NovelToon NovelToon
Suami Kontrak Miss Perfeksionist

Suami Kontrak Miss Perfeksionist

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fafafe 3

"Menikahlah denganku, maka akan kutanggung semua kebutuhanmu!"

Karina Anastasya harus terjebak dengan keputusan pengacara keluarganya, gadis sebatang kara itu adalah pewaris tunggal aset keluarga yang sudah diamanatkan untuknya.
Karina harus menikah terlebih dahulu sebagai syarat agar semua warisannya jatuh kepadanya. Hingga pada suatu malam ia bertemu dengan Raditya Pandu, seorang Bartender sebuah club yang akan mengubah hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafafe 3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi Pertama

Keesokan harinya, Pandu dan Karin kembali bertemu di apartemen Karin, tempat yang mereka pilih sebagai markas untuk mengatur strategi rahasia mereka. Pagi itu, suasana terasa serius. Keduanya duduk di ruang tamu yang modern, dilengkapi dengan meja penuh dokumen dan laptop yang menyala.

"Kita harus hati-hati dengan setiap langkah," ucap Karin, membuka percakapan. "Om Heru bukan orang yang mudah dikelabui, tapi kita tidak bisa mundur sekarang."

Pandu, yang duduk di seberangnya, menatap serius. "Aku setuju. Kita harus memastikan semua terlihat sah di matanya, tapi tetap sesuai dengan rencana kita. Apa langkah pertama yang kamu rencanakan?"

Karin mengeluarkan folder dari tasnya dan meletakkannya di meja. "Aku sudah menghubungi wedding organizer untuk mengatur pernikahan kecil kita. Mereka akan menyiapkan dokumen pernikahan, dan aku sudah menghubungi kenalanku di KUA. Kita akan mendapatkan surat nikah yang legal, tapi dengan klausul rahasia yang memungkinkan kita bercerai dengan cepat setelah enam bulan."

Pandu mengangguk. "Bagus. Aku bisa memainkan peranku sebagai suami dengan baik, tapi kita perlu memastikan bahwa cerita kita konsisten di mata semua orang."

Karin setuju. "Kita harus mengatur bagaimana kita akan ‘bertemu’ dan membangun cerita tentang hubungan kita. Om Heru mungkin akan menanyakan lebih dalam tentang bagaimana kita bertemu dan apa yang membuatku memilihmu."

Pandu tersenyum tipis. "Kita bisa katakan bahwa kita bertemu saat aku menangani proyek konsultan untuk salah satu klienmu. Itu akan masuk akal bagi orang-orang, dan Om Heru tidak akan berpikir aneh."

Karin menyukai ide itu. "Benar. Itu bisa diterima. Kita juga perlu memastikan ada beberapa saksi yang bisa mendukung cerita kita. Orang-orang yang tahu kita sudah ‘bersama’ untuk sementara waktu. Teman-temanmu mungkin bisa membantu."

Pandu mengangguk. "Aku bisa ajak beberapa orang yang bisa dipercaya. Mereka akan menjaga rahasia ini dan memastikan Om Heru percaya."

Karin kembali membuka dokumen di depannya. "Aku juga sudah mengatur kontrak pernikahan kita. Ini adalah kesepakatan hitam di atas putih. Semua sudah jelas, termasuk batas waktu enam bulan dan pembagian harta setelah kita selesai."

Pandu meraih dokumen tersebut dan membacanya dengan seksama. Dia mempelajari setiap detail, memastikan tidak ada celah yang bisa mengancam rencana mereka di kemudian hari. "Semua tampak solid. Aku setuju dengan ketentuannya."

Karin tersenyum lega. "Bagus. Sekarang, kita harus mulai tampil di depan umum. Kita akan menghadiri acara amal minggu depan, seperti yang kubilang. Itu akan menjadi langkah pertama kita untuk meyakinkan orang-orang bahwa kita pasangan yang serius."

