Astin yang sakit 3 hari telah meninggal duni, tetapi sebuah jiwa yang tersesat mengambil ahli tubuhnya.
Astin lalu berubah menjadi sangat berbeda, memberi kejutan pada orang-orang yang selama ini menghina Astin.
Kejutan apakah itu?
Yuk baca untuk mengetahuinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Sikap dingin
Tap tap tap....
Arga melangkahkan kakinya menuju lantai dua sampai ia tiba di kamar.
Mereka berdua berpisah kamar, Sebab Dia tidak ingin menyentuh seorang perempuan yang terlihat menjijikan dan berkali-kali berusaha memanjat naik ke atas ranjangnya.
Setelah tiba di pinggir ranjang, Arga pun melemparkan perempuan di gendongannya ke atas ranjang hingga membuat Astin sangat terkejut.
Begitu punggungnya menyentuh kasur yang empuk dan membuka mata menatap pria yang menatapnya dengan wajah yang begitu dingin, Astin menyadari bahwa akting mereka telah selesai.
Inilah hidupnya, di muka keluarga, mereka berdua akan terlihat seperti suami istri sungguhan, namun sebenarnya ketika mereka hanya berdua saja, maka mereka berdua hanyalah seorang asing yang tidak memiliki hubungan apapun kecuali nama mereka yang bersanding sebagai suami istri di atas kertas.
"Aktingmu bagus juga, tapi aku tidak menyarankan kau untuk menyentuhku lain kali!" Suara Arga begitu dingin, diiringi dengan punggung pria itu yang dibalikkan ke arah Astin dan melangkah dengan mantap meninggalkan kamar Astin.
Astin yang ditinggalkan langsung duduk di tempat tidur, ia menatap bengong ke arah pintu yang telah ditutup oleh Arga sebelum sesaat kemudian mengukir sebuah senyuman sinis di wajahnya lalu turun dari tempat tidur.
Astin berdiri di depan cermin, memandangi dirinya, sesaat merasakan kekaguman atas wajah dan keindahan tubuhnya.
Tapi Apa gunanya?
Bahkan suaminya sama sekali tidak tertarik!
Beberapa saat menghabiskan waktu di depan cermin, akhirnya Astin mendengar suara ketukan pintu dan belum selesai ketukan pintu itu, pintunya sudah terbuka memperlihatkan seorang perempuan yang telah memakai gaun berwarna putih polos dengan make up tebal di wajahnya.
Wajah yang cantik, begitu simetris dan dagu yang panjang, hidung yang mancung, mata yang cerah seperti mata seekor anak kucing dan bibir kecil yang mengukir sebuah senyuman.
"Kenapa kau langsung masuk?" Astin mengerut kan keningnya melihat ke arah Chika.
Perempuan yang sangat tidak tahu malu!
"Aku tahu kau hanya sendirian di sini," Chika menatap ke arah pintu lain di kamar itu, itu adalah pintu menuju kamar Arga yang digunakan untuk mengelabui semua orang di rumah tersebut.
Hanya Chika, Astin dan Arga yang tahu bahwa Arga dan Astin sebenarnya tidak tidur di kamar yang sama, di dalam kamar yang dikira semua orang sebagai kamar milik Arga dan Astin, terdapat sebuah ruangan tersembunyi yang selalu dikatakan orang-orang sebagai ruang kerja Arga, namun sebenarnya di balik ruang kerja itu masih ada ruangan lain yang lebih tersembunyi yang sebenarnya merupakan kamar sesungguhnya yang digunakan oleh Arga.
"Aku sendirian atau tidak, bukankah kau harus mengetahui dasar-dasar kesopanan untuk tidak masuk ke kamar orang secara sembarangan?" Suara Astin begitu dingin hingga membuat Chika terkejut menatap Astin.
Mengapa perempuan yang bodoh ini tiba-tiba berkata seperti itu padanya?
Chika pun menghampiri Astin, ia berdiri di depan Astin sambil menatap astin dengan ekspresi bingungnya, wajah astin tampak begitu dingin dan tenang, Tidak seperti biasanya yang selalu menyambutnya dengan sebuah senyuman bahagia.
"Kita ini kan sahabat? Bukankah aku sudah biasa masuk ke kamarmu seperti ini? Aku,,, Aku tidak tahu kau akan berkata seperti ini padaku, padahal aku sangat menghargaimu dan menyayangimu seperti seorang saudaraku sendiri," ucap Chika dengan suara yang begitu lesu.
Astin mengatup erat-erat giginya mendengar ucapan perempuan di hadapannya,, sekarang berlaku seperti orang yang baru saja ditindas!
Kalau Astin yang lama pasti akan langsung meminta maaf dan memeluk Chika, namun Sekarang semuanya telah berbeda sehingga Astin hanya dengan datar berkata, "aku tidak ingin kejadian seperti itu terulang lagi. Dan sekarang Tolong keluar dari sini, aku mau istirahat."
"Eh?" Chika terkejut, ia menatap Astin dengan muka tercengang dan wajah yang tampak sangat polos.
Bagaimana bisa Astin berkata seperti itu padanya?
Bukankah perempuan itu selalu menganggapnya sebagai seorang Dewi? Kenapa tiba-tiba berubah menjadi dingin dan bahkan berani mengusirnya?
