NovelToon NovelToon
Heart Choice

Heart Choice

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kyushine / Widi Az Zahra

"... bukankah cinta itu tidak harus bersama? Jika dia lebih bahagia bersama dengannya, maka aku akan ikhlas."

Ketika cinta pergi, akan ada kemungkinan cinta yang baru akan datang, namun semua itu kembali lagi pada sang pemilik hati, apakah kamu mau menerimanya atau justru mengabaikannya. Itulah yang tengah dirasakan oleh Rafael Wilbur.
Adeline datang membawa cinta yang begitu besar untuk Rafael dan keegoisannya membawa dirinya untuk menerobos masuk serta menyingkirkan nama gadis yang berada di hati Rafael.
Lalu, apakah Rafael mampu menerima keberadaan Adeline yang notabenenya sudah ia kenal sejak lama? Dan mampukah Adeline menggantikan posisi gadis yang berada dihati Rafael? Pilihan apa yang akan dibuat Rafael dan Adeline kedepannya?

Disclaimer: Novel ini pernah di upload pada platform sebelah, namun saya memutuskan untuk upload disini..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyushine / Widi Az Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HC 06 - Kecewa

“Kamu harus kembali sekarang, Alvaro akan mengantarmu pulang.”

“Kenapa harus dia? Kak Rafa yang mengajakku keluar, itu artinya kak Rafa juga yang harus mengantarku untuk pulang. Lagi pula aku tidak mengenal Alvaro Alvaro itu” Tutur Adeline dengan sedikit kesal dan tidak terima.

“Tidak ada waktu lagi, Adeline. Kita harus bergegas.” Ucap Rafael yang membawa tas Adeline dan langsung menuntun gadis itu agar meninggalkan tempat tersebut.

Tepat ketika Rafael keluar, Alvaro sudah berdiri didekat mobilnya dan meminta pria itu untuk menjaga Adeline hingga tiba dirumah kakeknya. Sempat terjadi cek cok antar Adeline dan Rafael, karena Adeline masih menuntut penjelasan dari Rafael sehingga harus meminta Alvaro untuk mengantarnya pulang.

Tanpa memberi penjelasan apapun, Rafael langsung menghentikan taksi dan pergi menuju bandara. Merasa kesal dengan Rafael yang mengabaikannya, Adeline memutuskan untuk pulang bersama dengan Alvaro sang wakil asisten.

Sesekali Alvaro melirik kaca spion dan memperhatikan Adeline yang terlihat kesal. Pria itu menghela napas mengingat sikap Rafael yang sedikit acuh tak acuh pada gadis yang tengah bersamanya.

“Maaf jika aku lancang, tapi apa kau menyukai Rafa?” tukas Alvaro yang merasa penasaran, dan Adeline merasa terkejut ketika mendengar pria itu berani memanggil nama Rafael secara terang-terangan.

“Rafa? Apa kau begitu dekat dengannya? Bagaimana pun dia itu atasanmu.” Adeline yang masih diliputi emosi pun berucap dengan nada yang sedikit ketus pada pria yang tengah menyetir saat ini.

“Jika dalam pekerjaan yah memang benar jika dia adalah atasanku, tapi di luar pekerjaan, dia adalah temanku.”

“Teman? Itu artinya kalian sangat dekat?” Adeline yang sudah mulai tenang itu pun tampak penasaran dengan hubungan mereka.

“Aku, Rafa, dan Daren adalah teman satu kampus. Dulu kami memiliki ambisi untuk mendirikan sebuah perusahaan, dan ternyata karena memang Rafa sudah memiliki warisan itu, Rafa melanjutkan usaha keluarganya dan kami membantunya, namun berkat dirinya, kami pun bisa sedikit-sedikit menanam saham dibeberapa perusahaan.”

“Lalu, sebenarnya kemana dia pergi? Dan apa yang membuatnya terburu-buru sampai harus menyuruhmu datang?”

Tanpa menjawab, Alvaro memberikan ponselnya pada Adeline. Disana terdapat pesan yang ia terima dari Daren, sebuah foto cincin yang berinisial R&R di lingkaran dalam cincin tersebut. Mengerti maksudnya, Adeline kembali menyerahkan ponsel tersebut pada Alvaro.

Gadis itu diam tak bergeming, kini dia merasa bahwa dirinya tidak akan pernah bisa untuk masuk ke dalam hati Rafael mengingat pria itu bisa meninggalkan dirinya hanya untuk seseorang yang bahkan tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak.

“Rachel adalah cinta pertamanya, dia begitu tergila-gila sejak pertemuan pertamanya. Dia…”

“… aku tidak ingin mendengarnya.” Adeline memotong ucapan Alvaro.

Setibanya mereka dikediaman keluarga Wilbur, tanpa mengatakan apapun Adeline langsung keluar dari mobil dan masuk dengan berlari. Melihat hal tersebut entah kenapa ada rasa kasihan pada gadis itu. Gadis itu benar-benar mengingatkan dirinya pada mending adiknya.

James terkejut melihat Adeline yang berjalan tanpa menyapa dirinya. Bahkan ketika James memanggilnya, gadis itu tak menggubrisnya. Rasa kecewa yang sungguh besar tengah ia rasakan, bayangan bagaimana Rafael meninggalkannya tanpa penjelasan apapun terus terngiang dalam pikirannya.

“Adel.. apa kakek boleh masuk?” James mengetuk pintu kamar Adel, ia sungguh merasa khawatir dengan gadis yang benar-benar sudah ia anggap sebagai cucu perempuannya.

“Maafkan aku, kek. Aku masuk, namun mengabaikan panggilan kakek terhadapku.” Ucap Adeline yang telah membukakan pintu kamarnya.

