Kim Da Mi harus menikahi Yoo Jae Suk, cucu dari presdir Yoo yang sudah berjanji pada kakeknya. Meskipun perasaannya masih tersisa untuk aktor tampan Wi Ha Joon.
Akankah dia mampu menekan perasaannya pada aktor tampan itu, sedangkan dia harus tetap bekerjasama dengannya untuk menangani Rumah Pelangi miliknya?
Yuk simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Da Mi masuk perlahan ke rumah, lampu padam dan tak ada suara. Semua orang sudah tertidur, pikirnya.
Dengan berjinjit, dia berjalan menuju sofa dan hendak langsung tidur saja tanpa mengganggu siapapun.
"Kau sudah pulang! " seru Yu Na dari arah dapur.
"Astaga, kau membuat ku terkejut" ucap Da Mi.
"Kamu mencuri Ha Joon ku" gumam Yu Na.
"Hmmm? " Da Mi terkejut dengan ucapan Yu Na.
Yu Na datang dengan rambut berantakan dan berjalan sempoyongan.
"Kamu.... "
Tunjuknya.
Da Mi terkejut, tapi kemudian tersenyum. Mata Yu Na masih tertutup tapi berjalan ke arah nya dengan kesal.
"Aku yang suka Ha Joon si, kenapa sekarang malah dia yang menyukaimu? Dia aktor idola ku, eonni" Yu Na merengek.
Dia duduk di samping Da Mi kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Da Mi.
"Tidak, dia tak mungkin menyukai ku. Aku bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, aku tidak spesial" gumam Da Mi.
Dia mengingat saat mereka bicara banyak, bercanda hingga wajah mereka saling berdekatan tadi.
Da Mi mengalihkan pandangannya untuk bangun dari lamunannya.
Dia membaringkan tubuh Yu Na di sofa, kemudian berbaring di sofa satunya.
#
Pagi yang cerah.
Da Mi sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk semua orang.
Ha Ni yang baru bangun menatap dengan menyipitkan matanya.
"Kau tidak tidur? " tanya Ha Ni.
"Hei, pagi Bi! " Da Mi menoleh.
"Tentu saja aku tidur, aku hanya tidak bisa tidur setelah ingat hari ini kalian harus berangkat kerja lebih pagi" lanjut Da Mi.
"Siapa yang mengingatkan mu? " tanya Ha Ni merasa tak pernah mengatakannya.
"Yu Na terus bicara, dia mengigau. Bibi tahu sendiri, jika ada sesuatu yang harus dia sampaikan, dia akan memimpikannya dan terus bicara" jelas Da Mi menunjuk ke arah Yu Na yang masih berselimut.
"Dia masih seperti itu? " Ha Ni menertawakan.
"Yup, dia seperti alarm bagi ku. Meski berisik, aku bersyukur dia selalu di sampingku selama ini" ucap Da Mi.
Dia menata piring dan makanan yang sudah dia buat.
"Sarapan selesai, mandilah, lalu makan" ucap Da Mi.
"Ok, aku mandi sekarang" Ha Ni pergi.
Menyusul Mirae keluar dan juga Yu Ri. Tapi mereka melanjutkan tidur mereka di sofa. Mirae memeluk Yu Na sedangkan Yu Ri tidur di sisi lain.
Da Mi menyeruput kopinya, dengan mata menatap ke arah matahari terbit. Gedung-gedung di Seoul membuatnya takjub tapi di sisi lain dia merindukan Busan.
Hela nafasnya terdengar oleh Ha Ni yang sudah siap dan akan duduk.
"Kenapa? Kau rindu rumah? " tanya Ha Ni.
Da Mi berbalik.
"Kenapa bibi selalu tahu apa yang ada di fikiran ku? " tanya Da Mi seraya duduk di hadapannya.
"Karena aku bibi mu" ucap Ha Ni kemudian menyantap sarapannya.
Da Mi tersenyum.
"Hari ini kamu di rumah saja kan? " tanya Ha Ni.
