NovelToon NovelToon
Dunia Itu Sempit

Dunia Itu Sempit

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter Genius
Popularitas:43.8k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Lima tahun lalu mereka menikah, lima tahun lalu mereka juga bercerai. Divi Taslim, pria itu tidak tahu ibunya telah menekan istrinya–Shanum Azizah meninggalkannya. Kepergian wanita itu meninggalkan luka di hati Divi.

Ternyata, dunia begitu sempit, mereka kembali bertemu setelah lima tahun lamanya. Bukan hanya sekedar bertemu, mereka partner kerja di salah satu rumah sakit.

Bagaimana ceritanya? Mari ke DIS!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masih Peduli

💐💐💐

Shanum dan Divi terkurung di dalam mobil yang mogok di bawah derasnya tetesan air langit sampai suara saja tidak terdengar jelas saat mereka berbicara. Suhu udara juga meningkat, begitu dingin sampai Shanum beberapa kali mengelus kedua bahunya dalam posisi tangan menyilang. Wanita itu duduk memejamkan mata dengan perasaan takut dan rasa khawatir menyelimutinya.

Divi mengenakan jas dokternya ke tubuh Shanum, mengancingkan semua batu kancing jas itu dan memeluk Shanum dari samping. Shanum membuka mata, memperhatikan tingkah Divi dengan diam dan menoleh ke kiri, memperhatikan derasnya hujan dari kaca jendela mobil.

“Tidak. Aku harus pulang sekarang,” kata Shanum, membuka pintu mobil, dan hendak keluar. 

Namun, Divi menahan Shanum dengan menggenggam tangan kanan wanita itu, membuat Shanum kembali duduk dengan perasaan tidak tenang tergambar jelas di wajahnya. 

“Kita tunggu hujan sedikit reda dan kita cari bantuan,” bujuk Divi. 

“Tidak bisa. Perasaanku tidak enak. Kita juga tidak tau sampai kapan hujan akan berhenti. Aku tidak bisa diam di sini sementara putraku sendirian di rumah. Pengasuhnya sudah pulang saat kita di perjalanan tadi, anak itu tinggal sendirian di rumah,” kata Shanum dalam kecemasan. 

“Putra?” tanya Divi. 

Shanum baru sadar dengan kata-kata yang  keluar dari mulutnya, membuatnya diam tercengang karena kaget sendiri.

“I-iya. Dia putraku dan suamiku.”

“Lalu, mengapa kamu bilang putramu sendiri di rumah? Bukankah suamimu ada di sana juga?” Divi penasaran. 

“Suamiku … dia di luar kota, tugas di luar kota.”

Besarnya rasa kecewa muncul di hati Divi setelah tahu mantan istrinya itu tidak hanya sudah menikah kembali, tetapi juga telah memiliki anak.

Shanum kembali melanjutkan aksinya keluar dari mobil, tapi Divi kembali menahannya. 

“Tunggu. Mana ponselmu, biar aku coba hubungi nomor temanku, kebetulan aku ingat nomornya.” Divi mengangkat tangan, meminta. 

Shanum kembali duduk dan menatap tangan Divi, lalu merogoh tas, mengambil ponsel sempat digunakan wanita itu untuk menghubungi orang-orang yang diharap bisa membantunya tadi dan menaruh ponsel itu ke tangan Divi. 

Pria itu memainkan jari jempol di keyboard ponsel, mengetik angka-angka nomor telepon salah satu teman dekatnya. 

“Sisa pulsa Anda, nol rupiah. T–” Divi mematikan sambungan telepon dengan wajah kesal setelah mendengar kalimat itu yang sejak tadi didengar olehnya saat Shanum menghubungi orang-orang yang dihubunginya. 

“Bagaimana bisa kamu begini? Sebagai perawat, seharusnya nomormu tidak kosong pulsa dan kuotanya selalu ada,” kata Divi dengan kesal. 

“Aku tidak semiskin itu. Kebetulan saja pulsaku habis saat aku menghubungi pengasuh anakku sebelum pulang tadi. Karena tidak mengira hal ini terjadi, aku hanya mengabaikannya sementara dan akan mengisinya kembali nanti. Aku juga tidak sempat isi kuota Karena sibuk mengikuti kemauanmu itu.”

“Ceroboh,” cecar Divi. 

“Mendingan ponselku masih menyala, sedangkan kamu? Mati total.” Perdebatan dalam emosi mulai di antara mereka. 

Divi sadar jika membalas perkataan Shanum hanya akan menghasilkan perdebatan yang tidak berujung. 

Sejenak Divi diam, mencari cara untuk bisa mengantar mantan istrinya itu kembali ke rumahnya. 

“Tidak bisa diharapkan,” ucap Divi dan membuka pintu mobil, pria itu membiarkan dirinya ditimpa hujan deras dan membuka bagian depan mobil untuk melihat kerusakan pada mobil itu. 

Beberapa kabel diperhatikan Divi, dicek pria itu dengan sedikit pengetahuan mengenai ilmu otomotif, tidak hanya membedah pasien saja keahliannya. Divi menemukan akar permasalahannya, busi mobil basah.

Pria itu menghampiri pintu mobil di samping Shanum, meminta sapu tangan yang sempat dilihatnya berada di dalam tas wanita itu saat mengambil ponsel tadi.  

“Businya basah,” ucap Divi. 

