Menceritakan tentang Naomi, seorang istri yang dijual oleh suaminya sendiri untuk membayar hutang. Dia dijual kepada seorang pria tua kaya raya yang memiliki satu anak laki-laki.
"Dia akan menjadi pelayan di sini selama 5 tahun, tanpa di bayar." ~~ Tuan Bara Maharaja.
"Bukankah lebih baik jika kita menjualnya untuk dijadikan PSK?" ~~ Gama Putra Maharaja.
Bagaimana nasib Naomi menjadi seorang pelayan di rumah mewah itu selama 5 tahun? Apa yang akan terjadi padanya setelah 5 tahun berlalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Sebuah ungkapan
Kalimat yang diucapakan Gama beberapa waktu yang lalu membuat Naomi kesulitan memejamkan matanya, padahal jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi.
Selama ini dia sadar, jika perlakuan Gama padanya berbeda dengan pelayan lainnya. Tapi dia tidak menyangka hal ini akan terjadi padanya.
FLASHBACK ON
"Aku tertarik padamu," ungkap Gama.
Naomi mengerjabkan matanya berulang kali, otaknya berusaha mencerna kalimat tersebut.
"Maksud Tuan?" balasnya tak paham.
"Aku tertarik denganmu Naomi, tertarik sebagai seorang pria dewasa," jelas Gama.
"Sejak awal kau sudah menarik perhatianku, kau berbeda dari wanita-wanita yang pernah ku kenal. Aku ingin lebih dekat denganmu," lanjutnya tanpa keraguan sedikitpun.
Terkejut! Itu yang Naomi rasakan sekarang, udara di sekitarnya mendadak menipis. Lidahnya kelu, dan otaknya langsung blank.
Apakah saat ini tuan mudanya sedang bercanda?
"Tuan--"
Naomi belum sempat melanjutkan ucapannya karena Gama lebih dulu menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya.
"Aku tidak meminta ijin atau persetujuanmu, aku ingin hubungan kita tidak hanya sekedar tuan dan pelayan, mengerti?"
Naomi tidak menolak maupun mengiyakan, ini benar-benar mendadak untuknya.
"Kau tidak perlu melakukan apapun, biarkan aku yang membuktikan jika aku benar-benar tertarik dengamu," ujar Gama saat melihat keterdiaman Naomi.
"Satu lagi, mulai sekarang jangan panggil aku Tuan dan jangan berbicara formal padaku," pinta pria itu.
"Tapi itu tidak sopan," cicit Naomi.
"Aku tidak menerima bantahan," pungkas Gama.
FLASHBACK OFF
Begitulah apa yang di ungkapkan oleh Gama yang membuat Naomi tidak bisa tidur. Ini terlalu tiba-tiba untuknya.
Dia hanya wanita miskin yang memiliki nasib buruk, bagaimana mungkin seorang pria seperti Gama tertarik padanya? Dengan begitu cepat pula.
Sejauh yang ia lihat selama di sini, Gama selalu membawa pulang wanita-wanita cantik nan modis. Jika dibandingkan dengannya tidak ada apa-apanya.
"Hah!"
Entah sudah berapa banyak dia menghembuskan napas kasar, otaknya rasanya ingin meledak. Ingin menghindar pun bukan opsi yang bagus, karena setiap pagi dia yang bertugas menyiapkan keperluan tuan mudanya itu.
...****************...
"Selamat pagi Naomi," sapa Gama saat melihat Naomi sudah berada di walk in closet pagi ini.
"Pa-pagi, Tuan," balas Naomi dengan terbata.
Dia bahkan sudah masuk ke dalam kamar Gama saat jam masih menunjukkan pukul setengah enam, masih terhitung pagi untuk orang seperti Gama yang sering bangun lebih terlambat.
Tujuan Naomi hanya satu, dia berharap tidak perlu bertatap muka dengan tuan mudanya itu. Tetapi seperti dewi keberuntungan sedang tidak berpihak padanya.
"Kau melupakanya, hm?"
Naomi mengeryitkan alisnya, memangnya apa yang ia lewatkan? Dia menatap Gama seolah meminta penjelasan.
"Sampai kapan kau akan memanggilku "Tuan"? Kita sudah sepakat semalam, kan?" jelas Gama. Kenyataannya Gama lah yang memaksanya.
Naomi langsung menyadari kesalahannya dan menundukkan kepalanya. "Maaf, Tua--. Ah maksudku, maaf Mas Gama."
