NovelToon NovelToon
Salah Pilih

Salah Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: yu odah

mengabdi pada imamnya dengan sepenuh hati tetapi Justru derai air mata dan darah yang Inara terima.
Suami yang sangat ia cintai ternyata menghianatinya, hancur hati Inara mengetahuinya dan semakin membuatnya terpuruk saat kehancuran rumah tangganya ternyata ada campur tangan ibu mertuanya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu odah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kami Bersamamu

Ingin sekali Ibnu menampar mulut Egi yang lancang bercerita tentang Intan di depan Inara.Ia menatap tajam ke arah sepupunya yang santai melewatinya.

Dan saat itulah secara tak sadar ia menatap Inara yang juga memandang ke arahnya.Sepersekian detik dunia Ibnu seakan berhenti, wajah cantik yang pernah ia damba kini berdiri tepat di dekatnya.

Ada rasa sesal yang bergelayut di dadanya, tawa yang manis dan tutur yang lembut sungguh tak bisa Ibnu lupa, meski sudah mencoba menerima kehadiran gadis lain tapi hati kecil Ibnu tak bisa berbohong kalau ia masih mengingat Inara di hatinya.

"Selamat sore Mas Ibnu" sapa Inara lembut sambil menunduk hormat.

"Sore Na, apa kabar?" sapa Ibnu berusaha tenang.

"Baik mas, Mas Ibnu apa kabar?"tanya balik Inara.

Elic membuang pandangannya lalu menarik tangan Inara agar ke kamarnya.

"Sudah saling sapa nya ya abangku yang ganteng, Inara mau aku bawa ke kamar."

Ibnu menggaruk kepalanya yang tak gatal karena sebenarnya ia masih ingin bertatap dan berbincang dengan Inara.

"Hmm hmm...ingat, dia bini orang" celoteh Egi lalu duduk di sofa dengan santai.

"Heh sotoy ..memang apa salahnya kalau gue sekedar menyapa Inara...?"jawab Ibnu pedas.

"Apa benar cuma sekedar menyapa?Santai aja boss....nggak usah nge gas gitu dong"ledek Egi yang masih tetap santai sedang hatinya bergemuruh saat melihat Inara masih mencuri pandang ke arah Ibnu.

"Ck kenapa kau menatap pria lain Na" cicit hati Egi geram.

Ibnu yang jengkel pada sepupunya pun masuk ke kamarnya, menatap wajah yang membuatnya kesal semakin membuatnya naik darah.

Tak tok tak, terdengar langkah kaki Endah memasuki ruangan.

"Kamu sudah pulang Gi? mana Inara?"

"Ada di kamar lagi nge pas baju."

Endah pun melangkah ke kamar Elic setelah menyapu ruangan dengan pandangannya mencari sosok sang putra yang ternyata tak ada di ruangan tersebut, ia sedikit lega karena ia berharap putra sulungnya tidak bertemu dengan Inara karena ia tahu sedalam apa Ibnu mencintai Inara selama ini.

Cklek.

Endah tertegun melihat Inara dengan dress simple elegant berwarna nude sebatas betis, sangat pas di tubuhnya yang ramping.

"Waah..cantiknya.." puji Endah jujur membuat Inara tersipu, baru kali ini ia memakai dress berbahan sutra halus yang pastinya berharga mahal.

"Oke sudah pas, tak perlu perbaikan" ucap Elic puas.

"Sudah Lic...di lepas saja, nanti rusak"cicit Inara khawatir.

"Ah mana boleh ...kita ambil poto dulu dong."

Inara pun hanya bisa pasrah dan mengikuti instruksi Elic yang memintanya berpose dengan berbagai gaya.

"Oke...done."

Dengan penuh kehati-hati an Inara melepas baju dan memasangnya kembali di hanger, Inara begitu takut kalau baju cantik itu akan tersangkut atau rusak oleh tangannya.

"Kamu suka?" tanya Elic dan di jawab anggukan kepala oleh Inara.

"Baju ini memang buat kamu, tapi di simpan di sini dulu, lusa kau harus memakainya di hari wisuda ku ..oke?"

"Hah...b bukannya ini harus di kembalikan ke butik?"

"Tidak Ina...ini sudah aku beli, dan kau tak perlu mengembalikannya."

"T tapi ini terlalu mahal untukku Lic."

Elic tersenyum haru begitu pula Endah, wanita paruh baya itu mengusap rambut Inara dengan lembut.

"Ina...kita memang sudah membelinya dan Elic memesan ukuran untuk kamu, tentu saja ini akan menjadi milikmu nantinya, kau sudah ku anggap menjadi anggota keluarga ini Ina."