Pandu menghela napas dalam, mempersiapkan dirinya. "Aku siap. Ini akan menjadi bagian yang sulit, berakting sebagai pasangan di depan orang lain, terutama orang-orang terdekatmu."

Karin tersenyum samar. "Jangan khawatir, aku yakin kita bisa melakukannya. Kita hanya perlu berakting sebagai pasangan yang baru jatuh cinta, tapi tidak terlalu dramatis. Orang-orang akan percaya."

Setelah membahas detail strategi sosial mereka, Karin mengeluarkan daftar undangan untuk acara pernikahan kecil yang akan mereka adakan. Hanya teman-teman dekat dan beberapa keluarga yang diundang, termasuk Om Heru.

"Kita harus memastikan resepsi terlihat sederhana tapi berkelas," kata Karin, matanya fokus pada daftar undangan. "Om Heru akan melihat setiap detail. Jadi, kita harus memastikan semuanya sempurna."

Pandu mengambil napas panjang dan tersenyum tipis. "Baiklah, aku siap memainkan peran ini. Pastikan aku tahu jadwal kita selanjutnya."

Karin menutup dokumen terakhir dan menatap Pandu dengan tatapan tegas. "Jangan lupa, Pandu. Ini hanya sementara. Enam bulan, dan kita bisa berpisah tanpa ada masalah."

Pandu menatap balik Karin, matanya tenang. "Aku tahu. Aku akan menjalankan peranku dengan baik. Kita akan sukses menjalankan rencana ini."

Dengan kesepakatan yang telah matang, keduanya bersiap untuk menghadapi tantangan besar yang akan datang. Pandu dan Karin kini telah menjadi tim yang solid, berkomitmen untuk menjalankan pernikahan kontrak mereka tanpa sepengetahuan Om Heru, sebuah pernikahan yang penuh kepura-puraan, tapi harus terlihat sempurna di mata semua orang.

Seminggu berlalu sejak pertemuan itu, dan hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Karin dan Pandu bersiap menghadiri acara amal yang dihadiri oleh banyak orang penting, termasuk Om Heru. Acara ini adalah ujian pertama bagi mereka untuk menampilkan diri sebagai pasangan yang 'serius'.

Di dalam mobil menuju lokasi, Karin mematut dirinya di kaca spion, memastikan segala sesuatu tentang penampilannya sempurna. Pandu, yang duduk di sebelahnya, terlihat tenang, meskipun jauh di dalam dirinya, ia merasakan ketegangan.

"Kamu sudah hafal ceritanya, kan?";tanya Karin tanpa menoleh.

Pandu menoleh padanya dan mengangguk. "Aku sudah ingat setiap detailnya. Bagaimana kita bertemu di proyek bisnis, bagaimana kamu tertarik padaku karena keseriusanku dalam pekerjaan. Semuanya sudah ada di kepala."

Karin tersenyum tipis, lalu menarik napas panjang. "Bagus. Jangan sampai ada yang mencurigai. Ingat, Om Heru akan ada di sana, dan dia pasti akan memperhatikan kita."

Pandu memperbaiki jasnya, bersiap menghadapi malam itu. "Tenang saja, aku bisa berakting dengan baik."

Sesampainya di acara, mereka segera menarik perhatian. Pandu dengan sikap tenangnya tampak cocok berdampingan dengan Karin yang anggun dalam balutan gaun elegan. Mereka melangkah masuk, tersenyum pada orang-orang, berusaha terlihat seperti pasangan yang benar-benar jatuh cinta.

Tak butuh waktu lama sebelum mereka bertemu Om Heru, yang sudah mengamati mereka dari jauh. Pria paruh baya itu tersenyum tipis, namun ada tatapan tajam di balik kacamatanya.

"Karin, Pandu. Kalian terlihat serasi malam ini," kata Om Heru, suaranya ramah tapi penuh dengan ketelitian.

