Spin off DELMAR
Gadis baik-baik, bertemu dengan badboy sekolah. Sepuluh kali putus, sepuluh kali juga balikan. Seperti itulah hubungan cinta antara Naomi dan Aiden. Perbedaan diantara mereka sangar besar, akankah cinta mampu mempersatukan mereka?
"Naomi hanya milik Aiden. Tidak ada yang boleh miliki Naomi selain Aiden. Janji," Aiden mengangkat kelingkingnya.
"Janji." Tanpa fikir panjang, Naomi menautkan kelingkingnya pada kelingking Aiden.
Janji gila itu, membuat Naomi selalu gagal move on.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JATUH CINTA
"Belajar yang pinter. Jangan ngelirik apalagi mikirin cowok selain aku," Aiden menyentuh kepala Naomi. "Nanti kita pulang bareng."
Dengan langkah lunglai, Naomi memasuki kelas. Ya, Aiden mengantarnya sampai depan kelas. Jangan ditanya, seperti apa perasannya, campur aduk. Hampir seluruh siswa di kelas menatapnya, sebenarnya tak hanya di kelas, tapi sejak dia jalan bareng Aiden tadi. Entah apa yang mereka fikirkan saat ini tentangnya. Baru 3 hari sekolah, dia sudah nembak cowok orang, memalukan sekali. Pasti mereka menganggap dirinya murahan.
Naomi menjatuhkan bobot tubuh di kursi miliknya sambil membuang nafas berat. Ternyata tak hanya kabur dari pondok yang terasa melelahkan, yang barusan, jauh lebih melelahkan lagi.
"Nom, maafin gue ya. Gue terpaksa. Mana berani gue nolak perintah Kak Aiden," Cella menggenggam tangan Naomi yang terasa dingin.
"Gue ngerti kok."
Hanya sampai disitu obrolan mereka karena guru sudah datang.
Naomi tak bisa memikirkan soal pelajaran. Membayangkan nanti akan pulang bersama Aiden, hatinya sudah tak karuan. Apa yang harus dia lakukan untuk menolak ajakan cowok itu. Meski tak mengenal cowok itu, dia tahu kalau dia tipe pemaksa. Pacaran dengan berandal sekolah, ah... kenapa terdengar mengerikan sekali.
Jam istirahat, sekolah di gemparkan dengan beredarnya video Naomi yang menyatakan cinta pada Aiden. Rasanya, Naomi pengen menenggelamkan diri ke laut saja, malu sampai ke ubun-ubun. Entah siapa yang memvideokan kejadian tadi lalu menyebarkannya.
Cella tak berkedip melihat video yang di share salah satu teman di grup kelas. Dia sungguh tak menyangka jika Naomi berbuat seperti itu.
"Gue dipaksa," gumam Naomi. Entah penjelasannya akan diterima atau enggak, dia hanya ingin membela diri. Tak terdengar sahutan dari Cella, tapi kasak kusuk teman sekelas membuat Naomi berusaha menulikan telinga. Dia meletakkan kedua lengan di atas meja, menggunakan sebagai bantal lalu memejamkan mata. Lelah.
BRAKKK
Naomi mengucap istighfar sambil menegakkan badan saat seseorang menggebrak mejanya dengan kuat. Di hadapannya, tampak Amanda dan kedua temannya. Wajah cewek itu terlihat sangat emosional, kedua telapak tangannya mengepal kuat.
"Dasar tak tahu diri!" Amanda melayangkan tanganya, tapi gagal mendarat di pipi Naomi karena Aiden yang baru datang, berhasil menahan lengannya.
"Jangan berani-berani, nyentuh cewek gue!" Aiden mendorong kasar lengan Amanda sampai cewek itu terhuyung ke belakang.
"Cewek lo?" Amanda tersenyum getir menatap Aiden. "Gue cewek lo!" teriaknya sambil menunjuk diri sendiri.
