NovelToon NovelToon
Binar Cakrawala

Binar Cakrawala

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Cintamanis / Teen School/College / Romansa / Slice of Life
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: And_waeyo

Binar jatuh cinta pada kakak kelasnya sudah sangat lama, namun ketika ia merasa cintanya mulai terbalas, ada saja tingkah lelaki itu yang membuatnya naik darah atau bahkan mempertanyakan kembali perasaan itu.

Walau mereka pada kenyataannya kembali dekat, entah kenapa ia merasa bahwa Cakra tetap menjaga jarak darinya, hingga ia bertanya dan terus bertanya ..., Apa benar Cakrawala juga merasakan perasaan yang sama dengannya?

"Jika pada awalnya kita hanya dua orang asing yang bukan siapa-siapa, apa salahnya kembali ke awal dimana semua cukup baik dengan itu saja?"

Haruskah Binar bertahan demi membayar penantian? Atau menyerah dan menerima keadaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6. Ruangan Istimewa

Ini bukan pertama kalinya Pelangi memasuki kamar milik Binar yang serba glamour. Namun tiap kali memasuki kamar ini, Pelangi tak pernah bosan mengagumi setiap detailnya. Binar sudah seperti princess sungguhan dalam dongeng-dongeng. Beruntung ia lahir dengan kekayaan yang sudah melimpah, semua orang akan berpikir begitu.

Mereka berdua kini sudah duduk berhadapan di salah satu sofa di sana. Pelangi menerka, apa yang akan dibicarakan Binar pasti tidak jauh dari Cakrawala.

"Lo tahu kan tadi gue dianterin pulang sama kak Cakra? Tapi ... lo nggak tahu gue pakai topi punya dia, bahkan dipinjemin sampai besok padahal dia jarang minjemin barangnya, apalagi topi itu topi kesayangannya! Topinya sampai gue simpan baik-baik tuh di sana takut kena debu hehe."

Pelangi mengikuti arah yang ditunjuk Binar, memperlihatkan sebuah topi yang diletakan dalam wadah kaca dan dialasi kotak kain beludru merah. Keningnya mengernyit, harus sampai segitunya? Ia tahu Binar sering di luar prediksi, tapi Pelangi tetap dibuat heran.

"Terus?"

"Gue lagi senang banget. Besok gue juga mau bareng ke sekolah sama Kak Cakra, tadi dia nelpon."

"Oh ya?"

"Heem, tapi Na, gue mau nanya."

"Nanya apaan?"

"Lo sering diantar-jemput ke sekolah sama Kak Bima kan? Dia minta ongkos nganterin gitu nggak sih? Atau lo bayar dia?"

Kening Pelangi mengernyit. Tatapannya menerawang ke atas. "Ongkos? Ya nggak lah kayak apa banget deh. Pernah pas awal pdkt-an tuh dia nganterin gue, karena nggak enak gue mau ngasih dia uang kan lumayan buat jajan atau nambah buat bensin. Tapi dia nolak, katanya bisa nganter gue itu juga udah buat dia senang dan nggak ada bayaran yang lebih baik dari itu. Terus katanya, cowok senang bisa nganter cewek yang dia suka sampai rumah dan pantang dikasih ongkos."

"Gitu ya?"

Pelangi menganggukan kepala sambil menatap Binar. Namun detik berikutnya, kedua matanya memicing curiga. Binar tidak akan menanyakan hal yang pasti tidak membuat dia penasaran tentang hubungannya dan Bima, kalau tidak, pasti ada hubungannya sama Cakrawala.

"Wait ... kenapa tiba-tiba nanya gitu? Jangan-jangan kak Cakra minta ongkos karena udah nganterin lo pulang ya?"

"Hah? Nggak kok, gue yang ngasih dia sukarela hehe. Dia bercanda tapi gue anggap serius," ucap Binar.

"Serius lo ngasih dia duit? Ya ampun, terus kak Cakra terima? Berapa lo ngasih? Astaga kak Cakra itu yang gue tahu udah tajir melintir ngapain lo kasih duit juga?"

"Diterima, soalnya gue ngambek juga terus dipeluk. Nggak seberapa, cuma dikit kok."

Pelangi benar-benar tidak habis pikir.

"Wah parah tingkat kebucinan lo sudah mendewa, jadi isi pikiran lo yang semua tentang Cakrawala itu pasti positif doang. Lagi, sedikit buat lo sama sedikit versi gue itu beda."

Binar mengusap tengkuknya. Ia mencuatkan bibir bawah. "Nggak papa, dia kan bercanda, bukan beneran. Lagian gue nggak akan miskin karena itu."

"Suongong amat!"

Pelangi menggerutu sebal. Namun gerutuannya terhenti kala sadar sweater yang digunakan oleh Binar terasa amat familiar.

