Sejak lahir, Jevan selalu di kelilingi oleh para perempuan. Ia tak pernah tahu dunia lain selain dunia yang di kenalkan oleh ibunya yang bekerja sebagai penari pertunjukan di sebuah kota yang terkenal dengan perjudian dan mendapat julukan The sin city.
Jevan terlihat sangat tampan sampai tak ada satupun perempuan yang mampu menolaknya, kecuali seorang gadis cuek yang berprofesi sebagai polisi. Jevan bertemu dengannya karena ia mengalami suatu hal yang tak lazim di hidupnya.
Peristiwa apakah yang telah di alami oleh Jevan? Ikuti ceritanya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Cherly yang Unik (21+)
"Aku... Entahlah, para pria membuatku gugup. Aku jadi tidak bisa konsentrasi bekerja kalau sedang dekat dengan kalian, para pria"
"Jadi kamu ingin aku mencoba untuk merangsang kamu?"
"Emm... Iya... Kurang lebih seperti itu. Jevan, aku rasa aku tidak normal, Jevan"
"Ssh... Jangan berkata seperti itu. Aku rasa kamu hanya perlu sedikit dorongan"
"Dorongan?"
"Yup"
Kemudian Jevan mendekati Cherly dan mulai mencium bibir Cherly sambil dalam hati meminta maaf kepada Louisa karena Jevan berjanji kepada Louisa untuk tidak mencium kliennya. Jevan tertegun, ternyata Cherly benar. Ia tak bereaksi sama sekali atas ciuman Jevan.
"Uh... Jangan tersinggung. Aku yakin kamu adalah pencium yang handal. Jadi masalahnya ada di aku, bukan kamu"
"Apakah ini sudah lama terjadi?"
"Iya, sejak aku mulai puber"
"Benarkah?"
"Iya"
"Apakah kamu sudah mencoba untuk berobat ke dokter?"
"Sudah, tapi dokter bilang secara fisik aku baik-baik saja"
"Mungkin kamu harus coba hipnoterapi atau yang semacam itu"
"Aku belum pernah coba sih, tapi akan aku pikirkan, masalahnya aku sibuk sekali bekerja sampai tak punya waktu untuk memikirkan itu atau berlibur. Anyway... Jevan, aku mempunyai permintaan khusus"
"Permintaan apa, Cher?"
"Aku ingin malam ini kamu menginap di sini. Aku janji akan membayarmu lebih"
"Ngg... Entahlah, Cher. Aku belum pernah menginap sebelumnya. Aku rasa aku perlu bertanya kepada Nino dulu"
"Ya sudah, kalau begitu tanyakan saja pada Nino"
"Oke, aku telepon dia dulu ya"
"Iya, Jev"
Jevan kemudian menghubungi Nino untuk meminta persetujuannya dan Nino lalu merespon dengan menyetujuinya.
"Oke, aku rasa urusan dengan Nino sudah beres. Sekarang, kamu ingin melakukan apa?"
"Entahlah, kamu ada ide?"
"Bagaimana jika kita saling bicara sambil bergenggaman tangan?"
"Hmm... Baiklah, kamu ingin aku melakukan apa?"
Jevan kemudian meraih tangan Cherly yang terasa dingin dan lembab. Awalnya Cherly menolak, tetapi lama kelamaan ia mulai terbiasa dan membiarkan Jevan menggengam tangannya.
"Sudah mulai merasa nyaman?"
"Iya sedikit"
"Apa yang kamu suka, Cherly? Maksud aku, jika kamu berkencan dengan seorang pria, apa yang ingin kamu lakukan dengannya?"
"Entahlah, aku tak punya fantasi sedahsyat seperti perempuan lain"
"Benarkah?"
"Iya. Ini sudah kedua kalinya loh kamu bertanya seperti itu"
"Maaf, aku hanya... Aku belum pernah bertemu seseorang seperti kamu"
"Jadi apakah aku terlihat seperti orang aneh?"
"Tidak, menurutku kau itu unik. Itu pujian loh"
"Yeah, Terima kasih"
"Cherly,apakah kamu tak ingin mencoba sesuatu?"
"Seperti apa? Ya ampun, aku benar-benar sekaku itu ya? Para pria pasti langsung bosan denganku karena aku sangat pasif"
"Tidak apa, kita kan sedang belajar ke arah sana supaya kamu bisa merasa seperti perempuan normal lainnya"
"Apakah aku terlihat tidak normal, Jev?"
"Entahlah, aku belum bisa menyimpulkan secepat itu"
"Lalu kita harus bagaimana?"
"Cherly, apakah kamu mempunyai sebuah lingerie?"
"Tidak punya, karana aku terlalu malu untuk membelinya"
"Kalau begitu ayo kita berbelanja"
Jevan lalu menarik tangan Cherly dan membawanya ke mobilnya menuju sebuah mall yang lokasinya dekat dari apartemen tempat Cherly tinggal.
***
Cherly mengamati dekorasi mall yang mereka kunjungi.
"Aku jarang main ke mall karena selalu sibuk bekerja. Aku rasa karena selalu fokus ke pekerjaan, membuatku mengabaikan banyak hal"
"Iya aku rasa kamu perlu refreshing sesekali, terutama jika kamu sedang libur"
"Akan aku pikirkan itu, Jev. Terima kasih"
"Yups, sama-sama"
Ketika sedang mencoba beberapa lingerie dan menunjukannya pada Jevan, Cherly yang berpenampilan sederhana dengan kepangan di rambutnya mulai menikmati kegiatan itu dan tertawa bersama Jevan tiap kali mendapati model lingerie yang aneh dan membuatnya tak nyaman. Sewaktu ia sedang ke kamar pas untuk mengganti lingerie yang lain, seorang pria yang sedari tadi mengamati Jevan dan Cherly kemudian mengajak Jevan berbicara.