"Ya, lo cewek gue, tapi cuma sampai kemarin. Karena mulai hari ini, cewek gue Naomi." Aiden menggenggam tangan Naomi, mengangkat dan menunjukkan pada semua orang. "Denger semua!" Aiden berteriak lantang. "Naomi, sekarang dia cewek gue. Siapapun yang cari masalah sama dia, sama artinya dengan cari masalah sama gue."
Naomi ingin berteriak, menyangkal semua ini, tapi suaranya tertahan ditenggorokan. Dia hanya siswi yang baru 3 hari sekolah, tapi kenapa malah terjebak berurusan dengan orang-orang yang paling berpengaruh di sekolah.
"Kamu gak bisa giniin aku, Den," dengan mata berkaca-kaca, Amanda memukul lengan Aiden. "Kamu gak bisa mutusin sepihak gini?"
Sama seperti Amanda, Naomi rasanya juga pengen nangis. Dia merasa jadi orang jahat saat ini. Perebut pacar cewek lain, jelas itu tak ada dalam kamus hidupnya. Semua anak sekelas, bahkan dari kelas lain datang menonton. Dirinya berasa seperti tokoh antagonis, tokoh pelakor dalam cerita.
"Kenapa gak bisa?" Aiden tersenyum miring. "Ingat perjanjian kita, Man. Gue bisa ngebuang lo kapanpun saat gue bosen." Ucapan Aiden langsung mengundang berbagai spekulasi penonton. Meski tak terdengar, tapi gerakan bisik-bisik mereka terlihat jelas. "Lo yang nembak gue. Lo juga yang ngotot mau jadi cewek gue. Gue sudah tegesin dari awal, kalau gue gak pernah cinta sama lo. Dan lo belum lupa kan, dengan apa yang lo ucapan waktu itu? Lo bilang, siap gue buang kapan pun."
Amanda menunduk dalam dengan air mata bercucuran. Sepertinya dia terlalu percaya diri. Dia fikir tak apa Aiden tak cinta, seiring berjalannya waktu, cowok itu pasti akan jatuh cinta juga, tapi ternyata dia salah. Meski sudah hampir 6 bukan pacaran dan memberikan segalanya pada Aiden, bahkan hal paling berharga dari dirinya, nyatanya hati pria itu belum juga bisa dia taklukkan.
"Aku cinta sama kamu, Den," ucap Amanda yang terdengar mengiba.
"Gue gak cinta sama lo."
Naomi tak tahan lagi, dia menarik kasar tangannya dari genggaman Aiden lalu berlari keluar kelas. Dia terus berlari tanpa tahu kemana tujuannya, sampai akhirnya dia berhenti di sebuah koridor yang sepi, menyandarkan punggung di dinding, menangis disana.
"Gue cinta sama lo."
Naomi menoleh mendengar suara Aiden. Ternyata cowok itu mengejarnya.
Aiden mendekati Naomi, berhenti saat jarak mereka sekitar 1 meter. Berdiri sejajar dengan cewek itu lalu ikut menyandarkan punggung di tembok, memasukkan kedua tangan di saku celana dan menatap lurus ke depan.
"Semalaman, gue gak bisa tidur karena terus mikirin lo. Gue kayak orang gila yang senyum-senyum sendiri saat ngebayangin wajah lo. Dan tadi pagi, saat gue bisa menatap lo dari jarak yang sangat dekat, jantung gue rasanya kayak mau meledak. Gue gak ngerti perasaan apa itu," dia menoleh ke arah Naomi. "Percaya atau tidak, gue belum pernah ngerasain jatuh cinta." Dia menegakkan badan, melangkah ke hadapan Naomi. "Dan baru setelah ketemu elo, rasanya, gue jatuh cinta."
Naomi menggeleng cepat.
"Enggak, itu bukan cinta. Gak ada cinta yang tiba-tiba seperti ini."
"Kalau memang tidak ada, kenapa ada istilah cinta pada pandangan pertama?"
Naomi terdiam. Sejujurnya, dia sendiri juga belum pernah merasakan seperti apa jatuh cinta.
"Gue bakal buktiin cinta gue ke elo."
tapi Gpp deh.
terimakasih atas cerita nya Thor, sukses selalu di karya2 berikutnyaa
jadi nom nom