Demand adalah seorang petarung maniak dan menakutkan di sekolah Giulietta. Pertarungan selalu ada di depan mata, tanpa pandang bulu, hanya ada perkelahian baginya. Sebuah geng ataupun seorang individu, yang kuat ataupun yang lemah, yang memiliki kuasa atau tidak, semuanya akan dimusnahkan.
Rekannya Miller sedang diculik oleh sekelompok geng misterius, tanpa ragu Demand datang seorang diri ke markas geng tersebut. Dalam beberapa saat geng itu dibuatnya tak berkutik dan hancur dikalahkan olehnya.
Namun ternyata seorang wanita cantik terlibat dalam masalah itu dan juga sedang disandera, ia bernama Lasiana. Seorang wanita cantik dengan karakter pemalu dan baik hati itu membuat Demand mengalami cinta pandangan pertamanya. Tapi... siapa sangka hal itu akan membawanya kepada kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Novri Al-zanni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karma Itu Nyata
Kematian kakek saat itu ... telah menciptakan lubang yang sangat besar dan dalam di hatiku. Aku merasa seperti kehilangan segalanya, meskipun sejak dahulu aku tidak pernah merasa bahwa aku memiliki siapapun. Bahkan aku sudah kehilangan diriku, aku tidak tahu harus berbuat apa sekarang dan untuk ke depannya.
Hatiku yang begitu keras, yang bahkan tidak bisa dihancurkan kini telah menjadi rapuh, sangat rapuh. Setelah kematian kakek, aku menjalani kehidupan yang hampa, hanya berdiam diri di kamarku dengan pikiran yang kosong. Melamun dengan pandangan hampa, bahkan aku tidak makan dan minum, sepertinya sudah lebih dari 2 atau 3 hari.
Tapi aku sama sekali tak merasa haus dan lapar saat itu. Teman-temanku saat itu sama sekali tak mempedulikan keberadaanku, yah sebenarnya mereka tidak tahu apa yang terjadi padaku. Mungkin mereka mengira saat ini aku masih berkeliaran seorang diri untuk berkelahi di jalanan. Aku sama sekali tak menyalahkan mereka yang tidak ada di sisiku saat itu karena mereka tidak bersalah, karena aku tidak mengabari mereka mengenai keadaanku.
Bagaimana mungkin aku bisa mengabari mereka kalau saat itu pikiranku benar-benar hampa. Sampai suatu saat ... seorang gadis cantik datang menghampiri rumahku.
"Halo! Demand! apakah kau ada di dalam?" ucapnya yang mengetuk pintu rumahku.
Karena aku tidak membalasnya meskipun ia telah memanggilku berkali-kali, akhirnya gadis itu memutuskan untuk membuka pintu rumahku. Ia terkejut melihat keadaan rumahku yang berantakan, gelas, kaca, dan barang-barang lainnya yang berantakan berserakan di lantai rumahku.
Gadis itu langsung berlarian di dalam rumahku untuk mencariku. Begitu ia menemukan kamarku, dia melihat diriku yang saat itu adalah penampilan dan kondisi terburuk dariku. Gadis itu terkejut dan menangis, dia segera berlari dan memelukku yang sedang melamun duduk di atas kasur.
"Demand! apa yang terjadi padamu?!" ucap gadis itu, sebenarnya saat itu aku sama sekali tidak mendengar suara apapun darinya, bahkan aku sama sekali tidak sadar bahwa ada seseorang yang sedang memelukku dengan pelukan hangat dan begitu erat.
Sampai akhir gadis itu menepuk wajahku dan menarik kepalaku dengan paksa untuk melihat dirinya. Saat aku akhirnya aku sadar bahwa ada seseorang di depanku, dia adalah Lasiana, seorang gadis cantik yang baik hati dan berperasaan.
Aku melihatnya sedang menangis dan entah kenapa aku juga malah ikut menangis bersamanya. Hanya dia saat itu ... yang ada di sampingku saat aku sedang hancur berantakan. Ia memiliki keberadaan yang hangat dan aman, sehingga aku mau bercerita semua hal yang terjadi padaku yang membuatku menjadi seperti ini pada Lasiana.
