NovelToon NovelToon
SHOTGUN

SHOTGUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Elisabeth Patrisia

Alya Mackenzie Armstrong.

Dia hanyalah gadis berumur 22 tahun yang sudah banyak melewati masa-masa sulit bersama keluarganya. Dia sangat menyayangi keluarganya, terutama adik perempuannya, Audrey.

Hingga suatu saat musuh keluarganya dari masa lalu kembali datang dan menghancurkan semua yang sudah ia lindungi. Ditambah dengan sesuatu mengejutkan yang tak pernah ia ketahui terungkap begitu saja dan menjadi awal kehancuran bagi dirinya.

Apakah Alya masih mampu melindungi keluarganya dari musuh mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elisabeth Patrisia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16th : Concerned

Hari ini adalah hari dimana Alya bisa kembali melakukan aktivitasnya setelah tragedi penyerangan terhadap dirinya di sebuah mall yang membuat salah satu kakinya terluka. Walaupun sudah pulih, kaki kirinya terutama bagian paha masih terasa nyeri akibat dua hari lalu Alya kembali melakukan perkelahian. Namun, gadis itu tak menghiraukan rasa sakitnya.

Alya sudah siap. Gadis itu mengenakan jas dan celana bahan dengan warna senada yaitu coklat muda serta blouse putih sebagi innernya. Dan Alya memakai high heels berukuran lima senti berwarna hitam. Alya mematut pantulan dirinya di cermin sembari sesekali mengatur rambut dan pakaiannya. Setelah dirasa pas, Alya mengambil kunci mobilnya diatas meja kerjanya serta sling bag hitamnya. Alya pun beranjak meninggalkan kamarnya dan menuju ruang makan. Saat ia baru saja keluar dari kamarnya, Alya berpapasan dengan sang adik, Audrey yang kebetulan juga keluar dari kamarnya. Alya tak bereaksi apapun, sedangkan Audrey hanya mendesis lalu melengos pergi. Alya menghela napasnya yang tiba - tiba terasa berat. Alya masih tertegun di tempatnya dengan tatapan tak teralihkan dari sang adik yang perlahan menghilang.

"Suatu saat kamu pasti akan mengerti, apa maksud dari keputusanku.. I'm so sorry.." gumamnya dengan suara yang nyaris tak terdengar.

Alya pun melangkahkan tungkainya menuju ruang makan, saat menuruni tangga ia bisa melihat jika kedua orang tuanya dan sang adik sudah berkumpul di meja makan.

"Good morning" sapa Alya yang terdengar lemah dan tak bersemangat.

"Morning, darling" jawab Aletta mengelus pipi putri sulungnya dan menepuknya pelan. Sedangkan Alya hanya tersenyum lalu mendudukkan bokongnya di salah satu kursi.

Setelahnya, mereka mulai menyantap sarapannya masing - masing. Tak ada seorang pun diantara mereka yang membuka suara. Melihat keadaan yang sepertinya ada jarak diantara mereka, tak pelak membuat Aletta tersenyum miris. Aletta tahu pasti apa yang terjadi saat ini adalah sebab dari perdebatan mereka semalam. Tetapi, yang membuat Aletta semakin sedih adalah karena dirinya tak bisa berbuat apa - apa untuk membuat kedua putrinya tak berselisih.

Selang beberapa menit, terlihat Alya menggeser kursinya lalu meminum susu yang sudah disiapkan sang mommy untuknya hingga tandas tak tersisa. Kemudian, Alya bangkit dari kursi.

"Alya berangkat" ucapnya lalu meninggalkan ruang makan tanpa mengatakan apapun lagi. Bahkan Alya tak menghiraukan tatapan yang tertuju padanya dan memilih untuk pergi.

Entah kenapa ketakutan ku justru semakin menjadi - jadi. Hufftt.. Semoga apa yang aku khawatirkan tidak akan terjadi. Dan semoga semua itu hanya perasaanku saja.

🔫🔫🔫

Di sebuah koridor kampus, terlihat seorang pria bertubuh jangkung dan berkacamata berjalan tepat beberapa meter di belakang seorang gadis berambut panjang yang kini menghentikan langkahnya secara tiba - tiba. Namun, pria itu tak menyadarinya sehingga tanpa sengaja pria itu menabrak gadis di hadapannya hingga membuat tubuh gadis itu limbung ke depan dan hampir saja terjatuh jika saja pria itu tak melingkarkan tangannya di perut gadis itu. Keduanya terdiam sejenak pada posisi mereka. Hingga gadis itu tiba - tiba menepis tangan pria itu dan berbalik menghadap pria yang baru saja telah berani melingkarkan tangan di perutnya.

"Apa maksudmu?! Hah!" ceplos gadis itu dengan wajah yang mulai memerah karena malu sekaligus amarahnya yang memuncak.

"Maaf.. Saya sungguh tidak sengaja menabrak anda, nona. Saya minta maaf" jawab pria itu dengan kepala tertunduk seakan tak berani menatap kedua manik gadis di hadapannya.

"Lalu kenapa tanganmu melingkar di perutku? Hah! Dasar pria mesum!" protes gadis itu tak mau tahu.

"Soal itu, saya tidak sengaja. Saya hanya ingin menahan nona agar tidak terjatuh. Hanya itu. Saya sama sekali tidak bermaksud seperti itu.." jawabnya dengan kedua tangan menyatu di depan dada. "Nona, tolong maafkan saya. Saya benar - benar tidak sengaja. Maafkan saya.." ucapnya dengan nada suara yang rendah.

