Gadis cantik dari desa yang ambisius dengan segala lika liku kehidupannya, dimulai dari keluarga, karir, percintaan, hingga terbentuk "Selintas Imajinasi" yang seumur hidup akan terus menghantuinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RAYYA , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Ke esokan harinya,
"Cieeee cieeeee uhuyyyy, kemarin dianterin pulang sama siapa tuh?" Tanya Syakira.
"Ih apaan sih Ra" Jawab Ayu yang terlihat tersipu malu.
●●●
Ayu dan Syakira pun lantas berbalik badan dan bergegas masuk ke dalam kelas, dan...
"Ayy, nanti pulang sekolah bareng lagi yu" Ucap Rifal yang tiba - tiba ada di depan mata Ayu.
"Cieee uhukkk uhukkkk" Celoteh Syakira yang meledek kedekatan Ayu dan Rifal.
Ayu sontak kaget dan lebih - lebih tersipu malu.
●●●
Sembari membuang muka,
"Iiiii apaan sih" Ucap Ayu di dalam hati yang merasa ilfeel setengah bahagia.
Entahlah, pada saat itu rasanya tidak karuan. Pikir Ayu.
Ayu pun menghiraukan pertanyaan Rifal dan langsung meraih tangan Syakira kemudian bergegas masuk ke dalam kelas dengan tergesa - gesa.
"Duhhhh pelan - pelan Yu, jadi salah tingkah nih yeeee" Ucap Syakira kepada Ayu.
Ayu pun tak berkata apapun selain tersenyum.
●●●
Posisi Rifal pun sebenarnya pada saat itu tersipu malu dan sudah ketebak ya endingnya, Rifal sangat bersemangat untuk menemui Ayu sepulang sekolah.
Tringgggg...
(Bel berbunyi menunjukan sudah waktunya pulang sekolah).
Ayu yang pada saat itu menuju toilet untuk merapihkan dandanannya lantas berpikir,
"Dih, kenapa tiba - tiba ingin berdandan?"
"Aku kenapa ya?"
"Ngapain harus terlihat rapih?"
"Ih aneh deh"
"Aaaaaaahhh sudahlah" Ucap Ayu sembari merapihkan dandanannya di toilet sekolah.
Aku dan Rifal memang kerap pulang sekolah bersama. Entah kenapa, aku merasa ada yang aneh, tapi entah apa, sesekali aku bahagia, tapi semenjak kejadian kelam di masa kecil membuatku terluka. Kini, kenapa aku merasakan hal aneh?
Ya. Aku sudah menyadari itu, tapi...
Ah sudahlah, takut salah.
●●●
7 Tahun berlalu dari semenjak kejadian kelam itu, aku mulai kembali menata hidupku. Aku masih tinggal di rumah yang mewah, tapi tidak dengan fasilitasnya.
Kini tidak ada Bi Nenah, tidak ada Pak Sopir, dan tentu saja kehidupan Princess ku hanya tinggal negeri dongeng. Entah di sebut kenangan atau khayalan, karena kehidupan indah itu hanya berlangsung sekejap.
●●●
"Ayuuuuuuuuuuuuuuuuu" Sahut Ibu yang pada saat itu terbaring di tempat tidur.
"Sebentar buuu, Ayu nanti kesana" Jawab Ayu yang pada saat itu sedang membaca buku, rehat sejenak dari segala pekerjaan yang ada di rumahnya.
Betul. Apapun pekerjaan yang ada di rumah, aku sendiri yang mengerjakan. Dari pukul 04:00 pagi, aku sudah terbangun, beres - beres rumah, nyapu, ngepel, lap - lap, nyuci baju, menanak nasi dan tentu saja belanja sayur kemudian masak.
Lelah tidak sih Ayy?
To be honest, pertama memang rasanya berat, entah dari segi pekerjaan maupun karakter Princess yang habis terbunuh oleh ocehan orang - orang.
"Rumah elit, ekonomi sulit" Ucapan itu sering kali yang menemani hari - hariku.
Tapi tidak apa - apa, untuk berada di titik ini saja, aku sudah sangat bersyukur. Ibuku diberikan umur panjang, aku? Diberikan kemudahan yang aku sendiri tidak pernah terbayangkan bisa di posisi sekarang.
Tapi yaaaa,
Sehangat - hangatnya suasana rumah yang saat ini aku ciptakan,
Tetap saja, sesekali, tersirat merindukan sosok Ayah, kedua kakak - kakakku, senyuman Ibu, dan sosok Ayu semasa kecil.
Sekuat - kuatnya aku, aku tetap rapuh, haus kasih sayang, dan aku merasa bahwa diriku ini masih anak kecil yang terjebak pada tubuh orang dewasa.
Tidak ada sandaran, apalagi bertumpu.
Tapi apa boleh buat, hidup itu kan harus terus berjalan. Jika aku tidak bisa kembali menjadi Ayu kecil, setidaknya aku bisa menjadi Ayu dewasa yang bisa menguatkan Ibu.
Logika juga sih, aku belum cukup kaya untuk bertindak apapun. Baik dari segi biaya maupun tenaga, rasanya belum cukup saja untuk bisa mencari keberadaan mereka.
Jika dipaksakan, kemudian putus di tengah jalan, apa tidak semakin cape? Jadi jalani saja...
Walau rasanya serumit ini, aku selalu berharap, tanpa aku cari, mereka tahu jalan pulang.