Follow dulu sebelum baca
- up seharian - hari kecuali Sabtu
- up mood g bias nggak di up
Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya keluarga yang ia miliki di dunia.
Tapi bukannya sebuah kasih sayang yang ia dapatkan melainkan kekerasan yang ia sering dapatkan dari sang Ayah, tak membuat tekednya luntur karena hati kecilnya selalu yakin bahwa Ayahnya pasti akan menyayanginya suatu saat nanti.
Meski mental dan fisiknya sudah hancur ia terus menghujani sang Ayah dengan kasih sayangnya.
Sampai dimana satu kejadian menimpanya tepat di hari ulang tahun Ayahnya ia meninggal.
bagaimana kisah selanjutnya? ayo ikut kisah ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ruby Lane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6: FAMLIY POSSSESSIV ⋆ ˚。⋆୨ ୧⋆ ˚。⋆
𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝒓𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 !!
...----------------...
Alaska, Xavier, Aidan yang di titipkan si mungil oleh Ayahnya terdiam bingung entah mereka harus melakukan apa?, apa lagi ketika mulut kecil itu menyedot rakus susu di dalam dot. Dan itu terlihat sangat lucu, ketika pipi itu bergerak cepat.
Agasta memerima telepon untuk sementara menitipkan putrinya kepada ketiga putranya, ia tau ketiga putranya sudah menyesal, dan memberi waktu untuk mendekati adik bungsu mereka. Setelah itu ia akan menghabiskan waktu dengan putrinya tanpa gangguan dari siapapun.
Si mungil di dudukan di atas meja makan, dan itu ulah Aidan bingung membawa badan mungil itu kemana dan berakhir tetap di makan.
"Apa kita memakannya?"Ceplos Aidan, sebab dari tadi mereka hanya diam memperhatikan dengan tangan masing masing mengepal mencubit pipi yang menggoda mereka sedari tadi.
Alaska terlebih dulu meraih tubuh mungil itu untuk ia gendong, perkataan adiknya memang adau benarnya ia ingin memakannya dalam arti lain.
Sedari tadi ia tertarik untuk mengecup pipi ini, si mungil melepas dot di mulutnya tanpa sengaja jatuh dan berhasil di tangkap Xavier.
Mata bulatnya mengerjap mendongak menatap wajah tampan, Abangnya, bibirnya mengukir senyum dengan teriakkan melengking, senang saat Alaska mengecup pipinya
dengan gemas. "Maafkan Abang baby" gumam Alaska yang tentu di dengar
kedua adiknya.
Si mungil mengangguk antusias mencoba menggapai wajah Alaska" aaf "ulang Anya.
Alaska yang paham membiarkan tangan gempal itu memainkan wajahnya, rasa sesak memenuhi dadanya.
itu mendapatkan maafnya, sementara kedua adiknya Aidan, Xavier ikut menitikan air mata.
Bibir Anya memberengut melihat ketiga Abangnya sedih" angan angis angis anti hantu datang mamam loh" ucapnya polos, dan hal itu menghadirkan senyuman di wajah ketiga Abangnya.
Terlihat tulus meski sedikit kaku, senyuman mereka telah lama hilang dan sekarang senyuman di wajah ketiga pria itu akan kembali karena Adik bungsunya.
"Mamam hantu, bukan hantu yang mamam. Tapi Abang mamam kamu sini" gemas Aidan mencoba merebut adik bungsunya dari Abang pertamanya.
Belum sampai meraih si mungil tangannya di tahan Xavier" yang muda harus ngalah sama yang tua ngerti" tegasnya tak ingin di statusnya yang tinggi sebagai Abang.
Aidan menatap dingin Xavier"gak salah! yang tua ngalah sama yang muda atau lebih jelasnya Abang ngalah sama adek"
Xavier bersedekap dada"Salah itu sejak kapan kayak gitu, ini akibat belajar sering bolos. Sana lebih baik lo belajar di hari libur, biar pinter"
Mendapatkan kesempatan Alaska membawa si mungil dalam gendongan biarkan dua dedemit itu berseteru. Anya menyembunyikan wajahnya di ceruk Alaska ketika menatap salah satu bodyguard yang berkepala pelontos. la melihat om om botak.
Alaska membawa adiknya menuju kamar, untuk menghindari ketiga pria termasuk Ayahnya.
