NovelToon NovelToon
Tabib Pilihan Langit : Ditemukan

Tabib Pilihan Langit : Ditemukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Spiritual / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan / Penyelamat
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mardi Raharjo

Pemuda tampan yang sakit-sakitan dan pengangguran di usianya yang telah 30 tahun meski bergelar sarjana, ia dicap lingkungan sebagai pengantin ranjang karena tak kunjung sembuh dari sakit parah selama 2 tahun.

Saat di puncak krisis antar hidup dan mati karena penyakitnya, Jampi Linuwih, mendapat kesempatan kedua.

Jemari petir, ilmu pengobatan, hingga teknik yang tak pernah ia pelajari, tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Ia dipilih langit untuk mengemban tugas berat di pundaknya.

Mampukah ia memikul tanggung jawab itu? Saksikan perjalanan Jampi Linuwih, sang Tabib Pilihan Langit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29_ Hutang Budi

Di sisi lain, pak Bekti yang telah kembali sukmanya pun, melepaskan jarinya dari kening bu Eki.

"Bagaimana pak? Apa yang terjadi dengan Jampi?", bu Eki tak mau menunggu sesaat pun dan segera melontarkan pertanyaan.

" Huh, alhamdulillah dia selamat. Kita tunggu saja kepulangannya. Dulu, kalian bertiga hanya pergi sukmanya, sedangkan Jampi dibawa serta raganya. Maka, bersabar lah dan tunggu saja", ungkap pak Bekti agar mereka bertiga tidak berburuk sangka.

"Apa kami perlu mencari keberadaannya?", tanya pak Joni agar bu Eki tenang.

" Saya rasa, tidak perlu. Kita tidak tahu di mana ia keluar dari istana itu. Terlalu banyak tenaga dan waktu untuk mencarinya. Lebih baik serahkan semua kepada sang maha pencipta.

Jampi sudah memiliki kemampuan mumpuni untuk menjaga diri dan menemukan jalan untuk kembali. Sebagaimana pak Joni saat menjadi veteran ahli. Jadi, bersabar lah", ujar pak Bekti.

Beliau segera memohon izin pulang setelah selesai dijamu oleh keluarga pak Joni.

"Pak, apa tidak sebaiknya kita lapor polisi agar Jampi segera diketemukan keberadaannya?", bu Eki masih terus mengkhawatirkan putranya.

" Boleh saja bu. Tapi, Jampi akan lebih kuat dan dewasa jika kita memberi kesempatan agar dia berkembang, demi masa depannya.

Kita tak tahu, tanggung jawab apa yang akan dia pikul nanti. Kurasa lebih baik kita mengikuti nasehat pak Bekti, gurunya Jampi", jawab pak Joni bijaksana.

"Kamu yang sabar juga ya nak. Insyaa Allah suamimu akan segera pulang. Doa kan saja untuk keselamatannya", tambah pak Joni kepada Nia yang nampak khawatir dan rindu, namun tak berani mengungkapkannya.

" Iya pak, semoga mas Jampi baik-baik saja", sahut Nia.

Sore itu, Jampi pun siuman dari pingsannya. Saat membuka mata, ia melihat atap rumah semi permanen yang terbuat dari pelepah kelapa kering dan bambu.

Semilir angin terasa masih menembus dinding anyaman bambu yang dipaku di atas tembok setinggi 70 cm. Jelas terdengar debur ombak yang menandakan ia masih berada di area pantai.

"Ya Allah, aku di mana ini?", lirih Jampi. Pandangannya masih sedikit berputar. Namun tidak separah sebelumnya.

" Wah, masih vertigo sepertinya", gumam Jampi. Ia berusaha duduk dan melihat ke sekitar ruangan.

Ia berada di sebuah kamar tidur satu dipan berukuran 1 x 2 meter dengan satu bantal dan kasur berisi kapas berlapis kain berwarna cokelat bermotif bunga tulip.

"Aku harus segera bergegas pulang", Jampi mencoba berdiri, namun pandangannya semakin kabur. Ia pun duduk kembali ke dipannya.

" Duh, kenapa aku ini?", pikir Jampi sembari memegangi kepalanya. Rasanya semua berputar seperti naik komedi putar kecil.

"Halah, apalagi ini?", Jampi mengelap hidungnya yang berair. Saat ia melihat tangannya, ternyata hidungnya mimisan.

Bugh

Jampi kembali pingsan di kasurnya.

" Pi, aku kangen sama kamu. Kamu ke mana saja sih?", Nia membelai lembut dada bidang Jampi sembari menyandarkan kepalanya, bermanja kepada Jampi di kamar mereka berdua.

Jampi ingin menyahut pertanyaan Nia, namun ia tak bisa berucap sepatah kata pun.

"Kok diam saja sih Pi, kamu ngga kangen denganku? Apa kamu sudah jatuh cinta dengan wanita lain? Kamu punya simpanan? Atau kamu lebih bernafsu kepada setan-setan perempuan yang menikmati tubuhmu secara bergantian dan terus-terusan itu? Jawab aku Pi, jawab aku!", pekik Nia yang memandang wajah Jampi. Tiba-tiba wajah Nia berubah menjadi wajah sang ratu.

" Aah, pergi kau!", pekik Jampi berusaha mengusir sang ratu. Namun, bukannya menjauh, sang ratu malah tersenyum sinis dan terus mendekatinya.

"Kamu adalah milikku, selamanya. Kau pilih menjadi rajaku atau budakku, itu sama saja. Kau harus membayar perbuatanmu meruntuhkan istanaku!", ucap sang ratu dengan senyum manis kemudian berubah wujud menjadi ular besar dengan mulut lebar, siap menerkam Jampi bulat-bulat.

