Melody Mikayla gadis berusia 18 tahun terpaksa harus menikah dengan Alvaro Evano seorang pria yang jauh lebih tua darinya, bukan usia yang menjadi persoalannya, tetapi Alvaro adalah orang asing baginya dan sudah memiliki kekasih. Alvaro mau menikah dengan Melody karena terjerat masalah di masa lalu, masalah apa yang membuat Alvaro tidak bisa menolak pernikahan itu padahal mempunyai kekasih? Lantas, bagaimanakah kisah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ailah Sarii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usaha Mendekati Melody
Alvaro melihat Ardiaz mau pergi dengan Melody, ia menarik tangan sang adik.
"Apa yang kamu rencanakan sehingga mendekatinya?" tanya Alvaro curiga.
Ardiaz hanya mengatakan kalau dirinya mau mengantarkan Melody ke kampus biar aman karena kemarin ada orang yang membuat Melody tidak nyaman. Sejak kapan Ardiaz menjadi seperhatian itu pada wanita tersebut? Tentu saja membuat Alvaro semakin curiga padanya.
"Apa urusannya sama kamu? Itu urusan Melody, kamu gak usah sok-sokan jadi pahlawan buat dia."
Alvaro mengeluarkan Melody dari dalam mobil adiknya, ia menarik gadis itu untuk ikut dengannya saja, tetapi justru Ardiaz malah menarik tangan Melody yang sebelahnya lagi sehingga membuat mereka saling berebut wanita itu.
Ibunya dua pria itu datang karena melihat keributan mereka, ia minta keduanya untuk berhenti karena kasihan Melody. Mereka serentak menghentikan aksinya setelah menyadarinya. Ibunya menganggap mereka seperti anak-anak, terserah Melody mau ikut dengan siapapun juga.
"Melody harus ikut denganku bukan dengan Kakak!" tegas Ardiaz.
"Dia tidak bisa ikut denganmu, dia harus ikut denganku!" Alvaro pun tidak mau kalah.
Ibunya menjadi pusing dengan sikap mereka yang mendadak aneh. Ia minta Melody untuk memilih mau ikut dengan siapa? Melody enggan untuk ikut dengan mereka walaupun pada awalnya ia mau diantarkan oleh Ardiaz untuk ke kampus.
Melody memilih untuk pergi sendiri saja, tetapi mertuanya tidak mengizinkan, ia harus pergi dengan sopir. Usai Melody pergi, Alvaro membuat keributan dengan Ardiaz. Ia menuduh sang adik mau mengambil kesempatan dari Melody, bisa saja ada hal yang memang direncakan.
"Kakak jangan asal tuduh, ya. Aku sama Melody udah berteman," kata Ardiaz.
"Mana mungkin kamu mau berteman dengan perempuan seperti dia," kekeh sang Kakak yang tidak percaya.
"Dia itu gadis yang baik, Kakak aja yang gak sadar."
"Apa kamu bilang, aku gak sadar?"
Ardiaz cepat-cepat masuk mobil setelah melihat raut wajah sang kakak yang berubah menjadi masam. Ibunya menyuruh mereka untuk segera pergi, mau ke kantor malah membuat keributan.
Melody tiba di kampus, ia disambut oleh empat temannya. Salah satu temannya bertanya apakah kemarin ia diantarkan oleh Alex? Melody menggelengkan kepalanya, mereka tidak percaya. Pasti berbohong karena kemarin Alex tidak ada di acara ulang tahun setelah menyusul Melody.
"Kalian salah paham, dia gak nganter aku pulang. Aku dijemput sama anaknya tanteku," jawab Melody.
Mereka pikir Melody pergi dengan Alex untuk menjalin hubungan yang lebih dekat karena terlihat dari Alex yang seperti tertarik pada Melody. Baru saja mereka membicarakannya, pria tersebut datang dengan senyumannya.
"Pagi semuanya," sapa pria tersebut.
Mereka menjawab dengan serentak, tetapi yang satunya menjawab dengan malu-malu entah apa yang terjadi yang jelas salah satu di antara mereka berlima ada yang pemalu.
Alex memberikan sebungkus roti sambil berkata, "Melody, aku bawain sarapan buat kamu."
"Aku udah sarapan di rumah," jawab Melody.
Alex menjadi tidak enak perasaan, tetapi ia memberanikan diri untuk berbicara kembali. Ia minta Melody untuk makan roti tersebut untuk makan siang saja. Teman-temannya tersenyum melihat itu membuat yang satunya menyenggol tangan Melody sebagai kode untuk menerima makanan tersebut.
