Azalea Margarita seorang artis cantik papan atas yang begitu membenci Adiknya sendiri karena sakit lumpuh, Azalea tidak pernah tersenyum sekalipun terhadap Adiknya, bahkan Azalea lebih memilih tinggal di hotel milik Ayah nya karena begitu tidak ingin melihat Adik nya yang lumpuh.
Sifat dan karakter Azalea yang begitu keras, hingga begitu sulit untuk bisa jatuh cinta terhadap laki-laki manapun, hingga akhirnya Azalea di jadikan bahan taruhan oleh Fauzan Harkas sesama artis pemeran utama, dan CEO muda yang royal gemar berpesta demi mencari ke senangan ya itu Ronald Jensen.
Apey pemuda dari desa mencoba mencari ke beruntungan mengadu nasib ke kota, dengan bekal ilmu bela diri dan ke ahlian bisa menyetir, Apey mencoba adu nasib mencari rejeki ke kota demi bisa membahagiakan ke dua orang tuanya, yang ingin mempunyai ladang atau sawah sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saksi pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pandangan pertama.
Dering ponsel Azalea berbunyi buru buru Ririn mengambilnya, terlihat Pak Wiguna yang menelpon membuat Ririn buru buru menuju pintu kamar mandi.
"Lea Papa lo telpon nih," seru Ririn di depan pintu kamar mandi.
"Biarin saja jangan di angkat!" seru Azalea di dalam kamar mandi.
"Kalau ada hal penting bagaimana Lea?" seru kembali Ririn.
"Bodo biarin saja!" seru kembali Azalea.
Ririn menggelengkan kepalanya melangkah menuju tempat tidur, meletakan ponsel Azalea di atas meja samping tempat tidur, lalu membereskan selimut dan bantal yang semerawut di tempat tidur.
Pak Wiguna yang sudah di depan hotel menarik nafasnya dalam dalam, tiap kali telpon Azalea tidak pernah di angkatnya, ke adaan Azalea yang susah di atur dan sering kali membantahnya.
"Anak ini benar benar tidak mau menanyakan ke adaan Adiknya!" ucap Pak Wiguna terus berusaha menahan sabar.
Bagas sebagai manager dan beberapa petinggi hotel, dengan terburu buru menyambut ke datangan Pak Wiguna yang mendadak datang ke hotel miliknya pagi itu.
"Selamat pagi tuan Boss," sapa Bagas membungkuk hormat.
"Selamat pagi tuan Boss,"
"Selamat pagi tuan Boss," sapa para petinggi lainnya membungkuk hormat.
"Pagi semuanya, saya ke sini hanya ingin menemui Azalea, tapi semua amankan?" tanya Pak Wiguna.
"Alhamdulilah semuanya aman tuan Boss, tapi maaf, pagi ini ada pekerja baru bawaan Pak Anton, maaf saya belum mengirim file riwayatnya," terang Bagas.
"Pekerja baru? perempuan apa laki-laki?" tanya Pak Wiguna.
"Laki-laki tuan Boss, namanya Apey dari kampung," jawab Bagas menunduk.
"Apa dia bisa bawa mobil?" tanya kembali Pak Wiguna.
"Saya cek riwayat pengalamannya Apey bisa bawa mobil tuan Boss," jawab Bagas.
Anton datang telat buru buru menghampiri, karena harus mengatur di dalam restoran terlebih dahulu.
"Selamat pagi tuan Boss, maaf saya telat tidak tahu kalau tuan Boss mau datang ke sini," sapa Anton membungkuk hormat.
"Tidak apa apa, tadi kata Bagas kamu bawa pekerja baru?" tanya Pak Wiguna.
"Iya tuan Boss, karena kita ke kurangan satu pekerja untuk di bagian kebersihan belakang hotel," jawab Anton mengangguk.
"Iya tidak apa apa, bawa ke ruangan saya, saya ingin bicara langsung," titah Pak Wiguna.
"Siap tuan Boss," Anton mengangguk.
Pak Wiguna langsung melangkah masuk ke hotel, Bagas Anton dan petinggi lainnya langsung ikut masuk berjalan di belakang, para staf di lantai satu serempak berdiri membungkuk hormat dengan ke datangan pemilik hotel itu.
Setelah Pak Wiguna masuk ke lift, Anton langsung menelpon Pak Harnolis, memberitahukan jika Pak Wiguna datang ke hotel, meminta untuk membawa Apey ke ruangan Pak Wiguna.
Pak Harnolis langsung mencari Apey ke belakang hotel yang sudah mulai kerja mengenakan seragam hotel, Apey sedang membantu merapihkan pengiriman untuk keperluan restoran di lantai bawah belakang hotel.