“Apa boleh kakek bertanya padamu?” menanggapi itu, Adeline hanya mengangguk pelan. “Apa kau menyukai Rafa? Apa kau bersedia jika kakek memintamu untuk menikah dengannya?” Mendengar hal tersebut tentu saja langsung membuat kedua mata gadis itu terbelalak.

“Bagaimana mungkin, kek?”

Tidak menjawab pertanyaan Adeline, James hanya tersenyum seraya mengusap puncak kepala gadis itu, dan tidak lama setelahnya ia keluar meninggalkan kamar Adeline agar gadis itu bisa bertistirahat.

Matahari pagi telah menyinari langit Bern, dan sudah sejak satu jam lalu Adeline berada dibangsal 2 untuk mengecek kondisi salah satu pasien yang sangat dekat dengannya. Ketika sedang melihat tekanan selang infus, tiba-tiba pasien tersebut mengalami kejang dan dengan cepat Adeline menekan tombol darurat.

“Apa yang terjadi?”

“Saya sedang mengecek saluran selang infus Ray, dan tiba-tiba saja Ray mengalami kejang.”

Mengecek pupil mata Rey, dan Adeline pun menyuntikkan cairan ke dalam infusnya. Ketika Ray sudah terlihat mulai tenang, ibu Ray yang semulanya pergi ke kantin harus ditahan untuk tidak masuk saat kembali, kini sudah diperbolehkan untuk masuk.

“Nyonya Flo, bisa temui saya diruangan setelah sarapan?”

“Baik dok.”

Pria itu pun berlalu dan Adeline langsung mengejarnya, sungguh ia penasaran dengan apa yang terjadi pada Ray saat ini, ia selalu penasaran dengan perkembangan Ray setiap harinya.

“Efran tunggu dulu.” Adeline menyamai langkah pria itu. “Sebenarnya apa yang terjadi dengan Ray? Beritahu aku, Fran.” Tuntutnya dan pria itu langsung menarik lengan gadis itu menuju tangga darurat yang berada disebelahnya.

Adeline merasa sangat terkejut mendapati perlakuan Efran yang begitu tiba-tiba, pria itu menatap lekat wajah Adeline dan Adeline masih tidak mengerti dengan apa yang sedang pria itu lakukan saat ini.

Tidak mengatakan apapun dan tidak memperdulikan apapun, Efran langsung berlutut dihadapan gadis tersebut. Melihat hal tersebut membuat Adeline semakin bingung dengan apa yang terjadi dihadapannya saat ini

“Apa kau baik-baik saja?” Tanyanya.

“Maafkan aku, Del. Maafkan sikapku yang beberapa hari kemarin terkesan mengabaikanmu dan menghindarimu. Sungguh, aku merasa bersalah.”

Saat ini Efran harus benar-benar mencari cara agar Adeline mau memaafkannya dan bisa kembali seperti semula, dengan begitu semua akan bisa baik-baik saja. Bagaimana pun jika Adeline terus marah, hal tersebut akan membuat Efran merasa kesulitan untuk melakukan hal apapun itu.

“Merasa bersalah terhadap siapa?”

“Aku merasa bersalah karena terkesan sudah bersikap acuh tak acuh padamu,” suara Efran sedikit memelan, namun Adeline masih mampu menangkap suara tersebut.

Hal yang dilakukan Efran justru membuat Adeline merasa bersalah, Adeline memang merasa mengabaikan Efran saat menyadari pria itu terlihat sedang menghindari dirinya, namun mungkin itu hanya perasaannya saja.

“Maafkan aku, aku mohon untuk jangan menjauhiku.”

“Aku tidak akan melakukannya, tetapi kau belum menjawab pertanyaanku. Apa yang terjadi pada Ray? Beritahu aku.” Desaknya dan meminta Efran untuk kembali berdiri.

“Kondisi Ray sudah mulai memburuk, Ray harus mendapatkan operasi sesegera mungkin.”

“Tapi apakah sudah ada pendonor untuknya?”

“Beberapa hari lalu aku sudah memberitahu ibu Ray jika rumah sakit sudah mendapatkan donor untuknya, karena aku memasukkan nama Ray dalam urutan darurat saat itu.”

Mendengar kabar itu membuat Adeline merasa bersyukur dan juga lega, karena artinya Ray akan kembali pulih. Kemudian, Adeline meminta Efran untuk segera meminta ibu Ray melakukan operasi untuk putranya.

Ditempat yang berbeda, Rafael sudah tiba di salah satu rumah sakit yang tengah mengotopsi jenazah yang ditemukan beberapa hari lalu. Rafael masih menunggu hasil-hasil tes DNA yang masih dalam tahap penginputan dari pihak rumah sakit.

“Sejak kau tiba, kau belum makan apapun, sebaiknya kau pergi makan. Jika hasilnya sudah keluar, maka aku akan menghubungimu.”

“Tidak Daren, aku akan menunggunya.” Ucap Rafael yang masih menggenggam erat cincin milik Rachel.

1
Nursanti Ani
Rafa udah ad rasa sedikit buat Adel,,,tp takut nanti lg bahagia2 nya Rachel muncul/Shy/
Nursanti Ani
ngarep cinta bgt sih,,,bukan keren malah jijik liatnya,,,,maksa bgt cintanya,,/Hey/
Nursanti Ani
gw rasa sih Rachel masih hidup,,akhirnya Adel nyerah dan pergi,,,kalo sudah tiada baru terasa,,/Sob//Sob//Sob/
Nursanti Ani
cewek bucin begini kl belom d siksa bathin dan d selingkuhin belom sadar diri/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Osi Malang: cerita apa itu
Kyushine: betul, harus digebrak dulu kayaknya biar sadar
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!