Melihat wajah pria itu yang penuh rasa bersalah pun tak pelak membuat gadis itu tak tega jika harus memarahinya terus - menerus.

"Kau---"

"Nona?! Apa nona baik - baik saja?" tanya seorang pria berbadan tegap dari arah lain.

"Don't worry. I'm fine. Dia hanya tidak sengaja menabrakku" ujar gadis itu sembari menggelengkan kepala perlahan lalu menunjukkan senyuman pada pria berbadan tegap itu. Sementara, pria berbadan tegap itu hanya mengangguk paham lalu kembali ke tempat dimana ia berada sebelumnya.

"Kau?! Siapa namamu?" tanya gadis itu sembari mengangkat wajah pria itu untuk menatapnya dengan menyentuh dagu pria itu dengan tangan kanannya. Pria itu pun memberanikan diri untuk menatap gadis di hadapannya dan membuatnya tertegun sejenak.

She is so beautiful!

"Hello! Siapa nama mu?!" ujar gadis itu lagi sembari menjentikkan jarinya tepat di depan wajah pria itu. Pria itu pun memalingkan pandangannya sejenak lalu melihat kembali ke arah gadis itu lalu tersenyum.

"Brody, panggil saja aku Brody" jawab pria itu sedikit gugup.

"Ok, Brody. Nama ku Audrey" timpal gadis itu sambil menyodorkan tangan kanannya untuk berjabat tangan. Dengan senang hati, pria bernama Brody itu menerima jabat tangan gadis itu. "Apa kau juga mahasiswa baru disini?" tanya Audrey dengan alia terangkat.

"Iya" jawab pria itu singkat dengan kepala mengangguk.

"Oh, okay"

Tiba - tiba getaran terasa di tasnya, dengan cepat Audrey merogoh tasnya dan mencari ponselnya. Setelah didapat, Audrey cukup terkejut karena seorang teman kelasnya mengirimnya pesan jika lima menit lagi, dosen yang mengajar di kelasnya akan masuk.

"Oh yah, Brody. Maaf, aku harus segera ke kelas. Lima menit lagi dosen akan masuk. Permisi. Nice to meet you and see you" cerocosnya lalu berlari meninggalkan pria itu setelah mengatakan itu. Sementara pria itu, melangkahkan tungkainya menuju sebuah ruangan yang menjadi kelasnya dengan senyuman tipis merekah di wajahnya.

🔫🔫🔫

Di tempat lain, tepatnya di ruangan sebuah gedung bertingkat, ada seorang gadis tengah menatap ke luar jendela yang menampakkan gedung bertingkat lainnya dan jalanan kota yang berada cukup jauh di bawahnya. Gadis itu berdiri menatap pemandangan di hadapannya melalui kaca itu. Meskipun begitu, tidak dengan pikirannya yang justru berkelana entah kemana. Gadis itu seakan kehilangan akal untuk bertindak.

Gadis itu menghembuskan napasnya kasar, saat mengingat kejadian terakhir kali, ia dan kekasihnya bertengkar sampai saat ini bahkan salah satu dari mereka sama sekali tak menghubungi masing - masing.

Dan juga masalah tentang musuh masa lalu sang ayah dan kelompok mereka yang kembali datang mengincar dan bahkan membahayakan keselamatan mereka.

Kenapa jadi serumit ini? Dan kenapa harus aku yang terlibat di dalam semua ini?

Gadis itu memijat pelan pangkal hidungnya saat kepalanya tiba - tiba berkedut nyeri akibat gadis itu memaksakan dirinya untuk berpikir keras. Karena terlalu fokus dengan pemikirannya, gadis itu tidak sadar seorang pria berpakaian rapih masuk ke ruangannya dengan tatapan aneh mengarah padanya. Pria itu berdiri tepat di samping kanan gadis itu.

"Apa yang sedang kau pikirkan?!" seru pria itu dengan suara yang terdengar khas. Gadis itu pun tersentak saat suara yang sangat familiar masuk ke dalam indera pendengarannya dan membuatnya tersadar dari lamunannya.

"Alya?!" panggil pria itu. Gadis itu pun menolehkan wajahnya menatap pria itu.

"Daddy?!"

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya pria itu lagi.

"Entahlah. Sesuatu sudah mengganggu pikiranku beberapa hari belakangan ini" jawab Alya sarkastik.

"Apa itu?"

"Daddy?! Aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Dan aku tidak bisa memastikan apakah kita bisa melindungi semuanya. Aku merasa sesuatu itu tidak bisa terbendung lagi.." jelas Alya dengan mata yang tersirat kesedihan sekaligus ketakutan disana. "Aku hanya takut, itu akan benar - benar terjadi, dad." sambungnya.

Tanpa berkata apapun, Jack menghampiri putrinya lalu mendekapnya erat. Kemudian, mengelus - elus punggung putrinya berusaha menenangkan Alya.

"Don't worry. Apapun yang akan terjadi nanti, kita akan selalu bersama dan saling melindungi satu sama lain. Jangan takut! Kita takkan bisa terkalahkan jika kita bersatu.." tukas Jack lalu mengecup lembut puncak kepala Alya.

💢💢💢

1
anggita
Alya... 👌💪
anggita
like👍+☝iklan... semoga sukses novelnya.
Elisapat17: Thank ypu say❤
total 1 replies
anggita
visualisasi tempatnya... bagus👌
Nanaia
keren
Protocetus
Min kunjungin ya novelku, bola kok dalam saku
ATAKOTA_
Kren bgt ceritanya terus berkembang Thor 😊
Elisapat17: Thank you say🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!