Aku menceritakan cerita itu dengan panjang lebar sambil menahan air mataku yang terus mengalir. Aku terus bercerita dengan panjang lebar hingga akhirnya aku lelah dan merasa ngantuk. Aku tertidur cukup lama sambil memeluk Lasiana dengan erat.
Hingga akhirnya aku terbangun dan melihat Lasiana yang masih kupeluk, "Lasiana? kau masih disini?" ucapku yang merasa nyaman.
"Iya, sepertinya kau sudah jauh lebih baik sekarang," ucapnya sambil tersenyum manis, kelopak matanya terlihat menghitam. Sepertinya ia kesulitan tidur karena aku terus memeluknya dengan erat selama beberapa jam.
"Terima kasih banyak ... aku ..." ucapku yang kemudian Lasiana menghentikan ucapanku sambil memegang wajahku.
"Jangan bercerita lagi, dan jangan memikirkan hal yang menyakitkan untukmu ... nanti aku juga akan ikut menangis." Ucapnya yang matanya sudah berkaca-kaca seakan mau menangis.
Setelah itu Lasiana membantu kehidupanku, sepertinya menyiapkan makanan, mencuci pakaianku, membereskan rumah. Dia benar-benar sosok malaikat yang berhati lembut dan paling bersinar yang pernah ada. Kehidupanku yang kupikir akan hancur dan sudah tidak memiliki kesempatan lagi, ternyata aku masih memiliki kesempatan untuk hidup.
Aku benar-benar merasa kagum dengannya, dia benar-benar telah membantuku yang jatuh ke dalam jurang dan menariknya kembali dengan sentuhannya. Sudah hampir 3 Minggu kami tinggal bersama dan aku sudah tidak lagi melakukan hal-hal buruk kepada orang lain, aku ingin merubah diriku atas nama kakek dan Lasiana.
Sampai suatu ketika teman-temanku datang menghampiriku. Mereka adalah orang-orang yang berasal dari kelompok yang ku buat, "Sepertinya kehidupan disini terlihat baik-baik saja," ucap seseorang dengan tiba-tiba saat aku dan Lasiana sedang makan bersama di meja makan.
"Miller? dan semuanya? apa kabar kalian semua?" ucapku sambil tersenyum ramah.
Teman-temanku terkejut dan terbengong saat melihat sifatku yang tidak biasanya. Mereka terlihat kebingungan dengan perubahan sifatku yang signifikan.
"Demand? kau terlihat seperti orang ramah?" ucap Miller sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan wajah heran.
"Aku sudah berubah teman-teman ... kalian juga cepatlah berubah sebelum 'waktu' memaksa kalian untuk berubah," ucapku dengan ramah kepada teman-temanku yang terlihat kebingungan.
"Apa-apaan ini!? apa yang membuatmu begitu Demand! apakah kau berubah hanya karena seseorang wanita ini!" ucap Miller yang kesal karena perubahan sifatku.
Begitupun dengan yang lainnya, mereka juga merasa kesal dan kecewa pada diriku yang berubah menjadi orang baik. Mereka benar-benar marah dan tidak terima padaku, dan menyuruhku kembali ikut bersamanya menjalani tempat yang suram bersama. Namun tentu saja aku menolaknya dengan lembut.
"Jika kau berubah karena dia ya! kau meninggalkan kami demi dia!" ucap Boron dengan kesal sambil mencekik Lasiana.
Aku segera bertindak dengan meremas pergelangan tangan Boron dengan keras hingga ia kesakitan dan melepaskan Lasiana. Aku masih bisa bersikap dengan tenang saat ini, dan masih mencoba untuk membicarakan dengan baik-baik kepada mereka.
"Teman-teman, maaf ... aku tidak akan ikut lagi dengan kalian. Aku sudah memiliki jalan hidupku sendiri saat ini." Ucapku dengan wajah datar.
Mereka sama sekali tidak meresponku dan hanya diam saja kemudian satu persatu dari mereka pergi keluar dari rumahku dengan kesal sambil mengacak-acak barang-barang di rumahku. Hingga akhirnya hanya tersisa Miller di hadapanku yang sepertinya masih membutuhkan penjelasan dariku.
