21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.
harap bijak dalam membaca.
bocil skip aja. jangan maksa 😂😂
caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.
rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.
akankah caera dapat membalas sakit hatinya?
yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 19
Jacko sangat sibuk hari ini. perusahaan cabang tidak bekerja dengan baik. dia sudah bolak-balik menginstruksikan pada bawahannya untuk mempercepat kerja lapangan. tidak mau ada celah sedikitpun di mata Deva.
akhir-akhir ini Deva lebih banyak tersenyum. Jacko melihatnya seperti orang tidak waras saja. ia yakin Deva sedang kasmaran pada caera.
setelah kembali ke kota, Deva memintanya menyerahkan berkas tentang riwayat caera. setelah itu, Deva hanya sibuk memandangi berkas itu.
"bos, kita akan meninjau pembangunan apartemen di dearah xxx. setelah itu, kita akan ada rapat dengan mister wong di restoran Y"
Jacko memberi jadwal kerja mereka hari ini. berdiri di samping meja kerja Deva.
"ya baiklah. tapi tidak dengan pengawal mu"
jawab Deva tak menghiraukan Jacko. dia masih sibuk memandangi berkas di depannya.
Jacko melirik ke meja Deva. ya ampun, masih berkas caera dan foto-foto wanita itu.
"setelah itu, ada undangan makan malam dari tuan Yuda malam nanti. apa kau bersedia Dev?"
menjentikkan jari di depan Deva. karena merasa terganggu, Deva mendongak menatap Jacko.
"apa?"
Deva menggerakkan tangannya. bertanya mengapa Jacko mengganggunya.
"oh Dev. sudah berapa kali kau melihat berkas itu" Jacko berpindah ke depan meja Deva dan duduk di kursi.
"jangan menggangu ku Jack"
tak acuh Deva kembali menatap berkas di depannya.
"kau sudah gila Dev. kau sudah lihat kan, dia sudah menikah. jangan mengambil resiko besar Dev"
"dia akan bercerai"
Deva menutup berkas caera dan tersenyum penuh arti menatap Jacko.
"jangan terlalu berharap dia akan bercerai. kita sendiri belum tahu masalah mereka"
"tapi aku yakin"
Deva percaya diri.
"aku melihat dia tidak menggubris mu. dan jangan jatuh di lubang yang sama Dev"
Jacko memberi alarm pada Deva.
Deva terdiam. bayangan masa lalu kembali merkeliaran di benaknya. bagaimana dia terpuruk karena Gisel lebih memilih pergi pada cinta pertamanya.
Deva sudah menutup diri dari wanita manapun. ibunya selalu memintanya untuk menikah, tapi Deva masih belum mau.
entah kenapa dengan caera ia merasa jatuh cinta lagi. ia merasa harus menawarkan diri pada wanita itu. ini sangat konyol. Deva kehilangan akal sehat jika dengan caera. kejadian malam ketika caera mabuk, sudah berhasil membuat hati Deva lumer.
"kau tahu kan, ibu selalu menyuruh ku menikah. jadi aku akan memenuhinya kali ini"
bersandar pada kursi empuknya dan memainkan pena di jarinya.
"tapi tidak dengannya Dev. dia sudah menikah"
"kau bisa buat dia bercerai"
Deva tersenyum sambil memainkan alisnya
"apa? aku? oh Dev, kenapa tidak kau saja"
Jacko menolak.
"haha itu tugas mu bukan. aku tahu kau dapat membereskan semuanya"
Deva tertawa penuh kemenangan.
"astaga! aku bisa bereskan urusan kantor Dev. bukan membuat jebakan agar wanita mu bertengkar dengan suaminya"
"hahaa"
Deva tertawa kencang.
Jacko tidak mengerti mengapa Deva jadi berubah. makin tidak waras saja bosnya ini.
Deva membuka ponselnya. ia tersenyum menatapi layar ponselnya. ada nomor ponsel caera di sana.
"dia pintar Jack. memanipulasi nomor ponselnya. hahaa"
Deva tertawa lagi.
"ck Dev, kau terlihat makin tidak waras saja"
Jacko memutar bola matanya malas.
bukannya marah, Deva makin merasa tertantang untuk mendapatkan caera. caera berbohong menyimpan nomor ponselnya di ponsel Deva. ia mengetik nomor yang salah.
Deva tahu itu. karna dia sudah melihat semua berkas riwayat caera dari Jacko.
"kau sudah memeriksa suaminya?"
Deva bertanya sambil beranjak ke sofa di sudut ruangan kantornya.