Inara menundukan wajahnya haru, sikap Endah memang tak pernah berubah meski ia sudah menyakiti Ibnu putranya tapi Endah tetap menyayanginya seperti semula.

"Terima kasih Bu, Lic...kalian begitu baik, aku tidak tahu kalau tak ada kalian aku akan tinggal di mana hiks hiks."

Endah merengkuh tubuh Inara dan memeluknya erat, cobaan hidup yang amat berat sudah Inara pikul sejak kecil, di tinggal oleh kedua orang tuanya, di benci oleh ibu tiri dan mertuanya bahkan kini ia di khianati oleh suaminya.

Inara terisak di pelukan Endah, bukan saudara tapi sudah ia anggap seperti ibunya sendiri, wanita yang menyayanginya dengan tulus dan tanpa syarat.

"Ina...dengar Ibu, selama masih ada kami, kau tidak usah takut, biarlah mertuamu membencimu bahkan Rusdi menghianatimu, ingatlah kami Ina...kami akan selalu menyayangimu, datanglah kapanpun kau mau ..dan kami akan menerimamu dengan tangan terbuka."

Tangan Elic mengepal keras, geram rasanya mendengar cerita dari ibunya kalau Rusdi ternyata telah bermain api dengan wanita lain.

"Sudahlah ..ayo kita makan, kau pasti lapar."

Inara mengangguk jujur lalu mengekor Endah yang berjalan sambil menuntun tangannya menuju ruang makan.

Kedatangan Inara membuat Edi, Ibnu dan Egi menatap heran.

"Kenapa Ina Bu?" tanya Edi khawatir.

"Ah tidak apa-apa Yah...Inara hanya sedang sensitif mungkin" jawab Endah berusaha menutupi kesedihan Inara.

"Kenapa?" tanya Egi dengan basa isyarat pada Elic tapi hanya jawaban gelengan kepala dan bibir mencibir.

"Ayo kita makan sama-sama Ina...."Ucap Edi hangat.

"Baik Pak...terima kasih."

Endah membuang matanya dan mengerjapkan matanya beberapa kali agar air matanya tak tumpah, hatinya ikut merasa hancur saat mendengar berita Rusdi telah menghianati Inara.

Makan malam berlangsung dengan khidmat, tak ada canda apalagi tawa seperti biasa, mereka seakan ikut merasakan kepedihan yang sedang Inara rasakan.Begitupula Ibnu dan Egi yang di liputi perasaan geram melihat wajah Inara yang sembab.

Sementara itu di meja ruang makan lain, Rusdi hanya bisa menikmati makan malam dengan mie instan yang ia masak sendiri, sedangkan Sela sudah lebih dulu tidur di kamarnya.

Tak ada nasi sayur apalagi telor dadar kegemarannya, meski hanya telor dadar tapi masakan Inara sangatlah enak.

Hari ini Rusdi tidak makan siang berharap di kediaman Kesya ia bisa makan dengan lauk daging tapi ternyata rumah itu tertutup karena Kesya sedang tak ada di rumah.

"Sialan, dia pergi tanpa mengabariku" umpat Rusdi sambil mengunyah mie dengan lahap.

Jangan kan mengabari akan pergi rupanya kontrak les privat pun sudah Kesya putus secara sepihak.

Rusdi sangat geram dan kesal karena Sudah beberapa hari Kesya tidak mengirimkan uang ke rekeningnya.

Biasanya seminggu sekali Kesya akan mentransfer ke nomor rekeningnya sejumlah uang cukup banyak namun kini Rusdi tidak memegang sepeserpun karena sudah ia berikan pada sang ibu,dan sayang...ibunya menggunakan uang hanya untuk keperluannya sendiri, jika Rusdi menyinggung kenapa tidak masak maka Sela akan marah dan memakinya dan berujung Inara yang akan menjadi pelampiasan kekesalannya dan menyebut sebagai menantu pembawa sial.

Kini agar uang persediaannya sampai di tanggal gaji berikutnya Rusdi harus pintar berhemat.Beruntung Tono selalu membawa bekal makan siang cukup banyak hingga ia bisa ikut makan bersamanya.

Setelah makan Rusdi pun merasa kantuk mulai menghampirinya, langkahnya tertahan saat melihat satu ember baju kotor yang belum ia cuci.

Rusdi mulai membayangkan sosok Inara yang selalu bangun pagi untuk mencuci dan menyiapkan sarapan untuknya, bahkan menyapu halaman dan mengepel, banyak pekerjaan yang Inara lakukan tapi tak pernah ia mengeluh badannya lelah.

"Ternyata kamu begitu sabar Na."

1
Holipah
Inara tolol suami penyakit masih mau aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!