"Kau baik-baik saja? Kepalamu tidak terbentur saat jatuh ke kolam kan?" Chika dengan cemas menatap Astin.
"Tidak terbentur sama sekali dan aku juga baik-baik saja! Sekarang mau istirahat, cepat keluar dari sini sebelum aku memanggil pelayan untuk menyeretmu pergi!" Geram Astin kesal.
"Ini tidak benar, pasti ada yang salah denganmu, pasti ada yang salah, kau tidak pernah bersikap begitu buruk padaku seperti ini. Bahkan riasanmu hari ini?" Chika menggelengkan kepalanya, "Kalau kau jadi cantik seperti ini, nanti Arga bisa menyukaimu! Kau mau terjebak selamanya di keluarga ini dan tidak dianggap oleh siapa-siapa? Bukankah kau sangat menyukai Kak Erik? Setelah bercerai dengan Kak Arga, aku akan membantumu mendapatkan hati Kak Erik seperti yang kau lakukan membantuku! Bertahanlah sedikit lagi, aku yakin sebentar lagi Arga akan bosan dengan pernikahan ini dan dia akan menceraikanmu dan pada saat itu Kau pasti bisa bertemu dengan Erik sesuka hatimu. Selain itu memakai make up juga tidak cocok untuk mu, kau tidak ingat apa yang terjadi terakhir kali? Bagaimana kalau itu kembali terulang? Aku sangat cemas saat it--"
"Jangan bicara omong kosong! Kapan aku menyukai pria bernama Erik itu? Apa kau di sini untuk membuat aku dan suamiku jadi salah paham? Sekarang juga cepat keluar dari sini atau aku benar-benar akan berteriak meminta pelayan menjeratmu dari sini!" Bentak Astin Tak tahan lagi mendengar ucapan perempuan di hadapannya yang penuh dengan kata-kata menjijikan.
"Kau,,," Chika mengerutkan keningnya, dia tidak menduga perempuan di hadapannya benar-benar berubah.
Tidak bodoh lagi, bahkan tampak sangat cerdik.
"Pelayan!" Akhirnya Astin berteriak membuat Chika dengan cepat berbalik pergi sambil menggigit Bibir bawahnya.
Setelah pintu kamar tertutup, Astin berdiri memandangi pintu kamar itu dengan dingin.
'Beraninya Kau bilang seperti itu padaku? Seperti terakhir kali? Terakhir kali saat kau ingin mengacaukan pendapatku tentang make up dan akhirnya menambahkan bubuk gatal di seluruh make up yang kugunakan hingga membuatku menderita selama berhari-hari lamanya. Dia bahkan tidak merasa bersalah sama sekali setelah mendorongku ke kolam hanya untuk membunuhku secara diam-diam,' pikir Astin dalam hati sambil mengepal kuat tangannya, dia tak terima perempuan cantik seperti Astin benar-benar dibodohi oleh semua orang.
Pada saat Astin berdiri mengepal kuat tangannya sambil menatap pintu dengan tatapan yang begitu dingin, dia tidak menyadari ketika pria dari kamar lain kemudian keluar dan berhenti di ambang pintu menatap Astin yang masih sibuk dengan pikirannya.
Arga mengerutkan keningnya, dia bisa melihat amarah yang terpendam dan betapa ganasnya perempuan yang sedang memandangi pintu, tapi yang membuatnya terpana ialah kecantikan Astin yang tetap terlihat meski dalam keadaan seperti itu.
Dia terpana!
Tetapi mengingat kembali saat di mana dia memergoki Chika dan Astin bercerita bersama dan bagaimana Astin menceritakan pada Chika bahwa dia sangat membenci Arga dan sangat menyukai pria bernama Erik, wajah Arga menjadi dingin kembali.
Bagaimana bisa?
Dia dikalahkan oleh seorang pria bernama Erik? Erik yang manakah itu? Nama itu cukup pasaran, jadi sulit untuk mengetahuinya.
Namun,, perkataan lain yang membuat Arga sangat tersinggung ialah ketika Astin berkata "Arga hanya beruntung karena lahir di keluarga kaya raya dan menjadi anak pertama sehingga menjadi pewaris utama, coba saja dia lahir di keluarga miskin, Aku yakin hidupnya akan lebih hancur dariku! Tidak akan ada yang menyukainya!" Ucapan itu diungkapkan dengan penuh kebencian seakan-akan kebencian tersebut telah merasuk ke dalam tulang-tulang Astin dan tidak akan bisa dipulihkan dari tubuh Astin meski dengan membunuh perempuan itu.
Arga menunggu cukup lama sampai akhirnya Astin berbalik dari pintu dan hendak pergi ke kamar mandi.
Pada saat itu jugalah Arga menutup pintu kamarnya dan hendak keluar dari kamar hingga membuat Astin menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Arga.
Pria tampan dengan wajah dingin itu hanya berlalu secepat kilat, sama sekali tidak melirik ke arah Astin membuat Astin menggigit Bibir bawahnya dengan kesal.
'Tidak apa-apa, lagi pula masih banyak hari-hari ke depan,' ucap Astin dalam hati sambil melangkahkan kakinya ke kamar mandi.
@@@... Sudah sampai di sini, seharusnya kamu sudah menekan tombol subscribe 'kan?
dasar ular kadot