dulu mereka pernah hidup bahagia, bahkan walaupun dalam keterbatasan. Kini, demi uang, dia siap menghancurkan segala yang mereka bangun bersama.
Peros!!!! Kamu berubah!!! Aku sudah tidak bisa mengenalimu lagi, dimana Peros yang dulu??? Peros yang sangat penyayang anak anak, sayang padaku. Kenapa bisa aku tidak sadar jika sekarang dia bukan lagi Peros yang dulu!! Sesal batin Mahreeen.
Namun, Olaf, yang sudah terbiasa menghadapi orang orang seperti Peros, tak gentar sedikit pun. Dengan sikap elegan namun cerdik, dia balik mengancam Peros.
"Uangmu akan kamu dapat, Peros, tapi bukan sekarang. Kamu hanya akan menerima kompensasi setelah proses perceraian dengan Mahreeen selesai, dan itu termasuk hak asuh anak anak yang jelas jatuh pada Mahreeen. Setelah itu, kamu tidak punya hak apapun lagi atas mereka." ucap Olaf tegas.
Kata kata Olaf seakan menjadi pukulan telak bagi Peros. Wajahnya memerah, jelas terlihat marah tapi juga tidak berdaya menghadapi logika dan ketegasan Olaf. Mahreeen hanya bisa diam menyaksikan perdebatan ini, sementara dalam hatinya, kekecewaan terhadap Peros semakin menumpuk.
Ck!!! Sial!! Sungguh sial sekali aku!!!! Uang didepan mata tapi tidak bisa aku pakai!!! Dasar wanita bodoh!!! Aku pastikan akan selalu memerasmu! Batin Peros.
Setelah Peros pergi dengan ancaman yang menggantung, Mahreeen mengucapkan terima kasih kepada Olaf. Dia merasa sedikit lega karena Olaf berhasil meredakan situasi yang hampir berakhir buruk.
"Terima kasih Pak Olaf, jika tidak ada anda disini. Saya pasti sudah menuruti kemauannya," ucap Mahreeen.
"Itu sudah jadi tanggung jawab saya Nona Mahreeen, tugas dari Pak Manaf langsung, jika Nona ada apa apa bisa hubungi saya atau Pak Manaf." ucap Olaf sebelum berpamitan.
Tanpa banyak bicara lahi, Mahreeen berjalan menuju ruangan NICU, di mana Hanin dirawat. Tidak lama setelah itu, tim dokter memanggilnya untuk membahas jadwal operasi Hanin.
"Besok siang, operasi pertama Hanin akan dilakukan. Kami sudah mempersiapkan semuanya, tapi tentu saja, mohon doa dan harapannya agar operasi ini berjalan lancar." ucap salah satu dokter.
"Baik, Dok. Lakukan yang terbaik untuk anak saya," pinta Mahreeen.
"Tentu, Bu," jawab Dokter itu.
Mahreeen tak bisa menahan air matanya. Sejak awal, segala penderitaan yang dia alami hanya demi satu hal, keselamatan anak anaknya. Dalam hati, dia terus berdoa kepada Allah SWT, berharap tim dokter bisa menyelamatkan Hanin dan memberinya kesempatan hidup yang lebih baik.
Ya Allah, aku selalu bersujud padamu dengan segala kekurangan hambamu ini. Hanya engkau pemilik segala kelebihan dan kesempurnaan. Memohon dan meminta padamu ya Rob, agar bisa menyelamatkan dan memberikan sehat kembali pada anakku, Hanin.
Berikan kasih sayanmu, padamu Hanin agar bisa tetap hidup. Aku sebagai ibunya akan melakukan apapun demi anak anakku. batin Mahreeen.
Sementara itu, di tempat lain, Peros kembali ke rumah dalam keadaan marah besar. Semua rencana besarnya untuk menggunakan uang dari Mahreeen ternyata gagal total. Dia telah membual kepada teman temannya bahwa dia akan mendapatkan 'lotre besar', namun kenyataannya nihil. Kini, di antara rasa malu dan amarah, salah satu temannya mengejeknya sebagai pembohong ulung yang tak bisa dipercaya.
"Brengsek!!! Aku tidal pembohong!!" tidak terima Peros yang langsung memukul temannya.
Bug!!!
Bug!!!!
Tidak terima dengan hinaan tersebut, Peros langsung menghajar temannya. Perkelahian pun terjadi, saling pukul dan dorong, hingga warga sekitar harus turun tangan untuk melerai mereka. Kekacauan ini semakin menunjukkan betapa rendahnya moral Peros telah jatuh, demi uang yang tak pernah dia dapatkan.
"Peros!!!" teriak pak Rt.
"Pisahkan mereka dan bawa dia keluar!" perintah Pak Rt lagi.
"Kamu seperti anak kecil saja Peros! Tidak malu jadi tontonan warga! Anakmu!" bentak pak Rt lagi.
Lalu setelah itu warga bubar dari sana, aksi yang seru untuk bisa di lihatnya telah usai. Sungguh sangat sabar sekali Mahreeen.
"Sabar banget ya Si Mahreeen itu," ucap salah satu warga.
"Ya betul, suami pengangguran di simpen! Buang!" ucap yang lainnya.
"Amit amit punya suami kayak modelan gitu!" ucap yang lainnya.
Sementara itu, Mahreeen pulang ke rumahnya yang berantakan, dan hatinya semakin hancur. Rumah yang dulu menjadi tempat perlindungan dan ketenangan, kini hanya menjadi saksi bisu dari kekacauan hidupnya. Anak pertamanya masih di rumah sakit, sementara dia hanya sempat pulang sejenak untuk memeriksa kondisi anak keduanya dan menyiapkan keperluan untuk menginap di rumah sakit lagi.
Peros tidak ada di rumah. Namun, jejak ketidakpeduliannya tampak jelas dari segala kekacauan yang ditinggalkannya. Mahreeen hanya bisa memandang dengan perasaan hancur.
Bagaimana mungkin ini semua terjadi? batinnya bertanya tanya.
Peros!!! Semakin jauh saja kamu perbuat, jangan salahkan aku jika aku memilih pergi darimu, bukan hanya aku tapi anak anak juga. Aku tidak tahu akan kemana arah hidupku kelak. Tapi yang jelas aku tidak lagi denganmu, Peros! Batin Mahreeen.
Dalam hatinya, Mahreeen berdebat dengan perasaan kecewa, marah, dan putus asa. Hidupnya sudah terombang ambing di antara tanggung jawab sebagai ibu, dan rasa kecewa pada suami yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Kini, keputusan besar yang diambilnya untuk menerima tawaran Manaf terasa semakin berat, meski itu adalah satu satunya jalan yang dia miliki untuk menyelamatkan anak anaknya.
...****************...
Hi semuanya!! Tinggalkan jejak kalian disini ya.
bentar lagi up ya di tunggu
Yang suka boleh lanjut dan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Dan yang ga suka boleh skip aja ya.
Terima kasih para raiders ku.