Please follow akun Lady Orlin dulu sebelum baca ya😉
Seusai dicerai suami sultannya, Sofia memilih meninggalkan keglamoran, memulai hidup dari nol meskipun ia mendapatkan kompensasi senilai miliyaran dari sang mantan suami.
Saat melamar sebagai pekerja biasa, nyatanya jalan hidup Sofia semakin rumit ketika dihadapkan oleh CEO tampan arogan dan juga manager HRD yang menganggap Sofia saingan.
Tak hanya itu, setelah beberapa hari resmi berpisah, secara diam-diam mantan suami kembali mengusik.
Akankah Sofia menemukan kebahagiaan?
S1 (Bab 1-31)
S2 ( mulai bab 32)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Orlin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Tingkah
"Kau dan mama dimana, Zy? Apakah kalian sudah selesai belanja?"
Jayden melakukan percakapan melalui ponsel yang tersambung bluetooth mobil karena ia sedang mengemudi.
^^^"Hampir, Jay. Tapi Tante Jihan masih ingin melihat-lihat tempat lain katanya. Mungkin sekitar setengah jam lagi. Bagaimana?"^^^
"Baiklah. Kabari saja aku."
^^^"Pasti, Jay."^^^
"Terima kasih kau telah menjaga mama, Zy. Kau memang yang terbaik."
^^^"Ah, itu bukan apa-apa."^^^
"Baiklah kalau begitu, selamat bersenang-senang kembali."
^^^"Pasti. Bye, Jay."^^^
"Bye, Zy."
Panggilan dengan Azyla pun berakhir. Jayden rupanya datang lebih cepat untuk menjemput sang mama yang sedang berbelanja ditemani oleh Azyla.
Ah, itu tandanya aku terlalu cepat setengah jam, Jayden membatin pasrah seraya memanyunkan belah ranum tipisnya. Sembari menunggu, pria yang sebenarnya sudah berada di sekitar area supermarket itu pun berinisiatif untuk melipir ke sebuah kedai kopi dekat sana.
Namun, selang tak berapa lama netranya malah menangkap sebuah pemandangan yang cukup mengalihkan atensi. Terlihat sepasang pria dan wanita sedang berdebat di sebuah halte bus.
"Bukankah itu ... Sofia Wilson?" Jayden menyipitkan sepasang kedua netra, memusatkan pandangan pada sosok familiar yang tangannya terlihat dipegang paksa oleh sosok si pria.
Woah, pria itu sepertinya memaksa Sofia. Ini tidak beres.
Entah mengapa hati Jayden mendadak bergejolak, tak suka akan sikap sosok pria yang menggapai tangan Sofia secara paksa. Ia pun menambah kecepatan laju kendaraan untuk melakukan U turn menuju halte di seberang.
Agar tak mencurigakan, sesampainya di tujuan Jayden memutuskan untuk berkilah sebagai supir taksi online yang dipesan Sofia. Meskipun itu terkesan konyol dan tidak masuk akal, Jayden tetap melakukannya. Tak ada supir taksi online yang memakai setelah jas kerja rapi bak executive muda serta mengendarai mobil mewah berwarna merah mentereng.
Namun, anehnya. Jayden tak peduli dan tetap nekat. Pria yang dikenal berperangai acuh dan ketus malah terkesan sangat peduli, rela bersandiwara untuk pertama kalinya hanya demi wanita yang baru saja ia kenal.
Beruntung, Sofia mengikuti permainan yang Jayden lakukan sehingga tak ada keributan yang timbul di area sekitar. Setelah berhasil lepas dari jeratan Crish, Sofia malah harus terjebak di dalam satu mobil bersama Jayden saat ini.
"Waktu adalah uang. Apa itu sloganmu, Pak Jayden sang billionaire?" cetus Sofia memecah keheningan di dalam mobil yang Jayden kendarai.