"Apey ikut dulu saya," ajak Pak Harnolis setelah menemukan Apey.
"Siap Pak," Apey mengangguk sambil melepaskan sarung tangannya.
Beni dan teman kerja yang lainnya merasa heran, Apey di panggil Pak Harnolis yang baru saja kerja pagi itu.
"Ada apa ya?" tanya pekerja melihat ke semuanya.
"Tidak tahu," jawab Beni menggelengkan kepala.
"Apa mau di pindahkan ke bagian lain?" tanya yang lainnya.
"Sudah sudah ayo kembali kerja!" sahut Beni.
Apey yang sudah di dalam lift menuju ruangan Pak Wiguna di lantai paling atas, bertanya tanya dalam hatinya ada apa, namun Apey tidak berani bertanya apa apa.
Setelah keluar dari lift Pak Harnolis baru berbicara memberitahukannya, bahwa yang memanggil Apey Pak Wiguna pemilik hotel itu, tentu membuat Apey terperanjat kaget.
"Saya salah apa ya Pak? apa saya tidak jadi kerja di sini?" tanya Apey baru berani bertanya.
"Saya tidak tahu, Pak Anton tidak bicara apa apa, hanya meminta saya membawa kamu ke ruangan Pak Wiguna," jawab Pak Harnolis sambil berjalan di koridor menuju ruangan Pak Wiguna.
"Siap Pak," Apey tidak bicara lagi mengikuti Pak Harnolis dari belakang sambil membawa sarung tangan.
Tok tok, Pak Harnolis dua kali mengetuk pintu ruangan Pak Wiguna, dan langsung membukanya mengajak Apey masuk ke ruangan.
Pak Wiguna langsung berdiri di kursi kerjanya melihat Pak Harnolis membawa Apey masuk, Pak Wiguna cukup tertegun melihat wajah dan perawakan Apey yang tidak di sangkanya.
"Permisi tuan Boss, ini Apey pekerja yang baru masuk pagi ini," terang Pak Harnolis.
"Terima kasih, Pak Harnolis silahkan kembali kerja, saya mau bicara sebentar sama Apey," titah Pak Wiguna.
"Baik tuan Boss, permisi!" Pak Harnolis langsung melangkah pergi keluar ruangan.
Apey berdiri tegap menunduk sambil memegang sarung tangan yang tidak di masukan ke saku seragamnya, Pak Wiguna menatap dari rambut sampai kaki Apey yang benar benar tidak di sangkanya.
"Nama kamu Apey?" tanya Pak Wiguna.
"Iya tuan Boss Pak," jawab Apey di borong.
"Kamu tahu kenapa saya panggil kamu ke sini?" tanya kembali Pak Wiguna.
"Tidak tuan Boss Pak," jawab Apey menggelengkan kepala.
"Kamu bisa bawa mobil?" tanya kembali Pak Wiguna.
"Bisa Pak," jawab Apey mengangguk.
"Mau saya gaji enam juta perbulan bersih tanpa potongan?"
"Hah! enam juta perbulan? tuan Boss Bapak serius?" tanya Apey hingga melotot tidak percaya.
"Iya, apa saya terlihat main main?" tanya Pak Wiguna.
"Mau Pak, saya mau sekali," Apey mengangguk hingga berulang.
Pak Wiguna mengeluarkan ponsel di saku jasnya, lalu membuka galeri foto keluarganya, Pak Wiguna menyodorkan ponselnya memperlihatkan foto Randika yang duduk di kursi roda.
"Ini anak saya paling kecil, namanya Randika Anditia masih sekolah di bangku kelas dua SMP, namun ke adaannya seperti yang di foto ini, anak saya tidak bisa berjalan,"
"Sudah beberapa minggu saya mencari supir antar pulang sekolah anak saya, sekaligus untuk yang bisa menjaga anak saya di sekolah ataupun di rumah,"
"Jika mau dan mampu bertahan apa lagi jika anak saya merasa cocok, saya akan menaikan gaji lagi, dan tentu bonus pertahun bpjs kesehatan bpjs ketenaga kerjaan, kamu akan mendapatkan semuanya,"
"Sarapan pagi makan siang makan malam fasilitas tinggal saya akan penuhi semuanya, asal fokus bisa menjaga Randika dengan baik, bagaimana apa kamu tertarik?" papar Pak Wiguna menatap.
Apey langsung senyum lebar mendengar tawaran Pak Wiguna, yang hanya fokus menjaga Randika dan yang tentu hanya mengajak Randika untuk belajar dan bermain.
