kumpulan fic Jaewoo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NERD PART 003
...***...
"Jadi kau benar-benar ingin lebih?" tanya Jaehyun, dia mendorong panggulnya pelan, tapi cukup melarikan desah tertahan dari bibir Jungwoo.
Jungwoo berpose erotis, entah itu disengaja atau memang Jungwoo bertingkah seperti ini saat melakukan itu, yang membuat kemaluan Jaehyun melakukan pemberontakan.
Tapi pertama, Jaehyun meraih botol pelumas -yang entah muncul darimana- dan menuangkannya di kemaluannya dan lubang bokong Jungwoo yang terbuka.
Dinginnya cairan itu membuat Jungwoo mendesis, geli karena air kental yang menetes diantara perpotongan bokongnya membuat reaksi menutup pada otot cincin lubang bokongnya, mencengkram milik Jaehyun.
"He-hei, sabarlah. Aku tau kau menginginkan aku."
"Ja-jangan, ah... bicara bodoh."
Setelah persiapan selesai, Jaehyun kembali ke posisi terbaiknya, lalu perlahan-lahan mendorong dalam pinggulnya seperti dia akan tenggelam ke dalam pelukan Jungwoo.
"A-aah." Jungwoo melenguh, lebih keras dari sebelumnya.
Jaehyun mencium. Kali ini bukan mengecup saja. Ia bisa merasakan lidah Jungwoo berguling-guling dengan lidahnya.
Jungwoo meraih leher Jaehyun dan meremat tengkuknya, menempelken kening mereka sementara Jaehyun membelah fokusnya menjadi dua, di bibir dan lidahnya serta tempo keluar-masuk di pinggulnya.
Jungwoo membuka lututnya, dan berani bersumpah lubang intimnya benar-benar telah di rusak oleh kejantanan berukuran abnormal milik Jaehyun.
Entah karena lubrikan atau memang tubuh Jungwoo berubah menjadi akomodatif -memproduksi lebih banyak cairan kental- apapun itu, Jaehyun merasa jauh lebih mudah untuk menambah kecepatan di pinggulnya.
Di dalam tubuh Jungwoo sangat ketat, tidak peduli berapa kali Jaehyun menerobos ke dalam sana, Jungwoo tidak merenggang, bahkan selalu ada perlawanan nikmat dari dalam.
Napas Jungwoo kelihatan kasihan, matanya memerah, setelah datang sekali, ia masih belum mampu menepis rasa pedih di bagian bawah tubuhnya.
"Aku akan berhenti kalau ini menyakitimu."
Jungwoo tersenyum, tangannya memeluk tubuh Jaehyun.
"Akan lebih menyakitkan kalau kau meninggalkanku di tengah-tengah seperti ini."
"Aku tidak akan menahan diri lagi."
"Kau memang tidak menahan diri sejak awal Jaehyun" Jungwoo mengelus sisi wajah Jungwoo.
"Sial, Jaehyun, kau benar-benar tampan."
"Ka-kau... benar-benar, ini perang terbuka!"
"E-eh apa yang? A-ah! J-Jaehyun!"
Jaehyun kembali berkutat dengan tempo cepat di panggulnya. Mereka berciuman, meremas, menjilat,
Jaehyun bahkan tanpa segan mengigit dan mengecup kulit di perpotongan leher Jungwoo. Seperti meninggalkan bekas merah di kanvas putih pucat.
Jungwoo tidak mencoba untuk menyembunyikan seberapa besar kenikmatan pada tubuhnya lagi. Kesenangannya seperti layar terbuka; seluruh wajahnya memerah, kelopak matanya setengah tertutup, erangan yang muncul setiap kali Jaehyun menyerempet prostat Jungwoo dengan kepala kemaluannya yang keras.
Jungwoo bahkan tidak berpaling dari Jaehyun saat Jaehyun menatapnya, pandangannya lurus ke depan.
Kacamata kotaknya miring ke arah kanan dan Jaehyun mencoba membenarkannya tapi gagal, kacamata itu lari lagi ke sisi lain wajah Jungwoo.
Dan setiap sedikit saja sentuhan pada kemaluan Jungwoo di perut Jaehyun membuatnya mengigil, sehingga tampaknya Jungwoo sudah melampaui batas, tapi Jaehyun berharap Jungwoo tidak keluar terlalu cepat.
"Aku akan keluar di dalam tubuhmu, ja-jadi bag-"
Jungwoo tampaknya tidak peduli.
"Keluar di dalam terasa lebih baik, bukan?" Jungwoo mengambil napas dalam sambil memberikan seringai goda yang membentang di bibirnya.
