NovelToon NovelToon
Sikerei

Sikerei

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Epik Petualangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:477
Nilai: 5
Nama Author: Io Ahmad

Karie yang ingin menjadi Sikerei kesatria Maya demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik semua halangan ia lewati, namun kakaknya selalu menghalangi jalannya dalam Menjadi Sikerei pilihan merelakan atau menggapainya akan memberikan bayaran yang berbeda, jalan mana yang ia pilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Io Ahmad, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Go! Go! Go!

Hani menatapnya dengan serius. “Jika hanya ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik, tidak harus menjadi Sikerei untuk kekaisaran, bukan? Pekerjaan lain juga memberikan kesempatan untuk hidup yang lebih baik. Apa yang membuatmu terobsesi untuk menjadi Sikerei?”

“Sebenarnya aku ingin bertemu lagi dengan Ibuku, turnamen festival musim dingin ini dilakukan untuk mengumpulkan prajurit dalam persiapan perang penaklukan wilayah pemberontakan ras siluman yang mana itu dekat dengan tempat terakhir kali aku melihat ibuku”

Karie terdiam sejenak, menatap tanah beku di bawah kakinya. “Sebenarnya aku ingin bertemu lagi dengan Ibuku,” katanya pelan, suaranya hampir tenggelam dalam dingin pagi. “Turnamen festival musim dingin ini dilakukan untuk mengumpulkan prajurit dalam persiapan perang penaklukan wilayah pemberontakan ras siluman. Itu dekat dengan tempat terakhir kali aku melihat ibuku.”

Hani menatap Karie, melihat ketegangan di wajah sahabatnya. Ia meraih bahu Karie dengan lembut. “Karie, kamu harus bicara dengan kakakmu,” katanya dengan suara penuh perhatian. “Ini keputusan besar. Jika dia tahu kamu membuat keputusan ini tanpa memberitahunya, ia mungkin akan merasa dikhianati.”

Karie mengangguk pelan, menyadari kebenaran dalam kata-kata Hani. “Secepat mungkin aku akan bicarakan ini dengan kakakku.”

Saat Karie bersiap pergi ke amfiteater, Hani memegang bahunya dengan kedua tangan. “Jangan terlihat sedih begitu,” katanya dengan senyum lembut. “Semangatlah, bawa kemenangan itu pada kakakmu, supaya ia lebih yakin lagi.”

Mereka pun berpisah. Hani berjalan menuju rumahnya, ingin memastikan keadaan ibunya sebelum menyusul menuju amfiteater melihat pertandingan Karie, namun langkahnya terhenti melihat kerumunan mengitari papan informasi.

Hani menatap papan informasi, mendengar seseorang di kerumunan berkata, “Karie akan melawan pengguna cahaya? Wah, sepertinya dia tidak punya harapan. Memang bangsawan akan selalu diuntungkan.” Hani mengerutkan kening, merasa cemas. “Semoga kamu baik-baik saja, Karie,” gumamnya pelan.

***

Riuh suara menggema di Amfiteater walaupun dinginnya udara tidak memadamkan antusias mereka yang datang untuk melihat Sikerie terbaik dari Elinalis yang akan menjadi harapan untuk mewujudkan mimpi kekaisaran Elinalis.

Suara riuh kerumunan mendadak sirna. Semua mata tertuju pada sosok anggun yang melangkah maju setelah rangkaian pembukaan festival dan tarian menyambut musim dingin. Puteri Kaisar Elinalis ke-12, Senna Haristian, berdiri dengan penuh wibawa, memancarkan aura yang membuat semua orang terdiam.

“Berbahagialah orang-orang Elinalis, kita masih bisa berdiri bersama di sini untuk melihat saudara kita yang akan menjadi harapan mewujudkan mimpi kekaisaran Elinalis,” katanya dengan suara yang menggema. Senna berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya meresap ke dalam hati setiap orang yang mendengarnya.

Suara riuh kerumunan mendadak sirna. Semua mata tertuju pada sosok anggun yang melangkah maju setelah rangkaian pembukaan festival dan tarian menyambut musim dingin. Puteri Kaisar Elinalis ke-12, Senna Haristian, berdiri dengan penuh wibawa, memancarkan aura yang membuat semua orang terdiam.

“Satu dekade berlalu sejak kaisar memindahkan ibu kota dari Elinalis ke Eden, bukan untuk lari. Kami, kekaisaran Elinalis, tidak pernah lupa di mana kita lahir. Namun, sejak menunjukkan masa depan cerah, bangsa lain menganggap Kaisar Harist ke-12 gila.”

Senna menatap kerumunan, melihat reaksi mereka. Beberapa mengangguk setuju, sementara yang lain tampak ragu. “Dengan ‘menyegel Maya manusia’ dengan pohon suci, kita menghapus kesenjangan. Di dunia baru, kami menciptakan masyarakat setara, tanpa penindasan. Walau tanpa bantuan bangsa lain, kita akan mewujudkan perdamaian menyetarakan manusia. Maya pada manusia hanya lebih banyak membawa menumpahkan darah daripada mewujudkan harapan. Oleh karena itu, dunia saat ini melawan kita.”

Dia menarik napas dalam-dalam, suaranya lembut namun tegas. “Saat ini, kami butuh kekuatan kalian, Aisir, dari seluruh penjuru Elinalis. Ingat, manusia pernah satu padu menaklukkan iblis yang memecah kita. Siapa yang menghalangi mimpi kita akan menerima akibatnya.”