"Itu slogan masal, Nona Wilson. Kau bisa menemukannya di artikel dunia maya," balas Jayden yang pandangannya tak beralih dari fokus menyetir.
"Omong-omong, terima kasih. Tapi lain kali, jika kau melihatku di jalan seperti tadi, tolong abaikan saja. Aku bisa meng-handle-nya," pinta Sofia berusaha sopan.
Begitu besar egonya untuk memperdebatkan aksi Jayden tadi. Akan tetapi, semua hal yang terjadi hari ini membuat tenaganya terkuras. Terlebih, insiden di supermarket dan pertemuannya dengan sang mantan mengakibatkan perutnya mengalami sedikit kontraksi akibat stres. Beruntung, rasa sakit itu kini mereda.
"Hmm. Kau sepertinya sudah salah paham. Aku melakukan ini semua hanya sebagai rasa kemanusiaan bukan personal," kilah Jayden mengklarifikasi.
Tak lama setelah ucapan sang CEO, mobil terhenti di tepi jalan.
"Turunlah!"
Sofia sontak tertohok seraya melihat ke arah Jayden. Pria itu tiba-tiba menghentikan mobil dan menyuruh sang puan turun.
"Kau lihat! Kau tetap orang asing bagiku. Jadi jangan terlalu berusaha untuk akrab. Silahkan turun!" Jayden memutar bola malas setelah mengeluarkan ucapan ketus.
Tak ingin kalah, Sofia turut memutar bola mata imbas kekesalan karena diturunkan secara dadakan.
"Jangan lupa siapkan kekuatan untuk hari senin," ledek Jayden kepada Sofia yang baru saja turun dengan mood uring-uringan. Mobil mewah itu pun kembali melaju tanpa permisi.
Ugh, kupikir dia tulus. Dasar pria! Semuanya sama-sama menyebalkan, Sofia berdecak kesal sembari merutuk dalam hati. Ia pikir Jayden benar-benar berniat menolongnya.
"Tapi, tunggu! Bukankah ini jalanku menunju rumah Lena?"
Setelah merutuk sang bos, Sofia malah merasa tak enak hati. Pasalnya, Jayden menurunkan sang puan di tepi jalan tak jauh dari alamat rumah Lena. Itu artinya, Jayden mengetahui dimana Sofia tinggal.
Apa ini? Mengapa aku merasa bersalah padahal dia mengantarku sampai ke area rumah Lena.
Dalam perjalanan, wanita hamil itu tak hentinya menerka dalam hati perihal sikap calon bos barunya senin nanti. Kesan angkuh dan acuh memang melekat pada Jayden sejak pertama kali Sofia bertemu dengannya. Namun, di sisi lain Jayden terkesan memilik pribadi yang sangat peduli. Benarkah hanya sebuah rasa peduli?
KRUKKKK!
Saat sedang asyik menerka mendadak perut rata Sofia mengeluarkan bunyi khas organ dalam yang menandakan rasa lapar.
"Hehe. Kau pasti lapar ya, Nak. Ayo kita pulang dan belajar masak." Sofia bermonolog antusias dengan janin yang ada di dalam perutnya. Dalam sekejap, ia langsung melupakan kejadian dengan Jayden barusan.
...***...
"Maaf aku telat, Ma." Jayden memeluk kilat sang mama yang sudah menunggu di atas kursi rodanya tepat di lobby depan supermarket bersama Azyla. Jihan lantas memeluk balik putranya seraya mengulas seyum merekah.
"Kau kemana, Jay? Aku meneleponmu beberapa kali sedari tadi," cerca Azyla penasaran. Sang pria terlambat lima belas menit dari waktu penjemputan yang dijanjikan sebelumnya.
"Ah, itu. Ibu kota memang selalu padat di jam makan siang, bukan?"
"Bukankah kau bilang sudah berada di sekitar sini?" timpal Azyla tak puas dengan jawaban Jayden. Dia merasa pria berusia lebih muda satu tahun darinya itu tak seperti biasa, tidak tepat waktu.