"Aku tahu kau ingin mengeluarkannya didalam."
Dengan kaki Jungwoo yang terkunci di pinggangnya, Jaehyun tidak punya banyak pilihan.
Jungwoo menggepalkan tangannya dan menarik tengkuk Jaehyun ke bawah dan menekan bibir mereka bersama-sama dan setiap suara lenguh Jungwoo teredam begitu seksi ke dalam mulut Jaehyun.
Guncangan di pinggang Jungwoo semakian naik temponya, Jaehyun tau Jungwoo akan keluar sebentar lagi, jadi dia membuat rotasi tanggung dan menusuk dalam dengan tempo dan ritme yang berbeda, cepat dan lambat, berputar dan diam, gerakkan tanggung dan menghujam tiba-tiba.
Jaehyun merasakan tumit Jungwoo menekan ke punggungnya, merasa Jungwoo bergetar di bawah tubuhnya.
Jungwoo mencakar dan Jaehyun mengigit bibir bawah Jungwoo.
"J-Jaehyun," Jungwoo merintih, tubuhnya mengigil saat Jaehyun mengekstrak dirinya dengan cairan pekat yang panas ke dalam tubuhnya. Keduanya keluar hampir dalam waktu yang bersamaan.
"Itu banyak, Jungwoo. Kau sudah datang tiga kali dan kau masih bisa mengeluarkan sampai sebanyak ini?" Jaehyun menatap ke bawah tubuh mereka dan melihat sejumlah cairan bening yang kental di tengah perut Jungwoo, masih sedikit menetes dari kepala kemaluannya.
"Dan kau masih keras." katanya.
Jungwoo mendorong poninya ke samping melalui tangannya. "Ini karena ulahmu juga, bodoh."
"Oh ya? Aku hebat bisa membuatmu begini, Jungwoo." Jaehyun mencelupkan jarinya ke dalam kolam precum diatas perut Jungwoo.
"Lihatlah ini." Jaehyun meletakkan ibu jari dan telunjuknya bersama-sama, kemudian memisahkan mereka untuk mempertontonkan precum Jungwoo yang membentuk garis antara jari telunjuk dan tengahnya.
"Aku bisa membuatnya lebih banyak, kau setuju?"
Jungwoo tampak skeptis. "Tidak akan sulit bagimu. Kau ahli dalam hal semacam itu"
Jaehyun baru akan memulai ketiga dan keempat dan seterusnya. Tapi samar-samar ia mendengar suara langkah kaki kecil yang ramai di depan kamarnya, tidak lama di susul ledak tawa berfrekuensi tinggi.
"Ah, itu ayahmu, Jaehyun!"
"Biarkan saja."
"Ti-tidak bisa begitu, ah, bajuku terciprat, cepat berikan aku sesuatu, idiot!"
***
Mereka semua berkumpul di meja makan. Jungwoo tidak bisa menampik betapa penampilannya yang seperti ini dapat menarik kesan tanda tanya pada ayah Jaehyun.
Jungwoo mengenakan kaus dan celana baru dengan ukuran yang sangat kelebihan di badannya- milik Jaehyun, wajah dan rambutnya basah, kontras kulitnya yang putih tidak bisa dengan mudah menghilangkan baik rona maupun bekas-bekas mencolok di sekitar lehernya, dan Jungwoo tidak bisa membuat wajahnya lurus, napasnya terburu-buru, bibirnya membengkak dan dia hampir tidak bisa berjalan. Dan yang parahnya lagi, Jaehyun berpenampilan sama dengan Jungwoo, hanya saja, dia kelihatan senang dan bangga.
"Oppa aku tidak pernah melihat temanmu yang ini." suara Krystal yang deluan terdengar.
Ia menyendok masakan buatan Jungwoo kedalam mulutnya.
"Aku Kim Jungwoo, maaf paman, telah lancang masuk ke rumahmu tanpa ijin."
Ayah Jaehyun tertawa sumringah,
"Bukan masalah, anak muda. Kau punya mulut yang sopan ya. Tolong setidaknya ajarkan sedikit pada anakku." Komentar Tuan Jung.
Jungwoo tampak terkejut, tidak terbiasa mendengar orang tua yang ucapannya lebih sarkastik daripada orang tuanya sendiri.
"Dia yang belakangan ini kuceritakan," ujar Jaehyun dan entah kenapa merasa kesal saat Krystal menyendok makanan di piringnya.
"Hei, jangan ambil bagianku."
"Ini enak. Dia yang membuatnya?" Krystal tersungut, isi piringnya hampir bersih.
Jung Yunho meletakkan sendoknya.
