Menceritakan tentang Naomi, seorang istri yang dijual oleh suaminya sendiri untuk membayar hutang. Dia dijual kepada seorang pria tua kaya raya yang memiliki satu anak laki-laki.
"Dia akan menjadi pelayan di sini selama 5 tahun, tanpa di bayar." ~~ Tuan Bara Maharaja.
"Bukankah lebih baik jika kita menjualnya untuk dijadikan PSK?" ~~ Gama Putra Maharaja.
Bagaimana nasib Naomi menjadi seorang pelayan di rumah mewah itu selama 5 tahun? Apa yang akan terjadi padanya setelah 5 tahun berlalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 - Sakit
Naomi sudah menyelesaikan semua tugasnya. Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, tapi dia belum melihat Gama turun untuk makan. Pria itu masih tidur dari pagi, hingga melewatkan waktu sarapannya.
Tiga hari ke depan sepertinya hidupnya akan lebih tenang, pasalnya si pembuat masalah alias Hana mengajukan cuti selama 3 hari. Pelayan di sini memang diberikan waktu untuk mengambil libur 3 bulan sekali dan maksimal 3 hari.
Naomi naik menuju kamar Gama, dia akan melihat apakah tuan mudanya sudah bangun atau belum. Selama dia tinggal di sini, dia sudah hapal jika Gama memang sering bangun lebih lambat, tetapi paling hanya sampai jam setengah 8 atau jam 8.
Sampai di kamar, dia melihat buntalan besar di atas kasur. Gama menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, hal itu justru membuat Naomi curiga. Pasalnya Gama selalu tidur dengan selimut sebatas pinggang serta tanpa memakai atasan.
Dengan pelan ia membuka selimut yang menutupi wajah Gama. Hal pertama yang menjadi fokusnya adalah bibir pucat Gama, Naomi meletakkan tangannya di atas dahi pria itu.
Panas!
Dengan cekatan ia mengambil alat kompres dan menempelkannya di dahi Gama. Pria itu
mendesis saat meresakan sensasi yang berbeda di dahinya.
Perlahan Gama membuka mata dan memegang dahinya yang terdapat handuk kecil, "Mas?" panggil Naomi dengan raut khawatir yang sangat jelas.
"Kenapa gak bilang kalau kamu lagi gak enak badan?"
Gama hendak bangun dari tidurnya tapi sudah lebih dulu di tahan Naomi, "Kamu tiduran aja, badan kamu panas banget," tegurnya.
Saat Gama memeluknya pagi tadi, tubuh pria itu masih normal, jadi dia tidak menyadarinya.
Gama menurut dan kembali menarik selimutnya, "Makan dulu ya, aku buatin bubur. Habis itu baru minum obat," ujar Naomi.
"Kepala aku pusing banget," ucap Gama dengan suara parau.
Naomi yang awalnya duduk di pinggir ranjang berdiri, dia membetulkan selimut Gama. "Tunggu bentar ya, aku bikinin bubur sama ambilin obat," ujarnya. Wanita itu mengambil remot AC yang tergeletak di atas nakas dan menaikkan suhunya.
Selepas kepergian Naomi, Gama kembali memejamkan matanya. Ini pasti karena dia tidur di ruang kerja yang mana dia tidur dalam keadaan duduk, belum lagi masalah pekerjaan yang seperti tidak ada habisnya. Intinya dia kurang istirahat.
30 menit kemudian Naomi masuk kamar lagi dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur, segelas air putih dan obat.
"Mas?" panggilnya dengan lembut. Dia meletakkan nampan itu di atas nakas dan membangunkan Gama yang kembali tidur.
"Bangun dulu, Mas. Makan, minum obat, baru istirahat lagi."
Gama merasa terusik dan membuka matanya, Naomi dengan cekatan membantu Gama untuk duduk dan bersandar di atas headboard.
Naomi mengambil mangkuk bubur yang masih mengepulkan asap panas. Dia dengan telaten menyendok dan meniup bubur itu agar tidak terlalu panas.
