Sinopsis :
Viona, seorang wanita mandiri dan cerdas mendapati dirinya masuk ke tubuh siswi SMA yang manja dan sudah bersuami. Dia langsung mengetahui bahwa dirinya masuk ke tubuh Emilia Vivian. Suami Emilia orang terkaya dan berkuasa di kota bernama Agam Revandra Graha.
Awalnya kehidupan Emilia hanya berkutat pada Agam. Dirinya sering stres dan frustasi karena Agam tidak pernah mencintainya, padahal cintanya begitu besar pada Agam. Sekarang, dengan adanya jiwa Viona di tubuh Emilia, sikap Emilia berubah. Emilia sudah tidak tertarik lagi dengan suaminya. Emilia memilih mengurus kehidupan pribadinya dan berhenti mengemis cinta pada Agam. Perubahan sikap Emilia membuat Agam mulai tertarik padanya.
Emilia menjadi siswi popular yang banyak di taksir teman sekolahnya maupun pria lain, terlebih hanya orang tertentu yang tau kalau Emilia sudah bersuami. Hal itu membuat Agam semakin resah. Dengan berbagai cara, Agam akhirnya mendapatkan malam pertama Emilia yang sering kali Agam tolak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 : Percintaan Manis
"Aneh sekali, dia seperti tidak suka Viona hidup. Memangnya kenapa kalau Aku Viona? Mau Aku Emilia atau Viona, tidak ada hubungannya dengan dia," kesal Emilia.
Agam kemudian teringat kejadian tiga hari yang lalu, beberapa saat sebelum Emilia pingsan, dia sempat mengaku sebagai Viona. Apa ucapan Emilia tempo hari benar, atau hanya asal mengaku. Namun, Agam tidak ingin mengungkit hal itu, karena sudah berlalu.
"Emilia, sebelum Viona meninggal, Alex hampir memperkosanya. Mungkin Alex sedang ketakutan. Melihat penampilan Kamu mirip Viona, dia seperti melihat hantu," ucap Agam.
"Seberapa mirip sih Aku dengan Viona?"
"Akan ku tunjukan, ayo kita ke kamar rawat mu dulu. Sekalian mengobati bekas merah di pipimu. Sayang, apa pipimu sakit sekali?" Agam mengelus pipi Emilia, memastikan apakah pipi istrinya itu sakit atau tidak. Elusan tangan Agam membuat Emilia menjadi salah tingkah.
"Sedikit," jawab Emilia, agak gugup.
"Akan ku beri Alex pelajaran nanti," jawab Agam.
"Dia ternyata hanya galak pada orang lain, padaku tidak. Mungkin karena Aku istrinya," batin Emilia, bahagia.
"Hmm," jawab Emilia. Mereka berdua pun masuk, pergi ke kamar rawat Emilia.
Di sana, Agam menunjukan cctv yang dia dapat tempo hari. Emilia terlihat serius menyaksikan rekaman cctv itu. Ternyata, gaya rambutnya sangat mirip dengan gaya rambut Viona. Gaya rambut itulah yang membuat mereka bagai pinang di belah dua.
"Entah kenapa Aku merasa sedih dan marah," ucap Emilia.
"Pertama kali menyaksikan ini Aku juga marah. Alex benar-benar teliti. Rekaman cctv di depan club, saat Viona ditabrak, hilang. Pasti itu ulah Alex. Sehingga Kami hanya berhasil mendapatkan rekaman cctv ini."
"Kak Agam, Aku ingin memenjarakan Alex. Jika benar dia yang membunuh Viona, Alex harus mendapat ganjaran yang tepat."
"Aku juga pasti melakukan itu. Tanpa Kamu suruh. Ini hutang nyawaku pada Viona, karena dia menyelamatkanku dari penculikan 15 tahun yang lalu."
"Viona pernah menyelamatkan mu?"
"Pernah. Kamu juga tau itu."
"Andaikan Aku tidak amnesia, pasti Aku senang."
"Tidak papa, Aku akan melindungimu. Tidak akan ku biarkan orang lain membodohimu apalagi memanfaatkan amnesiamu."
"Terima kasih, Kak Agam."