"Tidak, kami akan jalan-jalan keliling Seoul" ucap Yu Na yang keluar dari kamar mandi.
Da Mi membulatkan matanya, merasa tak punya rencana itu.
"Kemana? " tanya Da Mi.
"Da Mi saja tak tahu akan kemana, kau punya rencana sendiri?" tanya Ha Ni.
"Ayolah Eonni...., kamu harus mengajakku jalan-jalan. Kita kan sudah pernah tinggal di Seoul, kita harus ke tempat yang menarik di sini. Please! " ucap Yu Na.
Da Mi terdiam, Ha Ni menoleh ke arahnya.
Ya, Da Mi pernah tinggal di Seoul, saat sekolah, sebelum kembali ke Busan dan mengikuti semua permintaan kakeknya.
"Hei Yu Na! Kamu tidak bisa memaksa Da Mi, dia.... " Ha Ni tak mau Da Mi pergi.
"Tidak apa-apa bi, aku akan mengajaknya liburan selama di sini" sela Da Mi.
"Cckk, dasar Yu Na. Kamu ini selalu merepotkan Da Mi" Ha Ni berdiri dan hendak pergi kerja.
Menyusul Yu Ri dan Mirae, mereka bekerja sedangkan Yu Na menatap Da Mi dengan senyum merekah di bibirnya.
"Ayo! " ajak Yu Na.
"Kemana? Kamu sudah punya rencana? " tanya Da Mi yang tangannya di seret oleh Yu Na untuk keluar dari rumah.
"Sudahhh, aku sudah punya rencana. Tenang saja! " Yu Na percaya diri.
Da Mi menurut saja padanya. Dia ikut kemana Yu Na mengajaknya.
Tapi, langkah Da Mi terhenti saat mereka sampai di depan sebuah rumah besar.
Yu Na yang menariknya, sekarang kesulitan karena Da Mi terdiam.
"Kenapa? Ayo jalan! " ucap Yu Na terus menarik.
"Kenapa kamu mengajakku kemari? " tanya Da Mi dengan tatapan kesal.
Yu Na melepaskan tangan Da Mi.
"Tentu saja untuk menemui ayah" ucap Yu Na polos.
"Yu Na, aku tidak mau! Ayo kembali!" Da Mi tak ingin masuk.
"Kenapa? Ayah pasti melihat mu di televisi, jadi dia tahu kita di sini. Dia, tidak, kurasa dia akan senang jika kita kemari" ucap Yu NaNa berspekulasi.
"Hentikan! " Da Mi kesal dan melempar tangan Yu Na.
"Eonni...." Yu Na terkejut dengan sikap Da Mi.
"Berhenti berpikir kalau dia memikirkan kita" ucap Da Mi.
Da Mi berbalik, Yu Na berdiri sendirian di depan pintu rumah ayahnya.
Da Mi berhenti berjalan di beberapa blok tak jauh. Dia sedikit khawatir karena Yu Na tak mengikutinya.
Da Mi berbalik, dia menatap ke jalan ke arah rumah itu. Menunggu beberapa saat tapi Yu Na tak juga datang.
Akhirnya Da Mi mengalah, dia pergi menyusul Yu Na.
Yu Na duduk termenung di depan pagar rumah itu. Da Mi mendekat dan ikut duduk di sampingnya.
"Kenapa? dia tidak keluar? " tanya Da Mi.
"Aku tidak berani menekan bel nya. Aku juga takut dia hanya akan tertegun menatap kedatangan ku, lalu mengusirku saat nenek lampir itu keluar" jelas Yu Na.
"Kau sendiri tidak yakin, lantas mengapa kau mengajakku kemari? " Da Mi berdiri.
"Tekan bel nya, kau lebih tegar dari aku kan! " ucap Yu Na dengan kepala mendongak menatap Da Mi.
Mata Da Mi melihat ke arah bel rumah besar itu. Kemudian, kenangan masa lalu muncul di hadapannya.
Pintu besi itu berubah, tanamannya pun berubah menjadi tanaman yang dulu selalu dia rawat bersama adiknya Yu Na.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>