"Love doesn't always end well." Kata-kata Malefince dalam film Malefince terus terngiang di telinga Natalia Hadasa, gadis cantik 21 tahun, mengisahkan duka di hati Natalia. Mengapa cinta yang dikhianati begitu menyakitkan. Bahkan kadang menyisahkan dendam, seperti yang dialami Malefince. Seorang peri yang cantik dan baik hati tetapi menjadi jahat karena cintanya dikhianati sang kekasih. Tuhan, aku takut jatuh cinta karena aku tidak mau terluka. Bukan karena film Malefince, tetapi karena ibunya yang menderita karena dikhianati papanyak, dan banyak lagi wanita yang menderita karena cinta. Sebab cinta tidak selalu berakhir dengan baik. Begitu menurut Natalia.
Tapi apakah Natalia tetap dengan defense mechanism- nya jika cinta itu tiba-tiba datang menyentuh hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harijati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria yang suka tebar pesona
Acara penyambutan Presdir baru dilanjutkan dengan jamuan makan siang dan ramah tamah dengan tujuan supaya Presdir baru dan para staf bisa lebih mengenal sehingga kelak dapat bekerja sama dengan baik memperlancar pekerjaan masing- masing.
Natalia menyelinap pergi tidak mengikuti acara jamuan makan siang, meninggalkan Maya yang begitu antusias mengikuti jamuan makan siang karena selain dapat menikmati makanan gratis dan lezat, ia juga bisa mengenal lebih lagi Presdir tampan. Hehehe...dasar Maya
Natalia segera kembali ke ruangannya. Beruntung ia selalu bawa bekal makanan dari rumah sehingga tidak masalah baginya tidak mengikuti acara makan siang bersama Presdir baru.
Natalia menikmati makan siangnya di meja kerjanya. Sementara ia menikmati makan siangnya, sekelebat bayangan wajah Presdir melintas di pikirannya.
Timbul tanda tanya dalam hatinya. "Mengapa muncul rasa gelisah dan tidak nyaman dalam dirinya saat melihat Presdir dan mendengar suara Presdir. Degupan di dadanya itu...."
"Ah tidak.....tidak mungkin aku suka sama dia, dia seorang pria yang pasti suka tebar pesona pada perempuan- perempuan yang ditemuinya. Sama seperti pria-pria tampan dan mapan pada umumnya." Batin Natalia yang gelisah.
Entah mengapa Natalia yang cerdas menjadi subyektif. Hanya karena perselingkuhan papanya dan beberapa laki-laki yang diketahuinya, membuatnya menjeneralisasikan bahwa semua laki-laki memang seperti itu.
Natalia menjadi tidak berselera melanjutkan makannya. Ia menghela nafas panjang. Dibereskannya bekal makanannya. Setelah meneguk air putih. Natalia menyandarkan punggungnya di kursi, dan memejamkan matanya.
Natalia berusaha untuk menjaga hati dan pikirannya supaya tetap sadar, bahwa ia tidak boleh tertarik pada pesona Presdirnya.
"Ya Tuhan, mengapa aku begitu lemah dan mudah goyah hanya dengan melihat kelebihan fisik seorang laki-laki laki? Ternyata aku ga sekuat yang aku pikirkan selama ini tentang prinsip hidupku. Aku masih dua puluh satu tahun, tapi hatiku sudah goyah." keluh batin Natalia.
Kegagalan rumah tangga orang tuanya, perselingkuhan papanya, melintas kembali di pikirannya.
Bagi Natalia, ia harus mengendalikan hatinya supaya tidak mudah tertarik dengan kelebihan- kelebihan Presdir yang ironisnya baru pertama kali dilihatnya langsung mampu menggoyahkan dinding kuat yang selama ini sudah ia bangun supaya ia tidak terpedaya oleh cinta.
"Love doesn't always end well." Desis Natalia menentramkan hatinya. Natalia membuka matanya, menegakkan tubuhnya dan meletakkan kedua tangannya di atas meja.
Dipejamkannya matanya lagi, dan ia berdoa, "Ya Tuhan.kuatkan hatiku supaya aku tidak mudah digoyahkan. Tolong aku untuk menjaga hatiku. Biarlah cintaku hanya untukMu. Jangan biarkan rasa itu ada dan bertumbuh."
Natalia kembali memfokuskan pikirannya pada pekerjaannya. Tidak lama kemudian rekan-rekan di divisinya memasuki ruangan. Seketika keheningan lenyap digantikan suara-suara obrolan dan senda gurau senior-seniornya.
"Loh Nat, kamu tadi kok ga ikut makan,"tanya pak Hasan.
"Ga pak, kebetulan saya tadi bawa bekal, sayang kalau ga kemakan."Sahutnya tersenyum.
"Kau ini, kan bisa disimpan di kolkas kantor dan bisa dibawa pulang makan di rumah. Jarang-jarang loh jamuan makan enak di kantor, kan sayang." Timpal Budi.
Natalia tersenyum menanggapinya.
Maya yang baru saja masuk ruangan dengan muka berseri-seri datang ke meja Natalia.
"Oh my God Nat, kamu tahu aku tadi berkesempatan berjabatan tangan dan berbincang dengan Presdir Yos. Senyumnya itu...tatapan matanya...wangi parfum yang menempel ditubuhnya, suara seksinya....semuanya yang ada didirinya. Dia beneran pria sempurna." Ucap Maya yangenurut Natalia lebay.
"Ga ada manusia yang sempurna May, ga usah lebay gitu deh," sahut Natalia.
"No..no..no...dia memang perfecto. Kamu rugi tadi ga ikut, makan. Belum lagi makanannya yang uenak- uenak. Ucap Maya mendramatisir.
"Aku kadang heran deh Nat sama kamu, pria seperti bos kita ga bisa membuatmu kagum, atau jangan- jangan kamu ga normal kali ya." lanjut Maya sambil menatap serius Natalia.
Natalia membuang nafas kasar. "Bagiku pria tampan atau jelek sama saja Ga ada bedanya. Bahkan cowok yang dikategorikan tampan biasanya suka tebar pesona, menjerat gadis-gadis dengan ketampanannya dan rayuan manisnya. Itu faktanya. Makanya aku biasa saja melihat Presdir yang kalian agung-agungkan itu." sungut Natalia.
Namun sejenak Natalia merasa menjadi orang yang munafik, bukankah tadi dia juga terpesona dengan si Presdir?
