NovelToon NovelToon
Cinta Suci Untuk Rheina

Cinta Suci Untuk Rheina

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Slice of Life
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nofi Hayati

Tidak ada pernikahan yang sulit selama suami berada di pihakmu. Namun, Rheina tidak merasakan kemudahan itu. Adnan yang diperjuangkannya mati-matian agar mendapat restu dari kedua orang tuanya justru menghancurkan semua. Setelah pernikahan sikap Adnan berubah total. Ia bahkan tidak mampu membela Rheina di depan mamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofi Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Baby Boy

Perut Rheina sudah semakin membesar. Sekarang kehamilannya sudah masuk bulan kesembilan. Dokter memperkirakan kalau sekitar seminggu lagi, ia akan bertemu dengan buah hatinya. Rheina sudah tidak sabar menunggu saat itu tiba. Wanita tersebut juga sudah mengumpulkan semua perlengkapan yang akan dibawa ke rumah sakit. Seandainya saat itu tiba, maka mereka bisa segera berangkat ke rumah sakit tanpa memikirkan hal apa pun.

Namun, tiga hari sebelum waktu yang diprediksi dokter, Rheina melahirkan bayi laki-laki dengan berat 3,4 kg dan panjang 51 cm melalui persalinan normal. Marni adalah orang yang sangat bahagia dengan kelahiran bayi mungil ini. Bayi Rheina adalah cucu pertama dalam keluarga mereka, dan bayi ini juga cucu laki-laki pertama dari keluarga Sandy.

"Selamat, ya, Sayang. Mama senang, akhirnya kamu bisa melahirkan secara normal," ujar Marni yang ikut menemani Rheina di ruang bersalin karena Adnan tidak sanggup menemani Rheina di sana. Laki-laki itu tampak pucat saat di suruh dokter masuk ke ruang bersalin. Ia bahkan sudah mulai menangis saat Rheina terlihat menahan sakit yang begitu hebat.

Melihat anaknya ketakutan, mami Adnan melarang anaknya menemani Rheina di kamar bersalin karena takut putranya itu pingsan. Sebenarnya Rheina sedih karena impiannya untuk melahirkan bisa ditemani suami tidak terwujud, tetapi Marni menguatkannya. Marni selalu ada kapan pun dibutuhkan oleh putrinya itu.

"Iya, Ma," sahut wanita berkulit putih, sambil mengajari putranya mengisap ASI. Adnan sudah terlihat lebih tenang saat ini. Ia tidak mau jauh dari istri dan anaknya. Sejak tadi, berkali-kali ia meminta maaf karena tadi tidak sanggup menemani Rheina saat bertaruh nyawa melahirkan buah hati mereka.

"Setelah melahirkan, kamu harus jaga badan. Tidak boleh mengerjakan yang berat-berat," pesan mama Rheina. Ia tidak ingin putri satu-satunya itu kecapekan setelah melahirkan.

"Di rumah, kan, ada Mbak Herlin, Ma. Rheina nggak akan kerja yang berat-berat, kok," ujar Rheina meyakinkan mamanya.

--

Setelah kondisinya mulai pulih, dokter mengizinkan Rheina untuk pulang ke rumah. Persalinan normal memang lebih cepat proses pemulihannya daripada persalinan sc. Hanya dua hari Rheina diharuskan untuk menginap di rumah sakit.

"Mama ikut ke rumah kamu, ya," pinta Marni. Wanita tersebut khawatir memikirkan kondisi anak dan cucunya, jika ia tidak di sana bersama mereka. Ia takut kejadian di awal kehamilan Rheina itu terulang kembali.

"Benaran, Ma? Nanti papa gimana?" tanya Rheina. Ia sangat senang jika mamanya mau menemaninya di masa-masa awal menjadi seorang ibu. Ia harus belajar banyak menjadi seorang ibu yang cekatan. Mamanya sudah tidak diragukan soal ini semua, walaupun anaknya cuma satu, tetapi beliau sangat telaten dalam membantu adik-adiknya di awal melahirkan.

"Iya, Papa sudah ngizinin, kok. Nanti kalau kamu sudah benaran pulih, baru Mama balik ke rumah," ujar mamanya.

"Makasih, Ma," ujarnya sambil memeluk mamanya hangat.

Rheina senang sekali, ia selalu bahagia saat wanita yang telah melahirkannya itu berada di sampingnya. Marni mulai memasukkan barang-barang Rheina dan bayinya ke dalam tas. Wanita yang baru saja menjadi ibu tersebut, masih duduk di ranjang, sambil menggendong bayi mungilnya. Adnan sedang menyelesaikan administrasi rumah sakit.