"Kau telah berbuat sejauh ini bahkan telah membawaku ke duniamu. Tapi tiba-tiba kau meninggalkanku setelah kau menemukan dunia barumu?" ucap Miller dengan memasang wajah kecewa padaku.
"Maafkan aku Miller, tapi kau bisa berubah sepertiku sekarang. Tolong jangan ganggu kehidupanku dengan Lasiana disini." Ucapku dengan lembut sambil merasa bersalah kepadanya.
Miller sangat marah kepadaku hingga ia melayangkan tinjunya kepadaku, lalu akhirnya kami harus menyelesaikan masalah diantara kami dengan kekerasan. Tentunya aku memenangkan pertarungan ini dan membuat Miller pergi, tapi sebelum Miller pergi, dia mengatakan sesuatu padaku.
"Kau benar-benar membuatku kecewa ... semoga kau merasakan hal yang sama suatu saat nanti." Ucap Miller sambil pergi keluar rumahku dengan kakinya yang pincang.
Hari itu adalah hari dimana aku memutuskan semua hubungan pertemanan yang pernah ku jalin dengan erat. Aku memutuskan hubungan pertemanan dengan mereka dengan mudah dan tanpa memikirkan perasaan mereka bagaimana jadinya nanti.
Hingga akhirnya di masa depan, aku mendapatkan karma karena aku tidak menyelesaikan masalahku dengan baik pada teman-temanku. Alhasil aku dibunuh oleh teman-temanku di masa lalu dan saat itu Lasiana tidak berkhianat.
Aku sempat merasa kecewa padanya, karena ku pikir ia akan meninggalkan dan mengkhianatiku dengan kejam seperti itu. Tapi ternyata ia di paksa oleh teman-temanku, dan tentunya aku paham dengan perasaannya, dia adalah orang penakut dan baik hati. Aku paham tentang rasa takutnya, ia pasti merasa sangat ketakutan saat itu, setelah mendengar cerita yang panjang ini dari Miller. Akhirnya aku bisa memahami semua alasannya, bahwa karma itu nyata adanya, karma berjalan beriringan dengan waktu.
"Kata-katamu saat itu nyata adanya. Maafkan aku karena memukulimu karena aku merasa kecewa padamu, padahal saat itu kau pasti merasakan kekecewaan yang sama sepertiku, dan mungkin jauh lebih kecewa dariku," ucapku yang menyesal kepada Miller.
"Aku bukannya tidak setuju padamu yang mendadak berubah menjadi orang yang baik. Aku hanya ingin kau mengatakan, 'ayo kita berubah bersama-sama menjadi orang yang baik'. Aku hanya ingin mendengar kata-kata itu dari mulutmu." Ucap Miller sambil merenungkan masa lalu.
Miller benar, tidak seharusnya aku meninggalkan orang yang pernah ku ajak ke dalam duniaku yang dulu. Miller hidup bersama di dalam duniaku karena aku mengajaknya, aku tidak memikirkan perasaannya ketika aku meninggalkan dunia yang pernah kita lalui bersama.
Seharusnya aku mengajak Miller saat itu dan juga teman-temanku yang lain, mungkin mereka akan mengerti mengenai alasanku. Jika perlu aku juga akan menceritakan kisah kelam yang ku alami yang membuatku berubah saat itu. Aku juga menceritakan kisahku, mengapa saat itu aku berubah bukan hanya karena Lasiana, tapi karena kematian kakekku juga.
Kalau begitu ... besok adalah hari yang tepat untukku, untuk membawa perubahan yang baik untuk semua orang. Sekolahku terkenal dengan keburukannya, keburukan siswa-siswa yang melanggar hukum dan norma. Kalau tidak salah aku membuat kelompok dan menjalin hubungan dengan mereka saat aku menduduki kelas 3 SMA.
"Miller, saat ini kita kelas 2 semester berapa?"
"Semester 2, memangnya kenapa?"
"Bagus, kalau begitu, mari kita membawa perubahan kepada teman-teman kita yang dulu dan juga nama baik sekolah kita." Ucapku yang sudah tidak sabar untuk menantikan hari esok.
Lalu ... hari yang di tunggu-tunggu akan segera dimulai. Waktunya aku dan Miller mengubah masa depan sekolah kami di hari esok!.