"Dia lucu. Apakah ia pacarmu?"
Jevan agak terkejut dengan pertanyaan pria itu. Sepertinya ia menyukai Cherly.
"Tidak, ia bukan pacarku. Kami hanya berteman"
"Baguslah kalau begitu. Namaku Glen dan ini kartu namaku. Nanti tolong berikan padanya ya! Aku permisi dulu" Jevan tertegun atas reaksi cepat dari pria itu dan pastinya ia akan memberikan kartu nama Glen kepada Cherly nanti.
Setelah mencoba beberapa lingerie dan akhirnya memutuskan untuk membeli dua potong lingerie, Cherly kemudian mengajak Jevan untuk makan siang bersama.
"Cherly, apakah kamu jarang berkencan?"
"Iya. Salah seorang temanku pernah menjodohkanku dengan seorang pria. Itu sudah terjadi sekitar 2 tahun yang lalu. Kencannya gagal, jadi aku tak ingin mencobanya lagi"
"Apakah itu karena ia tak bisa mengajakmu ke tempat tidur?"
"Iya, kurang lebih begitu"
"Ya sudah, kalau begitu hari ini kita berkencan saja, terserah kamu mau melakukan apa, aku akan menurutimu"
"Baiklah, seprtinya aku sudah lama ingin mencoba ice skating. Kamu bisa ga, Jev?"
"Bisa. Hampir semua olahraga aku bisa, kecuali senam atau semacam gimnastik"
"Memangnya kenapa? Kok kamu ga bisa?"
"Karena dulu aku pikir olahraga itu lebih cocok buat cewek"
Cherly tertawa mendengar ucapan Jevan dengan ekspresinya yang lucu.
"Sebagai teman, kamu orangnya menyenangkan, Jev. Pantas banyak perempuan yang ingin menghabiskan waktunya denganmu"
"Itu sudah menjadi tugasku, Cherly"
"Well, kalau begitu aku bisa bilang kalau kau menjalani tugasmu dengan baik"
"Terima kasih, babe"
Cherly kembali tertawa ketika mendengar Jevan memanggilnya babe.
"Kamu sebenarnya cantik, Cherly. Coba sesekali buka kacamata kamu ketika sedang berkencan, ganti dengan soft lens. Aku yakin jika kamu mau sedikit berdandan, para pria akan melirikmu"
"A... Aku tak begitu yakin soal itu, Jev"
"Lihat saja nanti. Kamu akan terkejut melihat reaksi para pria yang kagum denganmu"
"Menurutmu begitu?"
"Iya. Sekarang, ayo kita skating"
Karena belum pernah mencoba untuk skating, Cherly sering kali terjatuh. Tetapi Jevan dengan sabar mengajarinya. Ketika Cherly sudah mulai lelah dan hari sudah menjelang malam, Cherly dan Jevan lalu kembali ke apartemen Cherly.
***
Jevan menahan tawanya ketika melihat Cherly yang memakai baju tidur terusan bermotif hello kitty.
"Go ahead, tertawa saja. Aku tau dari tadi kamu mencoba menahan untuk tidak tertawa"
"Maaf, Cherly. Aku ingin tanya satu hal. Apakah kamu memakai bra?"
"Iya, aku pakai. Memangnya kenapa?"
"Tolong di lepas saja tiap kali kamu tidur, karena itu tidak baik untuk sirkulasi darah di tubuhmu"
"Baiklah, aku lepas. Jangan ngintip loh"
"Aku takkan mengintip, kecuali kalau kamu ingin aku mengintip, aku sih mau saja"
Cherly kemudian memelototi Jevan, yang malah direspon oleh Jevan dengan menertawakan Cherly.
"Done, sudah kulepas. Sekarang giliran aku yang menertawakan piyama kamu"
"Oh honey, aku tak pernah pakai piyama kalau tidur"
"Jadi kamu pakai apa kalau tidur? Celana pendek?"
"Aku tak pakai apa-apa tiap tidur"
"Oh, Jevan... "
"Kenapa? Kamu terlihat gugup, Cherly. Apakah itu berarti kau merasakan sesuatu?"
Jevan mulai melucuti pakaiannya satu persatu lalu menghampiri Cherly yang malah mundur ke belakang dan baru berhenti ketika ia membentur dinding di kamarnya.
"Ayolah, Cher. Bebaskan dirimu, lepaskan saja... Jangan pikirkan yang berat-berat... Tinggalkan pekerjaanmu di kantor, tetapi ketika kau sudah di rumah, semua kesenangan yang bisa kamu miliki adalah milikmu seutuhnya"
"Begitu ya?"
Jevan tak menjawab karena ia sibuk mengendus leher Cherly. Kemudian ia membisikkan kata-kata mesra untuk merayu Cherly.
"Sentuh aku, Cher... Dimana saja... "
Ucapan Jevan membuat Cherly merasa panas dingin. Ia merasa yakin kalau kali ini mungkin saja ia bisa berubah menjadi wanita normal seperti yang selama ini ia inginkan.