"Seharusnya aku tahu, kalau sejak awal kamu hanya menganggap pernikahan ini hanya pernikahan kontrak tanpa ada rasa didalamnya. Lalu kenapa harus ada benihmu didalam rahimku?"
Indira tidak pernah mengira, bahwa pada suatu hari dia akan mendapatkan lamaran perjodohan, untuk menikah dengan pria yang bernama Juno Bastian. Indira yang memang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Juno, langsung setuju menikah dengan lelaki itu. Akan tetapi, tidak dengan Juno yang sama sekali tidak memiliki perasaan apapun terhadap Indira. Dia mengubah pernikahan itu menjadi pernikahan kontrak dengan memaksa Indira menandatangani surat persetujuan perceraian untuk dua tahun kemudian.
Dua tahun berlalu, Indira dinyatakan positif hamil dan dia berharap dengan kehamilannya ini, akan membuat Juno urung bercerai dengannya. Namun takdir berkata lain, ketika kehadiran masa lalu Juno yang juga sedang hamil anaknya, sudah mengubah segalanya.
Apa yang akan terjadi pada rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Jangan usir Papa!
Usai mendengar perkataan Pak Edwin yang menyinggung soal status pernikahannya dengan Juno, hati Indira langsung tersentak. Dia tidak menyangka bahwa fakta tentang pernikahannya yang masih sah secara hukum negara menampar dirinya. Meskipun secara hukum agama, mereka sudah berpisah sejak lama. Tidak ada komunikasi, nafkah lahir maupun batin selama bertahun-tahun. Perasaan cinta pun juga sudah tak ada. Secara agama, pernikahan mereka sudah jatuh talak. Tapi tidak secara hukum negara, karena perpisahan mereka belum sah sebelum sampai ke pengadilan.
"Kamu masih istri Juno. Istri sahnya, Indira."
Kata-kata sederhana itu, mampu membuat hati Indira tertusuk pedang tajam yang menghunus dengan sedalam-dalamnya.
"Karena kamu masih hidup, maka wanita itu adalah istri siri Juno. Jadi, kamu dan Devan kembalilah bersama Juno. Karena, kalian adalah satu keluarga."
Permintaan Pak Edwin sungguh membuat Indira terkejut, wajahnya seakan tak percaya dengan apa yang baru saja diminta oleh pria tua itu. Dia memintanya dan Devan, untuk kembali ke neraka yang bernama Juno Bastian. Neraka yang selama ini dihindari oleh Indira, sampai dia menyembunyikan dirinya jauh dari lelaki itu.
"Saya akan mengajukan gugatan cerai, itu artinya saya tidak akan pernah kembali dengan Mas Juno, Kakek."
"Ke-kenapa Indira? Apa karena wanita itu? Jadi, kamu tidak mau kembali sama Juno? Kalau soal wanita itu, kakek akan bicara sama Juno agar dia menceraikannya! Kakek..."
Indira menggelengkan kepalanya, matanya tampak berkaca-kaca. Air matanya menggenang dibawah mata Indira. Rasanya sakit sekali, mengingat masa-masa dulunya bersama Juno.
"Enggak Kek. Ini bukan karena mbak Sheila. Tapi karena diri saya sendiri, saya tidak bisa hidup dengan Mas Juno. Selama 2 tahun pernikahan kami, jujur saya katakan... saya tidak pernah merasa bahagia seperti apa yang kakek lihat selama ini. Maafkan saya harus jujur sama kakek sekarang, karena sejak awal pernikahan saya tidak baik-baik saja. Tidak ada yang namanya sakinah, mawaddah, apalagi warohmah didalamnya."
Pak Edwin tersentak kaget dengan pengakuan Indira tentang rumah tangganya bersama Juno selama 2 tahun itu. Padahal dari yang dia lihat dan dia tahu, selama ini rumah tangga Indira dan Juno terlihat baik-baik saja dari luar. Tapi, tanpa orang-orang ketahui, rumah tangga Indira dan Juno sudah salah sejak awal dan sudah hancur didalam.