Biarkan ia mendekatkan diri dengan adiknya yang menggemaskan ini, kebetulan juga semalam ia membelikan. boneka sebagai Maaf dan hadiah pertama untuk mungil.
Sebenarnya Alaska sedikit merasa geli ketika si mungil menyembunyikan wajahnya di ceruk lehernya. Membuka pintu kamarnya masuk tak lupa menutup pintunya kembali lansung mengucinya agar tidak ada yang mengganggu.
Anya mencengkram baju Alaska takut ketika yang ia lihat Alaska mengusap surai si mungil " tenang baby, abang nyalakan lampunya" lampu menyala, kebetulan ia lupa
membuka tirai kamar.. Kamarnya sengaja memilih warna gelap, mungkin nanti ia hanya gelap. harus ubah warna kamarnya agar si mungil betah berlama lama di sini.
Anya mulai menjauhkan wajahnya dari leher Abangnya bertepatan mata bulatnya melihat boneka teddy bear di meja di komputer, dan beberapa Laptop yang masih
menyala.
"Teddy! au injam boyeh?"tanya si mungil meminta izin pada Alaska, Alaska terkekeh gemas sekali, mengambil apa yang di inginkan adiknya.
...----------------...
"tentu baby, boneka ini untukmu sayang" Sementara di tempat lain,
"Daddy sudah bilang kita akan berkunjung kerumah om Agasta, kenapa masih belum siap siap?" bertanya kepada putranya yang asik dengan buku.
Sean Adipta Dirgantara 31 tahun, Adik Agasta.
"Aku tidak mau ikut Dadd, di sana membosankan. Hanya melihat orang orang dewasa mengobrol membuatku mengantuk saja" ujarnya kembali membaca buku.
Devano Zergan Digantara 7 tahun.
Karena baginya lebih menarik membaca buku di bandingkan berkumpul dengan orang orang pikirnya. Energinya akan terkuras habis jika berkumpul berbeda jika ia menghabiskan waktu sendiri rasanya menyenangkan tidak ada yang mengganggu.
Sedangkan sang adik menceburkan bibirnya mendengar penuturan sang kakak"Dadd, baru kali ini kakak berkata panjang selain kata, hmm, iya, tidak, berisik"cibirnya dengan lirikan sinis.
Sementara yang di sindir nampak acuh.
...----------------...
"pantas saja kau tidak mempunyai teman di sekolah, kau tidak asik, kaku dan---- menyebalkan"tak ada reaksi dari sang kakak, membuatnya mau tak mau harus merengek memegang tangan kakanya itu agar mau ikut"Ayolah kakak kita main di sana kau tidak perlu mendegarkan orang tua berbicara kitakan bisa pergi bermain"
Sementara kedua orang tuanya tersenyum melihat tingkah keduanya yang satu aktif sedangkan yang satunya anteng dalam segala hal termasuk irit dalam berbicara.
"salah satunya mengacau kamar bang Aidan "bisiknya di telinga sang kakak..
Azura revalina Dirgantara 30 tahun.
"putramu itu"ucap sang istri dengan tangan bertaut dengan sang suami bersiap untuk berangkat.
Sedangkan Sean tersenyum menanggapi, lansung menunduk mengecup kening istrinya" Putra kita sayang"membenarkan, pasalnya selalu saja dirinya yang kena ketika putranya yang satu berbuat kenakalan.
Mendengus memang benar ia tidak bisa menyangkal ucapan suaminya" Ya udah jadi mau pergi gak putra putra mommy"
Antusias mengangkat tangannya, tidak lupa dengan jail meraih tangan saudaranya." Ayo!"
"sudah ku bilang di sini membosankan" melihat wajah masam adiknya.
...----------------...
Mereka memilih pergi bermain di halaman Mansion membiarkan kedua orang tuanya mengobrol.
Merubah raut wajahnya secepat mungkin "Tidak membosankan, hanya saja bang Aidan gak mau main game bareng tadi dasar wajah tembok!" kesalnya.
"dari pada diem kita main kejar kejaran yuk!"semangatnya, karena tidak tega pada adiknya, menyimpan buku mengejar Teo Arganza Dirgantara 6 thn.
TBC
izin mampir ya Thor 🙏