"sejauh ini masih belum terlihat kesalahan fatal darinya. pekerjaannya masih aman saja. perusahaan tuan Sanjaya pasti masih merekrutnya untuk waktu yang panjang"
Jacko menjelaskan tentang Arya.
"biarkan saja. kita hanya menunggu"
Deva rebahan di sofa.
ya ampun bos, kau makin gila saja. tidak pernah Deva bersikap begitu santai. pake rebahan di sofa lagi. dan lihat, lihat mata itu. matanya memancarkan binar yang tak pernah Jacko lihat sebelumnya. matanya menerawang jauh entah kemana. dan Jacko yakin pasti caera.
"bagaimana menurut mu Jack?"
tanya Deva masih menerawang menatap langit-langit ruang kantornya.
"Dev, kau sungguh ingin tau?"
Jacko berdiri dan berjalan ke arah sofa. ia mencondongkan badannya agar kepalanya langsung berhadapan tepat dengan wajah Deva dari atas.
Deva mengangguk memandang wajah Jacko di atasnya.
"aku rasa, dia Sama sekali tidak tertarik dengan mu. dia tidak suka pada mu"
setelah mengatakan itu, Jacko buru-buru menjauh dari Deva. Deva bangkit lalu melemparkan bantal sofa ke arah Jacko yang segera keluar ruangan dan menutup pintu.
"sialan kau"
bantal itu menyasar pada pintu yang telah menutup. Jacko terlihat tidak mendukungnya kali ini. Deva tahu, itu hanya karena caera telah menikah. selebihnya tidak ada masalah bagi Jacko.
dia hanya tidak mau Deva terluka dan jatuh seperti empat tahun yang lalu
****
mentari telah berangkat ke peraduan sudah sedari tadi. malam datang menemani Deva dan Jacko menuju restoran Y untuk memenuhi undangan makan malam tuan Yuda dari perusahaan mixan group.
"kau telah menyiapkan berkasnya Jack?"
Deva duduk santai di bangku belakang. memainkan ponselnya.
"sudah"
jawab Jacko melirik Deva dari kaca spion.
"kau tidak curiga dengan tawaran ini? sepertinya menjanjikan sesuatu yang lebih"
"kau harus menahannya jika itu memang berlebihan"
Jacko mengemudi dengan tenang. sesekali melirik Deva di belakang.
mereka berdua tahu, tuan Yuda seorang pengusaha yang licik. akan menghalalkan segala cara untuk memenangkan tander. tapi Jacko sudah mengantisipasi jika terjadi sesuatu yang di anggap berlebihan.
memasuki sebuah restoran mewah yang terletak di pusat kota, Deva berjalan dengan penuh wibawa. berbeda sekali ketika ia memandang berkas-berkas caera tadi siang.
Jacko berjalan di belakang Deva dengan sikap waspada. menjaga keamanan tuannya dengan siaga.
seorang pelayan mengarahkan mereka ke ruangan VIP. tuan Yuda sudah menunggu mereka di sana.
terlihat tuan Yuda duduk di depan meja panjang bersama sekertarisnya yang berdiri tegak di belakangnya.
"ah tuan Deva"
tuan Yuda menyalami Deva dengan keramahan yang tampak di buat-buat.
Deva menyambut uluran tangan lelaki tambun itu datar saja. duduk di bangku berhadapan dengan tuan Yuda, dibatasi oleh meja panjang di depannya. sementara Jacko berdiri tegak di belakangnya.
"terima kasih anda telah datang memenuhi undangan saya"
tuan Yuda tersenyum senang. ini kesempatan besar baginya karena Deva sudah mau datang.
"ya, kebetulan saya mengosongkan perut hari ini, hanya untuk makan malam dengan anda. sepertinya spesial"
Deva menaikkan sebelah alisnya.
"ah ya, tentu saja spesial jika berurusan dengan tuan Deva haha"
tuan Yuda terkekeh karena dapat menebak, Deva mengetahui niatnya.
"bagaiman, kita makan dulu, atau langsung pada pokok bahasan kita?"
tuan yuda menawarkan pada Deva.
"saya rasa, ini hanya undangan makan malam" Deva duduk menyilangkan kaki. menatap tuan Yuda di depannya.
"ah saya rasa ini sudah waktunya makan malam bukan. dan saya tahu tuan Deva tidak terlalu terburu-buru"
Yuda tersenyum pada Deva. Deva hanya memperhatikan saja.
pelayan datang dan menghidangkan banyak makanan di meja. berbagai macam makanan tersedia. pesanan tuan yuda sudah tertata rapi di meja panjang itu.
"silahkan tuan Deva. mari kita makan"
tuan Yuda menyilahkan Deva. dan Deva hanya mengambil sedikit makanan itu.