"Bentar deh, gue baru nyadar. Sweater lo astaga ... ini sama kaya yang dipakai bias lo waktu itu kan?"

Binar merunduk untuk menatap sweater berwarna abu-abunya dengan pola abstrak kecil di bagian dada kanan. "Iya, ini hadiah karena bahasa Inggris gue udah lancar, mami kasih ini sebagai hadiahnya karena waktu itu gue pernah minta dibeliin."

Pelangi geleng-geleng kepala takjub. "Gilaaa, ih bagus banget! Jadi pengen yang punya bias gue juga!"

Gadis itu mengangguk sambil tersenyum senang. "Ya kan?"

"Lo nggak ada niat belajar bahasa Korea aja?"

Binar membuat ekspresi seolah sedang berpikir dengan telunjuk yang mengetuk-ngetuk pelan pipi kanannya yang agak chubby.

"Nanti gue ngomong sama bonyok deh. Biar datangin guru les bahasa Korea ke rumah."

Siapa yang tidak akan iri jika mau apa-apa tinggal minta gini? Pelangi juga iri, tapi ya sudahlah, ia lebih memilih mensyukuri apa yang ia punya.

"Lo mau ikut juga? Nanti gue bicara sama mami, les nya biar sama lo."

"Nggak mau ah! Gue fokus pelajaran sekolah aja," tolak Pelangi langsung.

"Kenapa? Padahal lo yang usulin loh. Lo pasti juga mau ketemu bias lo kan? Nanti kalau kalian ketemu, lo nggak bisa bahasa Korea gimana?"

Pelangi bingung menjelaskan. Binar pasti tak akan mau mengerti ... kalau ketemu bias itu nggak semudah jitak kepalanya.

"Gue nggak berniat ketemu bias gue, dan gue nggak sefanatik lo. Udahlah malah ngaco gini."

"Tapi ... ada nggak ya yang bisa ngajarin bahasa kalbu atau yang bisa ngajarin baca pikiran? Biar gue tahu apa yang kak Cakra mau tanpa dia ngomong langsung atau apa yang dia pikirin tentang gue," kata Binar malah membahas hal random. Bahasanya kembali lagi ke Cakra.

"Hadeuh Cakra lagi, 99,9 % otak lo pasti isinya kak Cakra." Pelangi memutar kedua bola matanya malas.

"Nggak kok! 50% Kak Cakra, 50% bias gue. Oh iya, ngomong-ngomong soal bias, gue punya koleksi baru. Ayo, lo harus lihat ini soalnya super lucu!"

Pelangi tahu Binar akan membawanya pada sebuah ruangan khusus yang dibuat untuk menyimpan apa pun tentang idolanya dan member lain. Mereka memasuki sebuah ruangan, banner, poster-poster besar maupun kecil langsung menyapa pandangan keduanya. Kemudian berbagai macam aksesoris serta outfit yang pernah dipakai bisa Pelangi lihat di sini. Ada juga album, lighstick, stiker, topi, headband. Oh ... jangan lupakan boneka chibby member yang Binar tempatkan di dalam lemari kaca khusus.

"Lihat deh gue dapat mini figure, senang banget huhu. Ini koleksi tergemas yang gue punya, udah minta dari lama, tapi baru dikasih, nggak papa deh yang penting punya!" kata Binar antusias sambil menunjukan mini figur itu.

"How cute."

"Lo boleh pegang kok Na."

"Hehe, nggak usah."

Sejujurnya, ini benar-benar membuat Pelangi pusing jika memikirkan total harga semua.

Semua barang-barang itu tidak bisa dikatakan murah, poto chard saja satunya ada yang jutaan, Binar sebegitunya menyukai sang idola. Walau mungkin masih dalam tahap aman untuk Cakrawala, karena kalau mode hilang akal Binar kumat, dilihat dari hal ini, Pelangi yakin bukan hal yang tidak mungkin jika sudah teramat bucin Binar juga akan membuat ruangan khusus yang berisi koleksi barang-barang yang sama seperti barang milik Cakrawala.

Membayangkannya, ia jadi ngeri sendiri. Pelangi harus diam sebelum ia secara tak sengaja memberi Binar ide. Cakra sendiri pasti tak akan tahu seberapa besar perasaan Binar pada lelaki itu.

Jika begini, Pelangi harus 'sedia payung sebelum hujan'. Pasti nanti akan jadi pekerjaan yang tak mudah baginya menghadapi Binar jika bertengkar dengan Cakra. Jadi ia harap, hubungan mereka akan baik-baik saja, meski yang namanya pacaran tidak mungkin jika tak pernah bertengkar.

1
anggita
biar ga cemburu terus, kasih like👍+iklan☝.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!