"Siap Pak, siap, saya siap sekali," jawab Apey senyum lebar penuh semangat.
"Alhamdulilah, syukurlah kalau kamu mau, saya sudah melihat semua data riwayat kamu yang sudah Anton kirimkan, kapan kamu siap memulainya?" tanya Pak Wiguna.
"Kapanpun saya siap Pak," jawab Apey dengan wajah sumringah membayangkan gaji enam juta bersih perbulan.
"Bagus, nanti siang ini, saya akan bawa kamu menemui anak saya di sekolah, dan sekarang kamu tidak perlu kerja lagi di hotel ini, saya akan menyuruh Bagas untuk menyiapkan semua keperluan pakaian kamu," terang Pak Wiguna.
"Wah, Alhamdulilah, Bapak baik sekali, siap Pak terima kasih banyak," puji Apey begitu sumringahnya.
Klek terdengar pintu ruangan di buka, Apey langsung menoleh ke pintu, Azalea datang membuka pintu melihat ke Apey tepat Apey melihat ke arah pintu, kedua mata langsung bertemu saling pandang hingga beberapa detik lamanya.
"Masya Allah, bidadari dari khayangan mana ini cantik sekali!" gumam Apey dalam hatinya menatap kecantikan wajah Azalea.
"Ehem! ehem! Itu Azalea anak saya yang pertama," Pak Wiguna berdehem melihat Apey terpesona melihat Azalea anaknya.
"Iya Pak maaf!" Apey langsung menunduk buru buru bergeser sedikit menjauh.
Azalea langsung melangkah masuk dengan wajah ketusnya.
"Ngapain Papa ke sini? mau menanyakan ke adaan aku bagaimana sedang apa, apa baik baik saja iya begitu?" tanya Azalea datang datang langsung marah.
"Randika menanyakan kamu terus Azalea, apa kamu tidak ingat sedikitpun sama Adik kamu sendiri?" tegur Pak Wiguna.
"Ah! aku malu punya Adik lumpuh cacat hanya bisa duduk di kursi roda, Randika hanya bikin aib keluarga, aku tidak mau melihatnya," lontar Azalea dengan wajah marahnya.
"Hentikan Azalea, kamu tidak pantas bicara seperti itu, Adik kamu sangat baik, selalu menanyakan ke adaan kamu yang tidak pernah mau mengakuinya, keterlaluan kamu," bentak Pak Wiguna mengangkat tangannya hendak menampar.
"Ayo tampar Pah? sejak kapan Papa peduli sama aku? Randika Randika, selalu Randika yang Papa utamakan, sampai kapanpun aku tidak mau mengakui Randika sebagai Adikku," timpal Azalea dengan marahnya.
Apey diam tertunduk tidak menyangka sama sekali, melihat ke jadian apa di depan matanya, Azalea begitu lancangnya berani marah terhadap Ayahnya dengan meninggikan suaranya.
Pak Wiguna memegang dadanya takut jika sampai terkena serangan jantung, Apey melihat Pak Wiguna memegang dadanya dengan refleks langsung memegang kedua lengan Pak Wiguna.
"Pak, sabar ya Pak, ayo duduk Pak, tenangkan diri Pak," bujuk Apey memapah Pak Wiguna ke kursi kerja.
Azalea langsung melangkah pergi keluar ruangan tanpa memperdulikan Pak Wiguna, membuat Apey menggelengkan kepala tidak percaya melihatnya.
"Azalea sangat membenci Randika, sudah bertahun tahun lamanya, tapi Randika tidak pernah membencinya sama sekali, Randika selalu menanyakan ke adaan Azalea yang sudah tidak mau pulang kerumah," ungkap Pak Wiguna sambil menenangkan dirinya.
"Maaf Pak, bukan saya mau ikut campur, lebih baik Bapak jaga kesehatan, kasihan Randika jika Bapak sampai sakit," bujuk Apey berdiri di samping meja kerja.
Pak Wiguna menatap Apey mendengar kata kata Apey yang memintanya menjaga kesehatan.
"Apey, bila perlu saya minta tolong, mau ya kamu kerja menjaga Randika," pinta Pak Wiguna menatap.
"Siap Pak, saya siap sekali, tapi tolong, Bapak juga harus mau menjaga kesehatan demi Randika," pinta balik Apey.
Pak Wiguna langsung senyum merasakan sedikit lega mendengar permintaan Apey.
"Iya Apey, kamu benar sekali, saya harus bisa menjaga kesehatan demi Randika agar tidak sedih," Pak Wiguna manarik nafas dalam dalam menenangkan dirinya dan langsung menelpon Bagas.
semoga aja hbs ini gak terjadi kesalahpahaman