Karin, yang sudah terbiasa dengan tatapan pengacara itu, membalas senyumnya dengan santai. "Terima kasih, Om. Kami merasa sangat beruntung bisa menemukan satu sama lain."

Pandu, yang telah mempersiapkan dirinya, menambahkan, "Kami memang tidak menyangka akan bertemu dalam kondisi kerja, tapi takdir membawa kami bersama."

Om Heru menatap Pandu sejenak, seolah mencoba membaca lebih dalam. "Ya, kadang-kadang cinta datang dari tempat yang tidak terduga. Namun, pernikahan itu bukan perkara kecil. Kalian berdua harus benar-benar memahami tanggung jawabnya."

Karin merespon cepat. "Kami mengerti, Om. Kami sudah membicarakan semua hal ini dengan matang. Kami siap untuk melangkah lebih jauh."

Om Heru mengangguk pelan, tapi masih tampak waspada. "Baiklah. Aku harap kalian benar-benar tahu apa yang kalian lakukan. Aku hanya ingin yang terbaik untuk keluargamu, Karin."

"Terima kasih, Om. Kami berdua menghargai itu," jawab Karin dengan senyum yang lebih lebar.

Setelah beberapa saat berbincang, Om Heru pun pamit untuk berbicara dengan tamu lainnya. Namun, Karin tahu bahwa pengacara itu masih menyimpan keraguan. Tatapan tajamnya seolah menjadi pengingat bahwa rencana mereka harus berjalan sempurna tanpa ada celah.

Saat Om Heru menjauh, Pandu berbisik pelan, "Dia tidak sepenuhnya percaya pada kita."

Karin mengangguk, mengencangkan genggaman tangannya di lengan Pandu. "Aku tahu. Tapi selama kita tidak membuat kesalahan, dia tidak akan bisa menemukan apa-apa."

Malam itu, mereka menghabiskan waktu dengan berinteraksi dengan tamu lainnya, memperkuat citra sebagai pasangan yang bahagia. Pandu berperan dengan sangat baik, tampil sebagai pria pendiam tapi penuh perhatian terhadap Karin. Beberapa kali ia merangkul bahu Karin, berbicara dengan lembut, dan memastikan semua orang melihatnya sebagai suami yang penuh kasih.

Acara amal itu pun berjalan dengan lancar, tapi Karin dan Pandu tahu bahwa ini baru langkah pertama. Masih ada banyak hal yang harus mereka persiapkan sebelum pernikahan mereka diresmikan secara publik. Setelah resepsi, mereka juga harus memastikan bahwa kehidupan pasca-pernikahan mereka terlihat cukup meyakinkan di mata Om Heru dan dunia luar.

Saat mereka meninggalkan acara, Karin dan Pandu sama-sama merasa lega telah melewati ujian pertama ini. Namun, keduanya sadar bahwa mereka tidak bisa lengah sedikitpun.

Di dalam mobil, saat kembali ke apartemen, Karin berbicara pelan. "Kita berhasil untuk malam ini, tapi kita masih punya banyak hal yang harus dipersiapkan. Om Heru tidak mudah dibohongi."

Pandu mengangguk. "Aku tahu. Kita harus selalu waspada. Tapi aku yakin, jika kita tetap pada rencana, semuanya akan berjalan lancar."

Karin menatap Pandu sejenak dan tersenyum samar. "Kamu lebih tenang daripada yang kuduga. Aku kira kamu akan gugup di acara tadi."

Pandu tertawa kecil. "Aku pernah menghadapi situasi yang lebih buruk dari ini. Asalkan kita tetap berpikir jernih, aku yakin kita bisa lolos."

Karin tersenyum. "Semoga saja kamu benar."

Perjalanan menuju pernikahan mereka kini semakin mendekat. Tapi keduanya tahu, semakin dekat mereka pada tujuan, semakin besar pula risiko yang harus dihadapi.

1
Gus Surani26
seru nih
Gus Surani26
wahhh, kira2 gmn ya cara mereka melakukan nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!