"Aaargh!", spontan Jampi melemparkan pukulannya ke arah sang ratu.

Bugh

Jampi pun terbangun. Ia baru saja terjatuh dari dipannya dengan posisi tengkurap.

" Ssst, ada apa denganku?", lirih Jampi merasakan pening. Ia berusaha duduk bersandar ke kaki dipan dengan menekuk kaki kanannya sebagai tumpuan lengan kanan yang memegangi kepalanya.

Jampi berusaha mengumpulkan kesadarannya. Ia melihat cahaya langit sudah gelap.

"Uh, sebaiknya aku segera sholat", gumam Jampi sembari bertayamum untuk sholat maghrib. Ia mengulangi tayamum kedua kali untuk qadha sholat ashar karena ingat bahwa ia terakhir sadar masih berada di waktu siang.

Usai sholat, Jampi mencium aroma masakan.

Kruuuk

Perutnya terdengar riuh karena kelaparan. Segera, ia mencoba bangkit dan berjalan ke arah pintu, mengikuti aroma ikan bakar yang lezat.

Kreek

Jampi membuka pintu bambu dan keluar kamar. Ia menoleh ke arah aroma masakan. Di sana, Jampi melihat seorang perempuan muda yang tengah membolak balik ikan di atas panggangan batu. Di sampingnya, berjarak 1,5 meter, duduk seorang pria tua seumuran pak Joni.

Jampi berjalan mendekat dengan perlahan agar tidak pingsan lagi.

" Oh, kamu sudah bangun, kemari lah!", ucap pria tua yang menoleh ke arah Jampi dengan senyum tulus.

Perempuan muda itu pun menoleh sedikit dan kembali fokus membakar ikan.

"Makan lah selagi hangat. Kamu pasti kelaparan sekarang", pria tua itu memberikan seekor ikan laut utuh dengan secentong nasi hangat dan sambal yang sangat menggugah selera.

" Ayo, segera makan, pelan-pelan saja!", ucap pak tua itu sembari menyodorkan segelas air putih karena Jampi masih termenung. Sudah beberapa hari ini ia tidak makan makanan lezat, bahkan di dalam istana, ia tidak makan apapun.

Segera, Jampi melahap hidangan dengan sangat bersemangat sampai terlihat begitu rakus.

"Jangan cepat-cepat. Ini masih ada banyak ikan dan nasi jika kamu masih kelaparan", ujar perempuan muda yang masih terus memasak ikan.

Jampi pun melambatkan ritme makannya agar sedikit lebih sopan. Ia begitu menyukai makanan lezat itu, ditambah rasa lapar yang begitu kuat, juga ia butuh segera merekoveri tubuh agar bisa segera pulang.

Malam telah memasuki waktu sholat isya'. Mereka bertiga masih asyik menyantap hidangan seadanya di meja kecil.

Di rumah itu, dapur dan ruang makan menjadi satu lokasi, di mana pintu dan jendela dibuka lebar agar sirkulasi udara lancar.

" Kalau sudah selesai, silahkan istirahat", ujar pak tua itu, membuat Jampi mengernyitkan dahi. Tidak biasa melihat orang dengan tenang menjamu orang asing tanpa menanyakan atau tahu siapa dan dari mana asalnya.

"Apa saya tidak menakutkan?", Jampi ingin mengetahui apa yang ada dalam benak orang tua itu.

" Kamu anak yang malang. Putriku menemukanmu tergeletak di pantai dekat hutan larangan", ujar pak tua itu.

"Hutan, hutan larangan?", celetuk Jampi.

" Sudah lah. Besok saja jika kamu ingin bercerita", orang tua itu tidak menanyakan asal usul dan identitas Jampi.

"Saya izin ke luar dulu untuk berwudhu dan sholat", Jampi meminta izin.

" Tidak perlu. Di belakang sana, ada kamar mandi dan kamu bisa sholat di dalam kamar saja", perempuan muda itu kini berbicara tanpa memandang wajah Jampi.

" Oh, baik lah. Saya sholat dulu", ucap Jampi kemudian berjalan ke arah yang ditunjukkan.

Usai menunaikan sholat isya', Jampi melihat gambaran apa yang tengah terjadi pada dirinya.

Cahaya keemasan berusaha menyerap kekuatan intan permana, namun proses itu membebani fisik Jampi sehingga ia mengalami pendarahan hingga kehilangan kesadaran. Namun, intan itu telah separuh terserap.

"Huh, jadi begitu keadaannya. Semoga semua ini segera berakhir", gumam Jampi.

Ia pun bangkit dan mencoba keluar rumah, ingin menikmati suasana malam di tepi pantai. Tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya.

" Jangan keluar! Kembalilah ke kamarmu nak", itu mirip suara pria tua, melarang Jampi.

1
Andi Suliono
judulnya tabib,tapi ceritanya jauh dari hal2 tabib y thor
ahmad nabawi
ceritanya menarik, original
Jimmy Avolution
hadir
Aman 2016
lanjut Thor 💪
Aman 2016
top top markotop lanjut Thor 💪
Aman 2016
mantab Thor 💪
anggita
hadiah iklan lagi buat thor.
anggita
like👍☝iklan, semoga novelnya lancar jaya.
Tabuut: aamin. terimakasih./Smile/
total 1 replies
anggita
si Jampi jadi Sakti👏💪
31_PUTU WIDIARTA
Keajaiban kata
Yoko Littner
Wah, gak kerasa sampe akhir. Makasih thor!
Alexo. ID
Keren abis, pengen baca lagi!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!