Shit! Gama mengumpat di dalam hati. Mas?
"Kau memanggilku apa tadi?" tanya Gama ingin mendengar lebih jelas panggilan apa yang digunakan Naomi.
"Mas Gama," balas Naomi dengan jelas.
Awh! Gama berusaha menahan dirinya dengan kuat, baru kali ini seseorang memanggilnya "Mas", tidak di sangka panggilan itu cocok untuknya.
"Tidak sopan jika aku hanya memanggil nama, jadi aku menggunakan "Mas" saja karena Mas Gama lebih tua dariku," jelas Naomi lebih dalam.
Gama sudah tertawa girang di dalam hati, jika tidak ada Naomi mungkin dia sudah jingkrak-jingkrak sekarang. "Panggil aku seperti itu terus! Aku menyukainya," ucapnya.
Naomi mengangguk menyanggupi, "Tumben Mas Gama bangun pagi," tanya Naomi mencoba menghilangkan rasa canggungnya.
"Aku akan ke luar kota hari ini, jadi harus berangkat lebih pagi."
"Kalau begitu Mas Gama mandi dulu, aku akan menyiapkan pakaiannya" balas Naomi.
Gama mengangguk, "Tunggu aku, jangan keluar dulu," perintahnya.
Jadi, selagi menunggu Gama mandi, Naomi juga merapìkan kasur dan menata beberapa barang yang berserakan di lantai.
Tanpa sadar wajahnya memerah, mengingat kembali ucapan Gama semalam. Pria itu memang tidak bisa ditebak.
Setelah menghabiskan waktu sekitar 15 menit, Gama keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang dililitkan di pinggangnya.
"Aku sudah selesai," ucapnya sedikit lebih keras agar Naomi mendengarnya. Seperti anak kecil yang memberitahu ibunya bahwa dia sudah selesai mandi.
Naomi segera menoleh ke arah tuan mudanya, bukan sekali dua kali dia melihat Gama shirtless seperti ini, tapi entah kenapa kali ini terlihat lebih panas.
"Bajumu sudah aku siapakan seperti biasanya," balas wanita itu dengan menahan rasa gugupnya.
Bukannya menuju walk in closet, Gama justru berjalan ke arah Naomi yang berdiri di samping kasurnya.
"Pakaianmu di tempat biasanya," ucap Naomi gugup saat Gama semakin dekat dengannya. Jantungnya berdegup dengan kencang, tanpa sadar dia mundur.
Gama semakin memperpendek jaraknya, semakin dekat dan dekat. Naomi sendiri sudah tidak bisa mundur karena dibelakangnya terdapat nakas.
"Mas Gama mau ngapain?" tanyanya dengan perasaan was-was. Bahkan kedua tangannya sudah menyilang di depan dadanya.
Sett! Sett!
Tanpa di duga Gama mengibaskan rambut basahnya di depan Naomi, yang mana membuat percikan air dari rambutnya mengenai wajah Naomi, otomatis wanita itu memejamkan matanya dengan kuat.
"Lucu. Kau terlihat sangat lucu dengan pipi merahmu itu," celetuknya diiringi tawa kecil.
Naomi yang sudah kepalang malu masih tidak berniat membuka kedua matanya, wajahnya terasa panas, jika berkaca mungkin sudah semerah tomat.
"Jangan takut, aku hanya ingin mengambil ponselku yang berada di nakas," ungkap Gama, menjelaskan kenapa dia mendekat ke arahnya.
Mendengar hal tersebut, Naomi segera membuka matanya. Di depannya, Gama berdiri dengan menggoyangkan ponselnya di hadapannya.
"Aku hanya ingin mengambil ini, tapi jika kau ingin membantuku berganti pakaian aku tidak akan menolak," ujar Gama.
Kedua mata Naomi melotot tak percaya, "Mas Gama!" teriaknya tanpa ragu sedikitpun.
Tawa kencang langsung keluar dari belah bibir Gama, "Aku hanya bercanda," ucapnya lagi, dan berlalu menuju walk in closet untuk memakai pakaiannya.
Pagi ini, adalah pagi terindah untuk Gama karena berhasil menggoda Naomi dan melihat wajah lucunya, sedangkan bagi Naomi pagi ini adalah pagi yang sangat memalukan untuknya.
Bersambung
Terima kasih sudah membaca 🤗
naomi hrus kuat
itu orang iri jgn d pkir kn naomi
senang x baca novel yg ini