Setelah lima tahun Fatur pergi ke luar negri untuk menghilangkan luka hatinya karena Anggita, kini ia kembali ke Indonesia dan tiba-tiba bertemu lagi dengan perempuan yang sangat ia cintai di masa lalunya. Sampai akhirnya Fatur jatuh cinta lagi untuk yang kedua kalinya kepada Anggita.
Disarankan membaca novel 'Jatuh Cinta Lagi' sebelum membaca novel ini.
Up dari senin sampai sabtu ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Snow White, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Welcome back to old wounds
Sedari tadi Fatur terus terdiam seribu bahasa tidak banyak bicara saat menuju jalan pulang, di pikirannya hanya ada Anggita. Reza yang sedari bicara kepadanya tak dihiraukan sama sekali, benar-benar di pikiran Fatur saat ini dipenuhi oleh Anggita. Apa itu memang benar Anggita atau hanya fatamorgana, mengapa kehidupan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Fatur. Percuma saja selama lima tahun ini dirinya menghindari Anggita jika akhirnya akan bertemu juga. Reza yang mulai heran karena Fatur tidak merespon ucapannya sama sekali, dan Reza mendapati lelaki itu melamun menatap ke luar jendela mobil selama dirinya berbicara sedari tadi.
"Tur. Lo baik-baik aja, kan?" tanya Reza menatap heran ke arah Fatur yang ada di sampingnya.
Mendengar namanya dipanggil seketika Fatur tersadar, dengan cepat ia menoleh ke arah Reza yang sedang menyetir.
"Gue baik-baik aja," ucap Fatur dengan nada gugup menatap Reza seraya memberikan senyuman manis.
Hanya anggukan kepala yang menandakan jika Reza percaya dengan apa yang diucapkan oleh Fatur, walaupun dalam hati kecilnya masih ada sesuatu yang mengganjal.
"Terus kenapa melamun? Apa ada masalah?" tanya Reza masih penasaran.
Glek, Fatur terlihat kebingungan mengapa Reza bisa tahu jika dirinya sedang memikirkan sesuatu.
"Nggak ada. Gue hanya masih sedikit lelah karena baru sampai Indonesia dan kurang istirahat," tampik Fatur mencari alasan sementara itu Reza hanya mengangguk percaya dengan ucapan Fatur.
"Hahaha, jadi karena itu. Seharusnya suaminya Kania yang menjalankan ini semua tapi jadi lo yang menggantikan," kata Reza.
Bukan itu inti dari semuanya tapi karena pertemuannya kembali dengan Anggita. Pertemuan yang sebenarnya tak pernah diharapakan oleh Fatur, namun di lubuk hatinya paling dalam lelaki itu masih sangat merindukan Anggita.
Perasaan Fatur saat ini masih kacau balau sedari tadi menahan air mata yang selalu keluar dari pelupuk matanya, mungkin saat ini Fatur membutuhkan waktu untuk menyendiri. Karena kejadian ini membuatnya sangat terguncang. Seperti bom yang hendak meledak seperti itulah Fatur ingin menangis saat ini, apa mungkin jika dirinya tinggal di sini lagi kejadian itu kembali akan terulang.
"Apa gue boleh berhenti di depan sana," pinta Fatur sambil menunjuk ke arah taman yang sedang dilintasi oleh mobilnya Reza.
Tiba-tiba Reza menatap Fatur keheranan mengapa Fatur ingin berhenti di depan sana? Bukannya jalan menuju rumah Erik masih sangat jauh.
"Kenapa lo minta berhenti di sana?"
"Gue mau main sebentar," jawabnya singkat.
Bohong! Fatur hanya ingin meluapkan rasa sedihnya saat ini yang sedari tadi ditahan. Selama diperjalanan lelaki itu mencoba menahan air mata yang sudah memenuhi pelupuk matanya karena tidak mungkin Fatur menangis di depan Reza saat ini juga.
"Serius lo?" tanya Reza kaget menatap Fatur.
"Serius," jawab Fatur sambil mengangguk pelan.
"Tapi lo belum tahu Bandung," kata Reza dengan nada khawatir dan panik dengan matanya sesekali menatap ke depan jalan.
Garis lengkung kecil terlukis di bibir Fatur, ia terpaksa melakukannya karena butuh waktu menyendiri dan berpikir. Atau mungkin Fatur akan menghentikan pekerjaan ini dan kembali ke Australia.
"Gue cuma mau cari udara segar dan melepas penat," jelas Fatur berbohong.
"Melepas rindu mungkin, hehehe," ledek Reza kepada Fatur dan seketika lelaki itu kembali tersenyum mendengarnya.
"Nanti lo pulang bagaimana?" tanya Reza lagi masih saja khawatir.
"Gampang, gue minta dijemput Erik."
"Ok. Lo hati-hati di sini banyak penculik," kata Reza sedikit menakuti dengan nada serius.
Seketika Fatur menajamkan tatapannya kepada Reza, apa benar kota Bandung yang indah ini banyak penculik!
"Hah! Serius lo?" tanya Fatur kaget tak percaya menatap Reza yang ada di sampingnya.
Mimik wajah Reza yang awalnya datar kini tertawa geli melihat reaksi Fatur yang begitu kaget, dan rasanya Fatur sadar jika Reza sedang mengerjainya.
"Resek lo," semprot Fatur ambil tertawa ringan dengan rasa sedikit kesal menatap Reza yang masih saja tertawa geli sambil terus menyetir.
"Gue bercanda, jangan lupa minta Erik buat jemput lo nanti," kata Reza memberi saran.
"Iya."
"Besok mau gue jemput?"
"Nggak usah, besok gue datang sendiri."
"Ok."