"Udah siap semuanya, Ma?" tanya Adnan saat baru tiba di kamar.

"Udah, Adnan. Mama juga bakalan ikut ke rumah kalian, buat jagain Rheina sampai kondisinya benar-benar pulih," ujar Marni.

"Makasih, Ma. Mami tadi katanya juga mau bantu ngurusin Rheina dan si kecil, sampai mereka benar-benar pulih. Adnan senang, semuanya perhatian sama kami." Adnan terlihat bahagia.

Rheina juga bahagia mendengarnya. Namun, di sisi lain ada kekhawatiran yang ia sendiri tidak tahu disebabkan oleh apa. Ia hanya berharap, semoga semuanya akan baik-baik saja.

Adnan membawa semua barang-barang mereka. Marni menggendong si kecil, sementara Desti membantu Rheina berjalan karena kondisinya masih belum benar-benar stabil.

--

Sesampai di rumah, si kecil langsung diletakkan di dalam box bayi di kamar utama. Rheina duduk di pinggir ranjang, sambil memandang wajah si kecil yang lebih dominan menyalin wajahnya.

"Mama nanti tidurnya bareng Mami di kamar tamu, nggak apa-apa, ya," ujar Adnan. Di rumah mereka cuma ada tiga kamar tidur. Kamar utama adalah kamar Adnan dan Rheina. Satu kamar sudah ditempati oleh Mbak Herlin. Tinggal satu kamar tamu lagi yang masih kosong, untuk Marni dan Yanti.

"Nggak apa-apa, kok, Adnan. Bagi Mama, yang penting Mama bisa jagain Rheina dan bayinya, tidur di mana pun nggak masalah," sahut Marni.

"Adnan ini nggak mau mendengarkan saya, Bu Marni. Dulu saya suruh ngambil rumah yang lebih besar, tapi malah milihnya yang ini." Desti menyalahkan anaknya.

"Nggak apa-apa, kok, Bu Desti. Saat ini yang penting, mereka nyaman," ujar Marni.

Sebenarnya, sejak awal, ia tidak pernah merasa cocok dengan besannya ini. Gaya hidup mereka sangat jauh berbeda. Marni adalah ibu rumah tangga yang baik. Ia banyak menghabiskan waktu untuk keluarga. Semua itu sangat berbanding terbalik dengan Desti yang kehidupannya sangat glamor.

"Nyaman sih nyaman, Bu Marni. Namun, kalau ada keluarga datang kayak gini, kan, susah," ujar Desti lagi.

Namun, Marni tidak lagi mau meladeni omongan besannya itu. Ia sibuk menyiapkan ramuan herbal untuk Rheina. Ia meraciknya sendiri agar tidak mengandung bahan pengawet. Setelah selesai, Marni membawa jamu yang ia racik sendiri itu ke kamar Rheina dan meminta Rheina untuk menghabiskannya.

"Rheia minum ini, ya," ujar Marni.

"Ini apa, Ma?" tanyanya heran.

"Jamu sehat melahirkan, rasanya memang kurang enak. Namun, ini baik untuk badan dan bisa melancarkan ASI," jelas Marni.

"Iya, Ma." Rheina langsung meminum jamu buatan mamanya sampai habis. Walaupun rasanya nggak enak sama sekali, ia tetap menghabiskannya karena ia tahu mamanya selalu menginginkan yang terbaik untuknya.

"Udah diminum jamunya?" tanya Desti yang tiba-tiba sudah berada ke kamar Rheina.

"Udah, Mi," jawabnya.

"Pasti nggak enak, 'kan? Padahal tadi Mami udah bilangin ke mama Rheina buat beli yang bentuk pil aja, tetapi mama kamu ngotot buat bikin sendiri. Udah repot, nggak enak pula," ujar Desti.

Desti kalau bicara, memang suka bikin sakit hati. Rheina berdoa, mudah-mudahan mamanya tidak terpancing dengan omongan pedas mertuanya itu.

"Yang bentuk pil itu, sudah ada pengawetnya, Bu Desti. Kalau bikin sendiri, pasti dijamin sterilnya. Buat anak sendiri, nggak ada yang namanya repot, Bu," jawab Marni tidak mau kalah.

Hal inilah yang sebenarnya membuat Rheina tidak tenang sejak mengetahui mertuanya juga ikut tinggal di rumah mereka dengan alasan ikut mengurusnya. Ia berharap, tidak akan terjadi apa-apa selama mereka berkumpul di sini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!