Selalu Aku Yang Mengalah

Buritan bening meluncur keluar dari kedua mata Divya. Menetes keatas sebuah foto yang dipegangnya.

" Kamu tahu, kamu orang pertama yang sudah menerima kehadiranku di sisimu. Aku saat itu sangat bahagia. Tapi, nyatanya kamu menyimpan cinta yang lain," Foto yang berisi seorang pria yang sedang menggendong seorang wanita. Dihiasi dengan tawa yang menggembirakan itu basah oleh air mata Divya. Foto Dirinya dan dan Yovan yang sudah mengkhianati cinta dan kepercayaan nya.

"Ini terlalu sakit bagi aku. Kekasih dan sahabatku ternyata menyembunyikan cinta si belakang ku,hiks..hiks. Kenapa kamu tidak bilang ,kalau kamu mencintai seseorang idaman lain," Air mata masih mengucur membanjiri foto yang akan menjadi kenangan itu.

Dertttt...Derttt...

Suara ponsel menghentikan tangisan Divya sejenak. Ia melihat hp nya.

" Maafkan aku Divya! Aku tidak bermaksud mengkhianati mu. Tapi apalah daya ,hatiku lebih condong kepada Vina. Aku lebih mencintai Vina dibandingkan dengan kamu. Maaf."Isi pesan itu yang ternyata dari Yovan.

Deg

Bruk.. hpnya sengaja ia jatuhkan.

" Hiks..hiks..hiks.." tangisnya semakin menjadi . Hatinya bagaikan di hantam batu besar sekali lagi.

Setelah beberapa saat, Divya menghapus jejak air matanya. Ia mengambil kembali hp nya. Beruntung ia terduduk dilantai jadi hp nya tidaklah pecah.

Divya berusaha menahan tangisnya. Ia mengetik sebuah pesan yang akan dikirimkan kepada Yovan sebagai balasan pesan yang tadi.

" Kenapa kamu tidak memberitahukan itu dari awal? Kalau saja kamu memberikan itu dari awal, pasti tidak akan seburuk ini. Jujur saja ,ini sangat menyakitkan bagi ku. Kekasih dan sahabatku, diam - diam merajut cinta dibelakang ku. Baiklah ,mungkin kamu bukan jodohku. Kamu bukan untukku dan aku bukan untukmu. Terima kasih atas semua kebaikanmu selama ini. Kamu baik kepadaku, pastinya nanti kamu akan diperlakukan baik seperti kepadaku. Begitupun sebaliknya. Maaf juga,mungkin selama ini aku banyak kesalahan kepada kamu. Aku tidak bisa menjadi wanita yang kamu inginkan. Mungkin,kamu menemukannya dalam diri Vina. Sehingga, kamu lebih memilih menyembuhkan nya dari aku dan semua orang. Selamat !"

Send

Divya mengirim balasan itu kepada Yovan. Setelahnya ia memblokir kontak Yovan.

Tapi tunggu! ternyata ada pesan lain dari Vina.

" Divya, bagaimana kejutanku? Apa kamu terkejut ? "

" Pasti terkejut bukan? Bagaimana tidak, kamu sedang lelah habis bekerja. Eh, tiba tiba-tiba pulang disuguhkan pemandangan menyakitkan."

" Divya, aku menang lagi ."

" Sayang sekali kamu tidak jantungan," diiringi emozi ketawa terbahak - bahak.

Begitulah pesan dari Vina.

" Ternyata, kamu tidak setulus yang aku kira. Padahal , saat pertama aku masuk perusahaan. Kamu sangat baik ,juga sudi menuntun aku mempelajari hal-hal yang sulit.Selalu menemaniku saat susah dan tidak ada teman. Juga kamu perhatian ketika aku sakit.Huft..aku ternyata tidak bisa mengenali sifat asli orang lain . Ketika orang itu baik dan perhatian kepadaku."Gumam Divya menyesali kebodohannya.

Ia menulis sebuah pesan kepada Vina.

" Sejak kapan aku bersaing dengan kamu Vina? Bukan kan selama ini kamu selalu membantuku saat sedang kesusahan? Kamu bahkan sudah naik satu level di atas ku. Kamu dan aku beda satu bulan masuk perusahaan, kamu lebih unggul dariku. Lantas dimana ya aku ingin bersaing dengan mu? "

Send

" Kamu sudah menjadi sahabatku. Tapi, kenapa kamu memusuhi ku dibelakang? Kenapa kamu tidak memberitahukan kepada ku bahwa kamu mencintai Yovan. Kalau saja kamu mengatakan nya aku juga pasti akan mundur, Vina kamu sahabatku. Bagiku sahabat lebih dari segalanya Vina."

Send

Saat hendak menulis kata - kata selanjutnya. Vina membalas pesan nya.

Ting..

" Ya, aku memang lebih unggul darimu. Buktinya Yovan lebih memilihku."

" Seperti nya kamu tidak bisa membaca semua pesanku dengan benar ya. Terserah kamu!" Send

Divya mematikan hpnya dan meletakkannya di meja rias.

" Huft.. sebenarnya aku salah apa ya sama dia.." Divya membuang napas kasar. Sahabat nya bisa berbicara seperti itu.

Dengtereneng..nengdeng...Hp Divya berbunyi tanda ada orang yang meneleponnya.