Shanum mengerti dengan tujuan pria itu meminta. Sapu tangan tersebut diambil dari tas dan diberikan kepada Divi. Wanita itu memperhatikan kerja keras Divi yang berusaha untuk membetulkan mobil agar bisa mengantarnya kembali ke rumah. 

Ponsel Shanum berdering, orang yang menghubunginya ialah Anggika, sahabat yang dihubunginya tadi. Ketika hendak menjawab sambungan telepon, ponselnya tiba-tiba mati karena kehabisan baterai. 

“Sama saja penyakitnya,” ucap Shanum dengan kesal. 

“Nyalakan mobilnya.” Divi muncul kembali di sisi kiri, berbicara melalui jendela mobil. 

Sejenak Shanum terdiam, menatap wajah Divi yang basah dan tampak kedinginan, terlihat dari geraham pria itu yang menggertak kuat dari kedua sisi pipinya. 

“Cepat!” suruh Divi, menghancurkan diamnya Shanum. 

Wanita itu beralih duduk, lalu menyalakan mesin mobil beberapa kali sampai akhirnya mesin mobil menyala setelah mencobanya sebanyak lima kali. Shanum dan Divi saling mengumbar senyuman, akhirnya mereka bisa meninggalkan tempat itu. 

Divi bergegas masuk, duduk di bangku yang tadi diduduki Shanum. Wanita itu kembali mengemudikan mobilnya, membawanya langsung ke rumah dengan mengikuti perkataan Divi. Padahal, ia Shanum ingin mengantar pria itu sebelum kembali ke rumahnya. 

Hampir lima belas menit waktu mereka habiskan di perjalanan, akhirnya mereka sampai di depan sebuah rumah sederhana di kawasan perumahan yang bersih dan cukup terbilang nyaman untuk ditempati. 

“Ini rumahmu?” tanya Divi sambil memperhatikan bagian depan dari rumah yang tidak bisa disebut besar maupun kecil.

Shanum menganggukkan kepala dan membuka pintu mobil. 

“Tunggu. Gunakan ini.” Divi membuka jas putih yang membalut tubuh sispeknya setelah menanggalkan kemeja basah di perjalanan.

Divi memberikannya jas itu kepada Shanum, menyuruh wanita itu ke teras dengan perlindungan jasnya yang bisa meneduhkan wanita itu. 

Sejak tadi Shanum merasakan perhatian yang tidak pernah berubah dari Divi. Bibir wanita itu tersenyum ringan dan mengambil jas yang disodorkan Divi, juga ponsel pria itu untuk di cas. Kemudian, Shanum berlari keluar dari mobil menuju teras. 

Beberapa menit Divi duduk di mobil, menunggu Shanum keluar. Wanita itu datang menghampirinya dengan sebuah payung berwarna biru muda yang cukup lebar, wanita itu mengajak Divi masuk setelah berpikir matang-matang. 

“Tidak perlu. Hari juga sudah larut, tidak enak,” kata Divi setelah melihat jam tangannya menunjukkan pukul sebelas malam. 

“Tidak apa-apa. Ayo,” ajak Shanum yang sebenarnya juga tidak nyaman. 

Karena Divi sudah banyak membantu, Shanum merasa tidak enak hati membiarkan pria itu berada di dalam mobil sampai ponsel yang di casnya di dalam sedikit berisi. 

Mata Divi memperhatikan sekelilingnya setelah memasuki pintu rumah Shanum, pria itu berdiri di tengah rumah setelah melihat mantan istrinya itu memasuki sebuah kamar yang merupakan kamar wanita itu. 

Shanum keluar dari kamar tersebut sambil menjinjing sebuah handuk persegi panjang, melemparkannya ke arah Divi dan ditangkap dengan gerakan cepat oleh pria itu. 

“Duduk. Akan aku buat minuman panas,” suruh Shanum dan berjalan ke sisi lain dari rumah, bagian belakang di mana dapur berada. 

Divi beranjak duduk dengan mata masih memperhatikan setiap sisi ruang tamu, tengah mencari foto keluarga Shanum karena penasaran dengan suami mantan istrinya itu. 

“Shanum!” seru seorang pria yang baru berdiri di depan pintu, tengah menepis bajunya yang terkena beberapa tetesan hujan. 

Divi mengarahkan pandangan ke pintu rumah, begitupun dengan pria bertubuh jangkung berkulit manis itu, juga mengarahkan pandangan ke dalam, menatap Divi duduk kedinginan. Mereka saling menatap dengan ekspresi datar yang akhirnya terselip sedikit rasa penasaran. 

“Kayl…!” seru Shanum, kaget, dengan wajah senang. 

Shanum menaruh secangkir kopi di tangannya di hadapan Divi dan berlari menghampiri pria itu, memeluk pria bermata indah seperti orang Arab itu dengan perasaan bahagia. 

1
Ani Basiati
lanjut jgn lama2 thor
Yuli Purwati
lanjut....
Mariyam Iyam
lanjut
Mas Tista
Luar biasa
Bungatiem
sahnum seneng banget tabrakan dah
aca
namanya Denis apa. riza seh
Ig: Mywindersone: Denis, Kak ... salah tulis.
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak
LISA
Siapa y dia
LISA
Apakah Divi mau kembali pd Shanum
LISA
Ceritanya menarik nih
LISA
Aq mampir Kak
Anita Jenius
5 like buatmu ya kak. semangat terus.
Ig: Mywindersone: Terima kasih.🥰
total 1 replies
Anonymous
👍🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!