“Terima kasih atas pengertiannya, tidak usah panjang lebar lagi kita sambut Prajurit pertama kita Karie dari Aisir dan penantang nya Dux Khari dari Ernies.”

Senna kembali ke tempat duduknya dan disambut oleh Eon. “Cie yang menyambut calon suaminya, ‘Dux Khari!!!’ Manisnya,” ejek Eon. Senna tidak menanggapi ejekan itu dan malah menanyakan hal lain, “Apa kau sudah mengurus kendi kosong itu?”

Eon memberi isyarat kepada prajurit untuk membawa yang dimaksud oleh Senna. “Nampaknya aku memeluknya terlalu erat. Itu kematian yang indah, bukan?” Terlihat tubuh Hani dengan tulang belakang yang patah dan darah mengalir dari tubuhnya dalam pelukan ibunya, Istar. Senna tersenyum tipis. “Pertunjukan selanjutnya…”

… Mulai!” Seru wasit pertarungan, sementara arena dipenuhi sorak sorai penonton. Di satu sisi, Khari berdiri dengan tenang, mengangkat tangannya. Sebuah pedang cahaya melesat ke arah Karie. Dengan cepat, Karie menyentuh lantai, mengumpulkan air untuk membuat penghalang yang membiaskan serangan cahaya Khari.

“Sebaiknya kau menyerah saja sebelum menyesal,” kata Khari, suaranya penuh keyakinan.

Karie mengerutkan kening. “Memang apa yang akan kusesali? Paling harus tunduk pada orang sok sepertimu!” tegasnya, matanya menyala penuh semangat.

Khari tersenyum tipis. “Ah, aku suka perkataanmu. Kalau begitu, akan kujadikan kau ubi bakar.” Sayap cahaya terbentuk di punggungnya, menghindari genangan air yang diciptakan oleh Karie. Serangan bertubi-tubi diluncurkan oleh Khari, dan Karie hanya bisa bertahan. “Bagaimana ini bisa disebut pertarungan jika kau hanya berlindung seperti kura-kura ketakutan? Serang aku!” seru Khari dengan angkuh.

Karie mencoba menyerang dengan tentakel airnya, namun gerakan Khari yang lincah sulit diikat. Walaupun sempat menjeratnya, dengan cepat pedang cahaya Khari melepas ikatannya. Karie melihat kesempatan saat kepakan sayap Khari membuat tumpukan salju di langit-langit berjatuhan. Dia menembakkan bola air ke arah Khari, yang dengan mudah dihindari.

“Serangan seperti itu lambat. Kau tidak akan pernah mengenalku!” Khari tertawa, namun serangan itu bukan ditujukan untuknya, melainkan untuk katalis yang terhubung dengan tumpukan salju. Karie tahu, untuk mengendalikan dan memanipulasi elemen yang terkait, diperlukan sentuhan atau maya ke objek terkait. Khari baru sadar ia jatuh dalam permainan Karie saat sayapnya dijerat oleh tentakel air. Khari kehilangan keseimbangan dan jatuh. Karie tidak menyia-nyiakan kesempatan, segera menarik Khari dengan tentakel airnya, menjatuhkannya ke genangan air di arena, dan melepaskan serangan utamanya.

Dengan segel tangan dan syairnya, Karie membuka “Kanvas, Samudra Gelap Tak Berujung!” menenggelamkan Khari dalam kegelapan.

Penonton terdiam, tidak percaya gadis 14 tahun bisa menggunakan Kanvas, puncak dari kempuan Sikerei. Dalam Kanvas, Sikerei dapat mengeluarkan kemampuan atau seni mereka tanpa jeda antar teknik satu dengan yang lain. Namun, saat kemenangan di depan mata, dari tribun seseorang tanpa seorang pun menyadari keberadaannya menembakkan jarum sumpit yang mengenai lengan kiri Karie. Perlahan, lengan Karie lumpuh dan segel tangannya terlepas, membatalkan teknik Kanvasnya dan mengeluarkan Khari dari kedalaman. Dengan cepat, pedang cahaya menembus lengan dan kaki Karie, menghentikan pergerakannya.

Khari mengangkat tinggi-tinggi pedangnya, matanya bersinar penuh kemenangan. “Kisahmu sudah selesai, Karie.”

Karie gemetar, suaranya bergetar, “Aku… aku… aku harus menemui dia lagi.”

Eon memanggil seseorang yang segera berdiri di sampingnya. “Apa kau tidak kasihan pada putrimu? Jika seperti ini terus, ia akan dieksekusi olehnya… Hagetz?”

Hagetz, memahami maksud Eon. Dengan hati-hati, ia melepas segel di leher Karie dengan segel tangan nya. Seketika, kekuatan yang terpendam selama ini meledak keluar. Sebuah pohon besar muncul, menggetarkan kota. Bentuknya seperti pohon beringin dengan akar-akar tipis yang bergelantungan, menciptakan kepanikan saat mencoba menghisap energi orang-orang di amfiteater, segera pasukan Elinalis mengevakuasi orang-orang.

1
Quản trị viên
Wah! Seru banget!
Jelosi James
Kereen! Seru baca sampe lupa waktu.
Kavaurei
Wuih, jadi terinspirasi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!