Lalu Reza menurunkan Fatur sesuai permintaannya di pinggir jalan dekat taman kota daerah Dago, dirinya ingin singgah sebentar di taman itu. Hanya sekedar menghirup udara segar dan Fatur memutuskan duduk di taman yang mulai terlihat ramai di sore hari. Memang kota ini sangat indah sekali tapi tak seindah hati Fatur saat ini. Baginya bertemunya kembali dirinya dengan Anggita adalah sebuah mimpi buruk yang kembali nyata, luka yang sedang ditutupi kini terbuka kembali dan terasa semakin nyata. Tatapan Fatur mulai kosong, dadanya mulai sesak, matanya kembali berkaca-kaca tidak lama air mata jatuh ke pipinya. Ini seperti mimpi baginya, bagaimana bisa bertemu kembali dengan Anggita dalam situasi seperti ini. Mengapa rasa sakit yang selama lima tahun ini terasa lagi, kenangan itu terlihat jelas lagi di matanya, rasa sakit hati itu kembali hadir di hatinya.
"Ya tuhan, mengapa aku harus bertemu dengannya lagi. Kenapa aku harus merasakan sakit ini lagi," rintih Fatur dalam hati dengan nada lirih dan berurai air mata.
Rasanya Fatur ingin cepat kembali lagi ke Australia karena tidak sanggup untuk menghadapi kenyataan yang harus dihadapi saat ini. Bertemu kembali dengan orang yang sangat dicintainya selama ini. Perempuan yang membuatnya hidup kembali pasca hancurnya perceraian kedua orangtuanya Fatur.
Di tempat lain setelah Damar mengantarkan Anggita pulang ke kosannya, gadis itu menangis saat mengingat pertemuannya dengan Fatur tadi. Ia tak menyangka jika Fatur akan hadir kembali.
"Ya tuhan, kenapa aku harus bertemu dia lagi di saat seperti ini? Aku nggak bisa menahan perasaanku terhadapnya, ingin rasanya aku bilang kalau aku sangat merindukannya, ingin rasanya aku meminta maaf atas apa yang sudah aku lakukan kepadanya," kata Anggita di dalam hati sambil menangis tersedu-sedu.
Anggita juga harus bisa mengontrol emosi dan perasaanya saat dekat dengan Fatur karena jika Reza tahu pasti akan memberitahukan kepada Damar.
Hari semakin malam tetapi Fatur belum juga beranjak dari tempatnya, tubuhnya masih terdiam mematung dengan tatapan kosong entah kemana. Pikirannya seperti kaset kusut yang sulit untuk diperbaiki. Fatur belum pulang ke rumah sahabatnya membuat Erik sangat khawatir sekali, beberapa kali Erik mengirim pesan dan menelepon Fatur tetapi lelaki itu tidak membalas dan mengangkat teleponnya.
Sedari tadi Erik terlihat mondar-mandir di dalam ruang tamu dengan sesekali ia memeriksa ponselnya berharap sahabatnya membalas pesan atau meneleponnya tetapi hasilnya nihil. Fatur tidak membalas pesan atau menelepon dari Erik. Perasaan Erik mulai khawatir karena takut terjadi apa-apa kepadanya, Fatur belum tahu kota Bandung. Ia baru saja sampai dan Erik takut jika Fatur tersesat.
Erik langsung memutar otak dan dengan cepat menghubungi Reza karena sedari tadi bersama Fatur adalah dirinya. Namun sia-sia Reza bilang sedang tidak bersama Fatur karena sepulang dari lokasi, Fatur meminta dirinya untuk diturunkan di taman kota dekat Dago. Setelah mendapatkan informasi dari Reza dengan cepat Erik mencari Fatur berharap jika sahabatnya ada di sana. Setengah jam berlalu Erik sampai di taman dekat Dago ia langsung turun dari mobilnya dan mencari keberadaan Fatur, dengan rasa panik dan putus asa Erik terus menyisir tempat itu walaupun di sana lumayan banyak orang yang sedang duduk dan berlalu lalang menikmati malam ini. Mata Erik terus mencari keberadaan Fatur di taman itu dengan lekat tidak ada satu sudut yang lepas dari pandangannya. Lima menit Erik mencari Fatur namun belum juga menemukan sahabat baiknya itu, rasa frustasi merasuki Erik tidak tahu harus mencari sahabatnya itu kemana lagi karena ponsel Fatur sudah mulai tidak aktif.
"Fatur, kemana lo," ucap Erik bicara sendiri dengan nada panik dan khawatir menyisir tempat itu.
Namun seketika Erik melihat seseorang yang dicarinya sedari tadi, sahabat baiknya itu sedang duduk di ujung dekat lampu taman kota.
Erik melihat Fatur terdiam tidak bergeming dengan tatapannya kosong, melihat keadaan Fatur saat itu membuat Erik sangat panik sekaligus lega karena ia bisa menemukan sahabat baiknya, dengan cepat Erik menghampiri Fatur. Betapa kagetnya Erik saat melihat keadaan Fatur saat itu dengan keadaan matanya sembab, pipinya basah karena air mata dan wajahnya terlihat sangat kacau. Apa yang sudah terjadi kepada Fatur.
"Fatur. Dari mana lo? Gue menghubungi lo sedari tadi, kenapa lo nggak membalas pesan dan telepon dari gue?" tanya Erik dengan nada panik menatap Fatur yang sedang duduk lesu di hadapannya.
Fatur tidak menjawab pertanyaan dari Erik dan terkesan biasa saja tidak kaget dengan kedatangan sahabatnya. Dirinya masih saja menangis sambil terus melamun dan itu membuat Erik semakin khawatir sebenarnya apa yang sudah terjadi.