"Selama ini, saya menutupi hubungan rumah tangga saya dari kakek dan semua orang. Ma-maafkan saya kakek," ucap Indira dengan hati yang berat. Tapi ia juga tidak bisa menyimpannya seorang diri lagi. Dia mengungkapkan semua yang sudah dia alami, bahkan tentang ia yang kabur dengan selingkuhannya itu juga tidak benar.
Rasa bersalah Indira perlahan mulai tampak ke permukaan, ketika ia melihat buliran hangat mulai berjatuhan dari kedua bola mata dengan wajah yang keriput itu.
"Kakek..."
"Maafkan kakek, Nak. Selama ini kakek tidak tahu apa-apa tentang kalian berdua. Jika kakek tahu kalau Juno memperlakukan kamu dengan tidak baik, sudah sejak lama kakek pasti bertindak. Maaf membuat kamu menanggungnya seorang diri," ucap Pak Edwin dengan air mata yang terus mengalir dari kedua bola matanya yang berwarna hitam pekat itu.
Indira gegas mengenggam tangan pak Edwin dengan lembut. "Maafin Indi Kek, maaf Indi udah buat kakek sedih...maaf..." sesal Indira.
"Nggak apa-apa Nak. Kamu nggak usah minta maaf, kamu nggak salah. Kakek yang salah, dan kakek yang seharusnya meminta maaf. Selama ini kamu menderita menikah dengan Juno, kalau tau seperti itu...kakek tidak akan meminta kamu menikah dengan Juno!" sesal dirasakan pak Edwin, setelah mendengar apa yang Indira alami didalam pernikahannya.
"Enggak kek! Ini bukan salah kakek. Ini salah saya sendiri, karena saya yang jatuh cinta sama mas Juno," ungkap Indira dengan hati yang perih. Mengingat cintanya secara sepihak pada Juno selama mereka menikah dan itu sangat menyakitinya.
"Maaf Indira, kalau itu yang kamu mau...kakek akan bantu kamu bercerai dari Juno, nak."
Beruntunglah pak Edwin tidak egois, atau memaksakan kehendak. Dia menerima keputusan Indira untuk meresmikan perceraiannya dengan Juno. Indira senang mendengar dukungan Pak Edwin untuknya.
"Tapi...boleh kan kakek ketemu sama cicit kakek?"
"Boleh dong kek. Devan kan cicit kakek, saya tidak punya hak melarang seorang opa buyut bertemu cicitnya," ucap Indira yang tentunya membuka lebar pintu untuk pak Edwin bertemu Devan.
Setelah berbicara cukup lama, akhirnya Indira dan Pak Edwin kembali ke ruang tengah. Senyuman Indira langsung menghilang saat melihat seseorang yang dia benci sedang bersama dengan Devan disana. Mereka juga terlihat dekat.
Indira langsung menyeret Juno keluar dari rumah itu, sedangkan Devan, Hilman dan pak Edwin masih ada diruang tengah.
"Mau apa kamu kesini Mas?"
"Tentu saja bertemu anakku."
"Ah ya...dan aku akan tinggal disini selama berada di Singapore," putus Juno yang tanpa memikirkan konsekuensi dari keputusannya ini.
Indira mendelik sinis.
"Pergi! Aku tidak mengizinkan kamu berada disini, Mas. Dan jangan ngaku-ngaku jadi papanya Devan!" ujar Indira mengusir Juno dengan marah.
"Aku berhak atas anakku Indira!"
"Devan bukan-"
"Pa, jangan ucir papa Devan!" Kehadiran Devan yang tiba-tiba saja memeluk Juno, membuat Indira terkejut.
"Papa Devan bakal tinggal cama Devan dicini, cama Mama juga!"
Indira mendengus kesal, dia serba salah dan melampiaskan kekesalannya pada Juno yang hanya diam saja.
****
penyesalan mu lagi otw juno