Mendadak Jadi Pria Idaman

Tak jauh dari sebuah rumah yang ada di salah satu sisi kompleks perumahan elit, tiga orang yang memiliki rencana tertentu, nampak terus memandangi rumah tersebut. Sudah cukup lama, mereka di sana. Namun yang mereka tunggu, tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali.

"Apa target kita di sana masih lama? Kok dia nggak keluar-keluar sih?" tanya wanita yang akrab dipanggil Susan. Wanita itu nampak kesal karena terlalu lama menunggu.

"Emang gitu pekerjaan dia," sahut pria berjaket biru. "Katanya sih kalau pekerjaannya belum selesai, bisa sampai petang."

"Lah, ya kelamaan dong!" protes wanita berambut sebahu itu. "Bosen nggak sih nunggu kelamaan?"

"Tapi kan kamu bayarannya gede, Neng. Mungkin lebih gede dari kita," sahut pria berjaket hitam.

"Ya emang gede. Tapi kan itu kalau berhasil. Kalau nggak berhasil, sama aja bohong. Mana nunggunya lama lagi," keluh Susan.

"Ya abis gimana? Orang ini udah tugas kita," sahut pria berjaket hitam.

Susan hanya bisa mencebikkan bibirnya tanpa bisa berbuat apa-apa. Sedangkan dua orang rekannya malah nampak acuh dan kembali fokus mengawasi gerbang rumah Amanda dengan pikiran yang berkelana.

"Makanya, Neng. Daripada kelamaan menunggu, mending kita melakukan hal lain di sini," celetuk pria berjaket biru secara tiba-tiba.

"Melakukan hal lain, maksud kamu?" tanya Susan sembari menoleh.

"Ya yang enak-enak, Neng. Masa nggak tahu," balas pria yang sama sembari tersenyum nakal.

"Nah, ide bagus tuh, Neng. Sambil nunggu, biar nggak bosen," pria berjaket hitam ikut menimpali.

Susan kembali mencebikkan bibirnya dan dia tak menyahuti. Namun tak lama kemudian, "ya udah, coba lihat punya kalian. Gede nggak?"

"Siap!"

Dengan penuh semangat kedua pria itu langsung menjalankan perintah Susan.

Sementara itu di dalam rumah yang sedang di awasi ketiga orang itu.

"Mbak Manda!"

"Apa?"

"Kenapa Mbak Manda malah telan..." ucapan Bayu terputus dengan mata melebar dan jantung yang berdetak lebih kencang.

Bayu tidak menduga, kali ini dia disuguhi pemandangan indah milik Amanda tanpa tertutup sehelai benang pun.

Di sana, di belakang sandaran sofa, Amanda dengan bangganya, memamerkan semua aset pribadinya dan bergaya ala seorang model. Wanita itu bahkan tersenyum kala menyaksikan reaksi Bayu yang mendadak diam dalam langkahnya.

"Emang kenapa? Bukankah kamu ingin melihatnya?" balas Amanda sembari melangkah anggun ke arah Bayu.

Bayu seperti kesusahan menelan ludahnya. Mata pria muda itu hampir tak berkedip, mengagumi keindahan yang baru pertama kali dia saksikan di depan mata. Entah Bayu termasuk beruntung atau tidak, tapi yang jelas, sebagai lelaki normal, Bayu terpesona.

"Kenapa malah diam? Ayok, silahkan, kamu bisa lihat sepuasnya," Amanda malah memberi perintah, kala kakinya sudah tepat berada di hadapan Bayu. "Bukankah tadi, waktu aku tertidur, kamu diam-diam memperhatikan tubuhku?"

Bayu terperanjat. "Bagaimana, Mbak Manda bisa tahu?" tanya dengan agak tergagap. Tangannya terkepal, demi bisa menahan jiwa liarnya yang sangat ingin menyentuh setiap sisi kemulusan wanita di hadapannya.

Amanda tersenyum dan dia semakin mendekatkan tubuhnya, lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Bayu. "Apa kamu lupa kalau di rumah ini ada kamera cctv tersembunyi lainnya?"

Deg!

Bayu semakin terperangah. Bayu baru ingat akan hal itu dan dia sadar, Amanda pasti sudah mengecek semuanya melalui ponsel

"Aduh, Mbak, maaf, aku..." ucap Bayu lirih dengan suara bergetar dan nafas yang terasa berat. Apa lagi tubuh Amanda hampir menempel pada tubuhnya, membuat hasrat Bayu makin menggelegar.

