Buku itu, buku yang tidak sengaja ku temukan di sebuah rumah kosong peninggalan nenek ku berhasil membawaku ke dunia asing yang tidak pernah masuk kedalam wish list hidup ku selama ini. Entah apa yang sebelumnya terjadi padaku sehingga aku bisa berada di tempat yang ku sebut gila ini. dunia yang penuh dengan makhluk-makhluk aneh yang belum pernah ku temui, juga hewan-hewan serupa seperti didunia asliku berasal namun mereka bisa bicara.
siapa dia sebenarnya? kucing putih yang ku beri nama Noir itu? dia sedikit misterius. Namun meski begitu berkatnya aku bisa memahami sedikit demi sedikit mengenai dunia ini.
next story? ikuti cerita ini selanjutnya.
see you next story
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gytftrr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 5 : ELENA
"Glean akan membunuh ku"
Fiona terdiam, ia sedikit terguncang dengan pernyataan yang di lontarkan Noir. Paman nya? Akan membunuhnya katanya? Kucing ini mengada-ada.
"ah, aku mengerti mengapa kau mengatakan demikian" ucap Fiona sembari menjentikkan jari nya. "pasti Karena kau takut ketahuan bahwa kau bis berbicara". Jelas Fiona dengan percaya diri.
"Tidak, aku sama sekali tidak takut". Sahut Noir.
"Lalu?" tanya Fiona penasaran.
"ada sesuatu yang belum boleh kau ketahui".
"mengapa?" tanya Fiona sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
"Akan ada saatnya kau tahu, Queen". Ucap Noir pada akhirnya kemudian meninggalkan Fiona.
"kapan kita akan bertemu lagi?" tanya Fiona sedikit berteriak karena Noir hampir tidak terlihat.
"Keluar lah saat malam, maka aku akan menemui mu". Ucap Noir sebelum akhirnya menghilang dibalik pohon besar.
Fiona mengernyitkan alisnya, apa maksud kucing itu? Fiona bertanya-tanya pada diri sendiri. Mau tak mau ia harus kembali kerumah paman Glean jika tidak mau ucapan Noir si kucing putih itu menjadi kenyataan.
Sesampainya dirumah, dengan mengendap-endap Fiona berjalan masuk kedalam kamar Elena.
'semoga paman dan Elena masih tertidur pulas', batin Fiona berharap cemas.
Dan benar saja, sepertinya ini adalah hari keberuntungannya. Dengan hati-hati Fiona menaiki ranjang milik Elena kemudian merebahkan tubuhnya disana untuk terlelap meski beberapa menit lagi ayam akan mulai memanggil.
"Fiona, ayo sarapan!" samar-samar terdengar suara Elena yang begitu melengking memekakkan telinga.
Rasanya Fiona malas sekali untuk membuka netra nya, tubuh nya masih sangat lelah, matanya juga butuh beberapa jam lagi untuk terlelap.
plak!
"kau tidak lapar, huh?" tanya Elena dengan kesal sehingga mendaratkan telapak tangannya pada punggung Fiona.
"Aww," ringis Fiona kesakitan, "apa kau gila? Biar kan ku tertidur sebentar lagi, aku sangat mengantuk". Ucap Fiona menjelaskan panjang lebar.
Namun, Elena tetap lah Elena. Ia tidak akan peduli. Dengan sekuat tenaga Elena menarik selimut merah muda yang sedang dikenakan Fiona untuk menutupi tubuhnya.
"Hidangan akan segera dingin, bangun atau aku akan melemparkan mu untuk pulang ke rumah mu!" kesal Elena meninggalkan Fiona yang masih setia dengan ranjang milik Elena.
Fiona regang kan otot-otot nya, kalau itu bukan Elena pasti sudah ia tutup mulutnya dengan plaster! Mau tidak mau Fiona harus bangkit dari tidurnya. Ia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya baru kemudian ikut sarapan bersama Elena dan paman Glean.
"Elena, ajak Fiona untuk melihat-lihat sekitar hari ini". Perintah paman Glean saat kami sudah berkumpul dimeja makan.
Elena mengangguk setuju, "Akan ku pastikan bahwa Fiona tidak akan melewatkan sejengkal pun ayah". Jelas Elena dengan senyum manis nya.
Berbicara dengan Elena memang bisa membuat siapapun Tertular energi nya yang sangat bersemangat. aku jadi penasaran, apa yang di makan ibunya sat hamil Elena. Haha lucu sekali.
"baiklah Fiona, kemana kau ingin pergi pertama sekali?" tanya Elena yang sudah selesai dengan sarapannya.
Aku menghabiskan suapan terakhir di piring ku kemudian menyahut, "kemana saja, asal bukan pulang kerumah ibu ku". Jawab Fiona membuat Paman Glean dan Elena terkekeh.
"kau pernah mendengar mitos mengenai kucing berbicara?" tanya Fiona ditengah kesibukan mereka yang sedang mengumpulkan biji kacang kedalam wadah.
Elena tiba-tiba menghentikan aktivitasnya, ia menatap Fiona lekat-lekat. "tidak". Sahut Elena kemudian memulai kegiatannya kembali.
Fiona mengangguk, tidak mungkin ia menceritakan kejadian tadi malam kan?
"jika kau bertemu dengan seekor kucing disini lari lah, jangan dekati!" ucap Elena terdengar serius dan membuat Fiona mengernyit.
"kucing? kenapa begitu?" tanya nya penasaran.
"berbahaya!"
.
.
.
.
.
.
.
.
kayak Mak lampir sih Elena. giliran ditinggal malah sad
bener gak nih Thor?
untung gak di kuliti hidup-hidup