Melody merasa tidak enak apalagi ia juga sudah menikah walaupun pernikahan itu sangat rahasia. Namun, ia juga tidak enak melihat Alex yang masih menyodorkan makanan itu sehingga terpaksa diambilnya sambil mengucapkan terima kasih membuat Alex tersenyum.
"Kalau gitu aku pergi duluan, ya. Sampai jumpa nanti Melody," pamit Alex sambil melambaikan tangannya.
Gadis manis itu enggan untuk membalas lambaian tangannya, tetapi temannya memaksanya sehingga Melody membalasnya lambaian itu.
"Melody kamu jangan terus mengabaikan Alex," ucap Nara si gadis pemilik rambut sebahu yang selalu menggunakan pita di samping kiri.
"Aku setuju sama Melody karena sebagai perempuan itu harus jual mahal," sela Gita gadis berkulit putih yang selalu menggunakan jaket.
Melody tidak mau mendengarkan ucapannya, ia membawa mereka untuk masuk kelas saja daripada pembicaraan semakin memanjang. Sementara, di tempat lain Alvaro kedatangan Serena di kantornya membuat Ardiaz memperhatikan dari jauh.
Pernikahan Alvaro dan Melody sangat rahasia sehingga tidak ada satupun orang di perusahaannya yang tahu tentang kabar pernikahan itu. Sehingga kedatangan Serena ke sana dianggap tidak heran lagi karena memang wanita tersebut sering datang ke tempat itu.
Alvaro sangat jatuh cinta pada wanita satu ini sehingga ia tidak bisa menolak apapun keinginannya. Wanita berpenampilan modis itu duduk di dekat Alvaro dengan raut wajahnya yang amat sedih, ia bercerita kalau mobilnya rusak padahal ia harus pergi bertemu dengan teman-temannya untuk membicarakan tentang pekerjaannya.
Alvaro tidak tega mendengarnya, sehingga ia memberikan kunci mobilnya untuk dipakai oleh Serena sampai mobil wanita tersebut benar-benar bisa dipakai lagi. Alvaro memang sebaok itu tentu membuat Serena menjadi semakin tidak mau jauh darinya.
Melody memeluk Alvaro sambil berkata, "Makasih ya sayang, aku sayang kamu."
Ardiaz memperhatikan mereka di balik kaca ketika Serena memutuskan keluar ruangan tersebut membuat Ardiaz berpura-pura sedang lewat di depan ruangan tersebut. Serena tidak peduli karena keadaannya ia sedang bersama dengan Alvaro.
Alvaro melihat sang adik, sehingga ketika Serena sudah pergi ia menemui pria tersebut. Ia bertanya apa yang sedang Ardiaz cari di sana? Padahal ruang kerja mereka itu berbeda walaupun satu tempat.
"Aku cuma lihat-lihat aja, lagian udah lama banget gak lihat-lihat sampai ke sini."
Alvaro mengira adiknya ini banyak berpura-pura, Melody diikuti begitupun dengan Serena, apa yang sebenarnya Ardiaz inginkan? Kedatangannya membuat Alvaro menjadi resah, ia takut kalau sampai Ardiaz membocorkan segalanya pada Serena.
"Santai aja, Kak. Aku gak ngapa-ngapain, kok."
Tiba-tiba Ardiaz pergi membuat Alvaro menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ardiaz memikirkan apa yang dibicarakan oleh sang kakak dengan Serena di ruangan itu, ia tidak mendengar sepatah katapun. Untuk apa dipikirkan? Namun, Ardiaz ingin tahu hanya saja tidak bisa mendapatkan jawabannya.
"Seharusnya, aku tidak mencari tahu tentang mereka berdua, yang harus aku cari tahu adalah tentang pernikahan Kak Alvaro."
Ardiaz akhir-akhir ini pernah bertanya pada ayahnya mehgosy mereka berdua tiba-tiba menikah tanpa sepengetahuan darinya dan ternyata pernikahan itu sangatlah rahasia, jarang ada orang yang tahu. Ardiaz sebagai keluarga pun tega tidak diberitahu.
Pernikahan itu juga ternyata tidak dilandasi karena cinta, lalu karena alasan apa mereka menikah? Pertanyaan Ardiaz justru tidak dijawab oleh ayahnya, sang Ayah hanya mengatakan kalau Ardiaz belum berhak untuk tahu karena masih muda.
Bukannya membuat Ardiaz diam justru pernyataan itu semakin membuatnya penasaran, serahasi itulah pernikahan mereka? Ardiaz sama seperti Melody yang punya banyak pertanyaan, tetapi tidak mendapatkan jawabannya. Bertanya pada orang yang tahu pun rasanya hanya percuma saja.