"Nggak perlu minta maaf, Sayang," Amanda berkata dengan suara lembut dan sangat menggoda. "Kamu tidak perlu menahan diri seperti itu. Lakukanlah apa yang kamu inginkan pada tubuhku."

Bayu terdiam. Hati dan pikirannya bertarung antara ingin menuruti perintah Amanda atau menolaknya.

Namun sayang, pertahanan Bayu kali ini harus runtuh kala dia menyaksikan kedua tangan kekarnya di arahkan ke benda kembar nan kenyal milik Amanda oleh tangan wanita itu.

"Gimana? Suka?" tanya Amanda begitu lembut. Bayu pun mengangguk pelan. "Pijatlah dengan lembut, Bay."

Bayu kembali mengangguk. Jari tangannya mulai bergerak pelan dan matanya juga menatap dua benda kenyal yang membusung cantik.

Amanda pun tersenyum senang. Wanita itu sudah pasti sangat menikmati sentuhan yang sudah lama dia rindukan dari seorang pria.

"Mbak," panggil Bayu selang beberapa saat kemudian sampai tangan Bayu berhenti dari memainkan dua benda kembar tersebut.

"Kenapa, Sayang?"

"Nanti kalau suami Mbak Manda lihat cctv gimana?" tanya Bayu nampak khawatir kala terlintas akan hal itu.

"Kamu tenang aja. Yang bisa akses kamera itu hanya aku. Apa lagi sejak dia selingkuh, dia tidak sadar kalau aku memasang cctv lain yang hanya diketahui oleh aku."

"Beneran, Mbak?"

"Iya, sayang," balas Amanda sangat meyakinkan. "Sekarang, kameranya juga sudah aku matikan semua. Jadi kamu aman melakukan apa saja sekarang."

Amanda sangat mengerti akan rasa khawatir pada Bayu saat ini. Maka itu, dia yang sudah sangat merindukan sentuhan laki-laki berinsiatif meredakan rasa khawatir pemuda itu.

"Sekarang, kita lanjutkan di sofa aja yuk?" ajak Amanda sembari menggandeng tangan Bayu. Pemuda itu hanya bisa pasrah.

Begitu keduanya duduk di sofa, Bayu kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti. Dengan lembut, Bayu memijat kedua benda kenyal milik Amanda. Sesekali mereka saling melempar senyum dan melakukan obrolan ringan seputar kegiatan yang sedang Bayu lakukan pada dada Amanda.

Selang beberapa saat kemudian, Bayu kembali dibuat terkejut, ketika tangan Amanda kembali mengarahkan tangannya ke aset pribadi yang sangat diidamkan banyak laki-laki normal. Lagi-lagi Bayu hanya bisa pasrah dan dia memang menginginkannya sedari tadi.

"Loh, sudah basah, Mbak," ucap Bayu kala jarinya baru bergerak di celah sempit milik Amanda.

Amanda tersenyum. Tatapan wanita itu sudah sangat sayu, menandakan kalau hasrat Amanda sudah sangat bergejolak.

"Mainkan terus jarimu, Bay. Aku sudah nggak tahan," ucap Amanda dengan nada terbata.

Bayu terperangah. Meski tidak berpengalaman, Bayu tahu apa yang harus dia lakukan, berdasarkan insting seorang laki-laki dan film panas yang pernah dia tonton.

Bayu pun mulai menggerakkan jarinya sesuai yang diinginkan Amanda. Awalnya gerakan jari Bayu sangat lembut. Namun begitu melihat reaksi Amanda yang merintih kenikmatan, Bayu semakin mempercepat gerakan jarinya.

"Akhh, Bayu. Enak banget, Bay," Amanda terus merintih. Tubuhnya bergerak tak menentu, menikmati sentuhan tangan pria yang baru dia kenal.

"Bay, masukin punya kamu ya?" secara mengejutkan Amanda malah meminta sesuatu yang lebih dari itu.

Bayu pun tersentak hingga gerakan kedua tangannya berhenti seketika. "Aduh, Mbak. Aku..."

"Kenapa? Kamu kurang pengalaman? Nggak perlu khawatir, biar aku yang ajarin, oke?"

"Tapi, Mbak?"

"Udah, Sayang! Kamu nggak perlu nolak. Kamu juga menginginkannya bukan?"

Tentu saja tebakan Amanda benar. Tapi Bayu tidak menyangka kalau hal itu akan terjadi pada dirinya secepat ini.

"Kita pindah ke kamar aja, yuk? Agar kita bisa leluasa bermainnya."

Lagi-lagi, Bayu tidak kuasa untuk menolaknya.