"Tolong baik-baiklah pada anakku. Dia bodoh, tapi dia orang yang baik. Dan karena ada kau, setidaknya dia punya sesuatu yang tidak membuat hatiku sakit saat melihat buku rapornya, itu benar-benar luar-biasa." katanya dan dia agak menunduk.
"Eh, Ayah!"
"Itu bukan hal yang sulit. Jaehyun diluar dugaan mudah mengerti."
Keadannya jadi mirip seperti seorang istri yang begitu segan dengan ayah mertuanya.
Jaehyun mencoba terpaku dengan nasi di atas piringnya, sementara Krystal belum berhenti juga mencomot makanan miliknya.
"Se-sebegitu enaknya?" tanya Jungwoo. Ia tidak terbiasa melihat anak-anak. Tapi adik Jaehyun kelihatan seperti marmut kecil dengan topi berwarna.
"Ya." Krystal sibuk mengunyah isi mulutnya.
"Bisa ajarkan aku membuat yang seperti ini, Jungwoo Oppa?"
"Te-tentu."
***
"Aku tau kau sering memperhatikan aku Jaehyun."
Saat itu mereka sudah kembali ke kamar Jaehyun lagi, malam sudah cukup larut, sudah menjadi kebiasaan anak laki-laki menghabiskan sisa malam dengan bermain video game saat sedang menginap.
Dan untuk yang satu ini, Jaehyun bisa bangga karena mampu mengajarkan sesuatu pada sang master.
"Kau tau?"
"Ya. Aku juga mengintipmu di kelas. Aku terbawa penasaran."
Jaehyun memegang kontroler gamenya erat, walau baru, Jungwoo cukup lihai memainkan game
"Kau mengintipku? Kenapa aku tidak tau?"
"Ya jelas, jangan sampai kau tau. Itu arti dari mengintip."
"Tapi aku mengintipmu, dan kau tau."
Jungwoo tertawa. "Tapi aku merasa bersyukur. Kupikir, entah sampai kapan aku musti menunggumu. Ternyata kau yang datang duluan padaku, yah, walau sebenarnya kau tidak benar-benar mendatangiku, kita tanpa sengaja bertemu di atap sekolah."
Jaehyun tidak benar-benar memusatkan konsentrasinya pada game, dia hanya mencoba tenang sementara jantungnya berdetak cukup gila belakangan ini
"Jadi?"
"Jadi apa?"
"Bagaimana kau menanggapi sikap menguntitku?"
"Tidak masalah, karena kau tidak menggangguku. Kau tidak membuat teror, dan setelah tau akhirnya begini, aku benar-benar tidak merasa marah."
"Dan?"
Jungwoo menurunkan kontrolernya, "Dan?"
"Dan apa yang kau pikirkan tentangku, awalnya?" Jaehyun mau tidak mau menurunkan kontrolernya juga, lalu tidur diatas pangkuan Jungwoo
Jaehyun benar-benar suka bertingkah lemah saat berada di dekat Jungwoo, hanya di depan Jungwoo dia bertingkah seperti ingin di lindungi, ingin di belai, ingin di elus seperti mengelus perut anak anjing.
Jaehyun suka kelihatan lemah hanya agar Jungwoo mau meletakkan tangannya di atas pelipisnya dan mengelus rambutnya pelan-pelan.
"A-aku melihatmu, melihatmu mengawasiku, kupikir ada apa dengan pria ini? Apa dia mendendam padaku? Aku mencoba tidak menimbulkan musuh di sekolah. Tapi kau tidak seperti musuh. Aku tau kau berdiri di depan perpustakaan tempo hari. Dan aku melihatmu. Aku tau kau tidak berbahaya, kau bukan seperti yang ku bayangkan pada awalnya. Tapi apa? Aku tidak bisa bertindak duluan. Jadi aku menunggu, dan tidak lama kau datang padaku."
"La-lalu?"
"Lalu apa, Jaehyun? Berbicaralah yang benar, aku bukan detektif yang memergokimu mencuri."
"Ah entahlah!" Jaehyun menarik Jungwoo untuk ikut bergabung dengannya diatas tempat tidur.
"Tidurlah. Besok kalau ayah dan adikku pergi, kita akan membolos sekolah dan melakukan itu sebanyak yang aku mau." Jaehyun menyelimuti mereka berdua.
"Dan saat kau keluar, kau harus memanggil namaku seperti tadi, ok?"
"A-apa?" Jungwoo bergerak lasak di dalam pelukan Jaehyun. Tapi yah... setidaknya ia tidak menolak juga.
Mungkin besok Jungwoo akan lumpuh sesaat.