"Kalau Kamu ingin berterima kasih, cium Aku."
"Cium? Apa Kak Agam ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan?" protes Emilia.
"Kenapa? Tidak boleh? Masa mencium suami sendiri tidak mau? Emilia Sayang, walau Kamu lupa karena Kamu amnesia, dulu Kamu sangat mencintaiku. Kamu suka saat Aku meniduri mu dengan penuh hasrat."
"Bohong, Aku bukan orang seperti itu." Pipi Emilia memerah seperti kepiting rebus. Wajah nya yang tadi merah bekas tamparan Alex, menjadi semakin merah karena malu.
Agam semakin menjadi menggoda istrinya. Agam mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya, hingga tak ada jarak di antara mereka.
"I-ini rumah sakit," kata Emilia, gugup.
"Terus?"
"Tidak boleh melakukan itu di sini."
Agam tersenyum.
"Di rumah saja," pinta Emilia. Sekalian Emilia ingin pulang, hanya dengan berkata demikian Agam mengizinkan dia pulang.
"Istriku sepertinya sudah sangat sehat. Oke, ayo Kita pulang. Di rumah, jangan coba-coba mencari alasan untuk menolak ku, setuju?"
Emilia menelan ludahnya dengan susah payah. Emilia mengangguk dengan pasrah. Membuat Agam puas dengan jawaban itu. Akhirnya Agam setuju memulangkan Emilia sore ini.
Di rumah
Sesampai di rumah, tepatnya di kamar utama, tanpa basa basi lagi, Agam langsung menyergap Emilia. Agam sudah tiga hari tidak menyentuh istrinya. Dia sudah sangat rindu dengan sentuhan dan tubuh harum istrinya.
Agam menciumi bibir Emilia tanpa jeda dan penuh cinta. Emilia sepertinya sangat menikmati setiap sentuhan Agam, padahal saat pertama kali di sentuh dulu, Emilia berontak sekuat tenaga.
Di atas ranjang mewah itu, Agam menindih Emilia dan terus melanjutkan aktivitas kesukaannya, mencium setiap sudut bibir Emilia sampai puas. Tangan Agam tak tinggal diam. Tangannya bergerilya menyentuh tiap inci tubuh Emilia yang masih terbalut pakaian lengkap.
"Aneh sekali, walau Aku tidak ingat, tapi Aku suka sentuhan Kak Agam. Apa benar dulu Aku sangat mencintainya?" batin Emilia.
Puas dengan bibir, Agam kemudian berpindah ke leher indah milik Emilia.
"Aahh ..." Emilia mengerang saat lehernya di gigit kecil oleh Agam. Agam suka suara erangan Emilia. Dirinya bahkan sengaja menggigit kecil leher Emilia sebanyak-banyaknya, agar Emilia tidak berhenti mengerang.
Semakin lama Emilia semakin tidak tahan lagi. Agam sudah membuatnya sangat basah di bawah sana. "Sayang, cepatlah!" pinta Emilia.
"Istriku sudah tidak sabar lagi rupanya," jawab Agam berbisik di telinga Emilia.
"Sayang ..." Emilia malu karena meminta Agam segera melakukan kegiatan inti.
"Baiklah, akan ku berikan apa yang istriku mau," jawab Agam berbisik menggoda.
Agam segera melepas dasi, jas, kemudian kemejanya. Semua pakaiannya dia lempar ke sembarang tempat. Emilia terpukau melihat otot perut Agam yang begitu atletis.
"Seksi," ucap Emilia tanpa sadar.
"Oh ya? Kalau begitu nikmati sepuasnya. Semua yang ada padaku adalah milikmu," jawab Agam, membuat Emilia kembali tersipu malu.
Melihat wajah cantik Emilia yang tersipu malu, membuat hasrat Agam semakin bertambah. Agam dengan cepat menyergap Emilia kembali, menciumi bibirnya lagi dengan penuh cinta. Setiap tubuh Emilia tidak ada yang tertinggal dari sentuhannya. Agam benar-benar mencintai Emilia. Dia menginginkan Emilia lagi dan lagi.
Pakaian Emilia sudah di lepas Agam semua dan pertempuran pun di mulai.