"oh ya, tuan deva. bagaimana dengan rencana pembangunan lapangan golf dan pusat perbelanjaan di area apartemen itu?"
tuan Yuda bertanya sambil sibuk memotong daging steak di piringnya.
Deva mendongakkan wajahnya menatap tuan Yuda. lelaki separuh baya itu sudah mulai pada pokok inti pembahasan dalam undangan makan malam ini.
"saya kira tender lapangan golf terlalu kecil bagi anda" Deva melirik pada Jacko. "asisten ku bilang anda lebih cocok memasang tender pada apartemen saja"
pancingan kecil masuk, dan akan menangkap ikan yang besar.
"ah tuan Deva terlahu berlebihan"
tuan Yuda terlihat girang "tapi saya akan senang jika asisten tuan berpikir seperti itu"
Deva hanya tersenyum dingin.sudah mulai kelihatan apa yang di inginkan lelaki licik ini.
"saya sangat membutuhkan dukungan Anda tuan" kini kegirangan tuan Yuda menjadi berkali lipat Karena Jacko berada di pihaknya.
Tok.. tok.. tok..
ada ketukan di pintu. Jacko memandang curiga ke arah tuan Yuda.
"oh maaf, mungkin itu putri saya" kata Yuda mengharap pengertian kepada dua pria yang tak terpisahkan itu.
Deva mengangguk. dan sekertaris tuan Yuda melangkah menuju pintu dan membukanya.
seorang gadis berparas cantik dengan kulit kuning Langsat masuk dan berdiri di hadapan mereka. Memakai baju terusan yang serba ketat sebatas lutut. lekuk tubuhnya tercetak jelas.
wajah cantik dengan makeup sedikit tebal, bibir penuh dan rambut lurus. terlihat pesona elegan padanya.
"papa" gadis itu melirik sekilas pada deva dan mendekat pada tuan Yuda memberi kecupan di pipinya.
duduk di tengah, antara tuan Yuda dan Deva. tersenyum manis dan mengangguk hormat pada Deva.
Deva hanya menaikkan bibirnya sedikit. menatap sekilas pada gadis itu.
"ah maaf tuan Dev. ini Della, putri saya. dia baru kembali dari Canada. baru menyelesaikan S2 di sana"
tuan Yuda memperkenalkan putrinya. gadis itu tersipu menatap Deva yang bersikap datar saja.
merasa di abaikan, senyum manis itu agak menghilang dari wajah Della. menatap ayahnya meminta dukungan.
"Della, ini tuan Deva" lanjut tuan Yuda lagi.
Della mengulurkan tangan ingin menyalami Deva. tapi Deva tak menyambut tangan putih mulus itu. hanya memandang dan mengangguk samar.
Della menarik tangannya lagi. senyum itu makin lenyap. kini wajahnya terlihat canggung. tuan yuda menyadari itu. titik keringat mulai muncul di dahinya. merasa rencananya akan gagal total karena Deva tidak menyambut kedatangan Della.
rasa sesal muncul di hati tuan Yuda. salah memilih ide memperkenalkan putrinya pada Deva yang memang terkenal dingin pada wanita.
suasana ruangan VIP yang tadinya terkesan tegang, kini malah semakin tegang saja. aura dingin dari Deva menyebar luas.
"ah ya, silahkan tuan Dev, silahkan lanjutkan makan anda"
tuan Yuda bicara canggung.
bukan menuruti ucapan tuan Yuda, Deva malah menghentikan makannya. berdiri dan mengancingkan jasnya.
" sepertinya pertemuan kita sudah selesai tuan Yuda. saya tidak ingin mengganggu acara keluarga"
Deva bersiap pergi di ikuti Jacko.
tuan Yuda bangkit berdiri. ia mengutuki Deva dalam hati.
"Anda terlalu terburu-buru tuan Dev"
Deva berhenti dan menoleh ke belakang tak sampai melihat tuan Yuda. melirik sinis berkata.
"putri anda cantik dan terpelajar bukan? jangan menjajakannya demi tender proyek yang tidak seberapa"
selesai bicara begitu, Deva dan Jacko melangkah pergi. meninggalkan tuan Yuda dan Della yang sudah ingin menangis merasa terhina dengan ucapan Deva.
"sial!!"
lelaki paruh baya itu mencampakkan gelas yang ada di meja. gelas itu hancur berantakan di lantai.
alamat tidak mendapatkan tender proyek yang di inginkan karena salah taktik. dia pikir putrinya yang cantik akan meluluhkan Deva. tapi itu hanya mimpi.
Daan sayang bngt aku ga punya Deva hhhh