"Aaaa" perintahnya sembari mengangkat sendok di depan mulut Gama.
"Dikit aja ya, lidahku pahit."
Setelah Naomi mengangguk, Gama menerima suapan itu. Terasa lembut di lidah tapi hambar, namanya juga bubur orang sakit ya.
Dua suap, tiga suap, Gama masih menerimanya dengan baik. Tapi saat suapan kelima dia menggeleng. "Udah," katanya lemas.
"Satu lagi, habis itu udah," paksa Naomi. Menyuapi orang sakit terkadang harus menggunakan sedikit paksaan, nutrisi di dapat dari makanan. Kapan sembuhnya jika makanan yang masuk ke tubuh hanya sedikit?
Meskipun terlihat ogah-ogahan, Gama tetap membuka mulutnya dan menelan bubur itu. Naomi menaruh kembali mangkoknya di atas nampan dan berganti mengambil gelas berisi air
"Minum dulu," ucapnya memegang gelas kaca dan membantu Gama minum.
Obat yang sudah ia buka dia berikan pada Gama, menyuruh pria itu untuk menelannya sendiri. "Pinter," pujinya tanpa sadar.
Naomi kembali membantu Gama tiduran, "Sekarang kamu bisa istirahat lagi, nanti aku ke sini lagi."
Lagi-lagi Gama menurut, kepalanya terasa sangat pening. Biasanya saat dia sakit, dia hanya akan tidur seharian, tidak ada minta tolong ataupun minum obat. Dia terlalu acuh pada dirinya sendiri.
Sekarang saat dia tidak berdaya seperti ini, ada Naomi yang membantunya, perhatian padanya. Sesuatu yang sudah sangat lama tidak pernah ia rasakan, terakhir adalah saat ibunya masih ada.
Naomi sudah sampai dapur dan mencuci mangkok kotor yang ia bawa. "Naomi!" panggil seseorang.
Naomi menoleh dan melihat Bibi Sarah berjalan mendekatinya, "Tuan muda sakit?" tanyanya.
"Iya Bi."
Bibi Sarah tampak khawatir, setiap Gama sakit dia menjadi orang pertama yang memberikan perhatian. Tapi Gama sama sekali tidak memperdulikan atensinya, dia memang sudah lama mengenal Gama, tapi jika pria itu menolak bantuannya dia bisa apa?
"Sudah lama sekali sejak terakhir ia sakit," ucap Bibi Sarah. "Tuan muda akan menjadi lebih manja saat sakit, tapi selama ini dia tidak pernah menunjukkannya pada siapapun."
"Dulu saat Nyonya masih ada, setiap tuan muda sakit beliau akan menemani sampai sembuh. Tuan Muda tidak ingin ditinggal dan akan terus merengek, bahkan Tuan Bara pernah cemburu karena Nyonya lebih memilih tidur bersama tuan muda," jelas Bibi Sarah dengan senyum kecil.
Ya, Gama pernah menjadi anak yang manis dan manja. Masa kecilnya penuh dengan kenangan bersama sang Ibu yang begitu menyayanginya.
Naomi mendengarkan cerita itu dengan seksama, masih tidak menyangka jika Gama yang sekarang pernah selucu itu.
"Karena tuan muda tidak menolak perhatianmu, tolong rawat dia sampai sembuh. Dia memang sudah dewasa, tapi kenyataannya dia kurang kasih sayang," pinta Bibi Sarah.
Orang yang bergelimpangan harta belum tentu hidupnya bahagia, mereka memang dikelilingi uang dan jabatan, tapi kasih sayang? Tidak semua orang bisa mendapatkannya dengan tulus.
"Tanpa Bibi minta aku akan merawat Tuan Gama dengan baik," balas Naomi dengan sungguh-sungguh.
Hingga 2 hari kemudian, Naomi merawat dan menemani Gama hingga sembuh, layaknya seorang Ibu yang merawat anaknya sendiri.
Bersambung
Terimakasih sudah membaca 🤗