"Ayo, Ma."
Tak terlalu menghiraukan cicitan Azyla, Jayden memilih bergegas mengangkat tubuh Jihan dari kursi roda untuk dimasukan ke dalam mobil.
Abai merupakan salah satu sifat seorang Jayden jika ranahnya terlalu dikuliti, ia akan memilih hal lain untuk diprioritaskan. Termasuk tak menghiraukan pertanyaan dari kolega dekatnya yang terdengar seolah kekasih posesif.
"Woah, lihat! Tak hanya tampan tapi pria itu juga berbakti pada ibunya."
"Kyaa! Aku rela mendaftar menjadi calon istrinya."
"Aww, dia adalah calon masa depanku."
Di zaman sekarang, pemandangan seperti Jayden yang tak sungkan membantu ibunya tentu menjadi sesuatu yang mencolok terlebih di tempat ramai seperti supermarket. Tak jarang, pengunjung yang lalu lalang terutama kaum hawa sengaja berhenti hanya untuk sekadar melempar pujian kagum terhadap prilaku Jayden.
Di sisi lain, dada Azyla mulai panas imbas bisikan kaum hawa yang memuji pria idamannya itu.
Si*l! Dasar wanita-wanita tak tahu diri! Tidak akan kubiarkan siapapun mendekati Jayden selain aku. Aku harus segera meminta maaf atas prilaku barusan. Jayden terlihat marah.
Seusai membatin sesal, Azyla segera berlari dan sigap memasukkan kantong belanjaan yang ditenteng ke dalam bagasi mobil berjenis sedan dan menghampiri Jayden setelahnya.
"Mari kubantu, Jay."
Tak lupa, gadis bergaya model rambut sanggul acak itu melakukan gerakan memepet tubuh Jayden yang masih membenahi posisi duduk sang ibu di dalam mobil. Tentu saja semua dilakukan untuk mengklaim di hadapan semua orang bahwa Jayden hanya miliknya seorang.
"Maafkan atas sikapku barusan, Jay. Aku sudah berlebihan." Azyla bersandiwara merubah raut wajah wajah sesaat setelah Jayden menutup pintu mobil penumpang.
"Tak apa, Zy. Ayok masuk," balas Jayden netral seraya menepuk dua kali pundak Azyla sebelum akhirnya masuk ke dalam kursi kemudi.
"Woah, apakah wanita itu kekasih si pria tampan?"
"Kurasa bukan. Di terlihat seperti seorang asisten."
"Jika dia kekasihnya, pria tampan itu pasti akan membukakan pintu untuknya juga."
"Itu artinya, kita masih ada kesempatan, hahaha."
Bukannya mendapat pengakuan yang diharapkan, Azyla malah terkena bomerangnya sendiri. Khalayak ramai malah menggunjingnya lebih mirip sebagai seorang asisten daripada kekasih Jayden.
Ergh! Kau harus segera menjadi milikku, Jay. Akan kupastikan itu.
brrti sofia d bwa dominic y????
duhhh.....
*Tertawan Plotwist by Lady Orlin
aku penasaran mba sofi gimana thor hikss.. please jgan smpe knp2/Pray//Sob//Sob/
Gara2 sm mafia,sofia mlah ikut jd target.....udh trluka mlah.....suaminya sbuk sna sni,ga tau istrinya dlm bhaya....
ko mlah d bwa k kmr sih sofia????
kn bsa tmbul slh phm jg nnti sm suamimu....lgian blm tau jg kn tu orng baik atw jhat.....
see.....enth gmn nsibmu abs ni....
tp kl mau nguji dia,trsrah.....
hadirkan karakter yang baik untuk Jayden jangan Deegan Sofia ataupun Cloe,Cloe cukup jadi bumbu²/ujian RT Kaivan dan Sofia