Terlahir kembali sebagai anak orang kaya bernama Ethan, ia bereinkarnasi bersama sebuah sistem yang misterius. Sistem Penguasa, yang meringankan hidupnya dan juga merumitkan kisah cintanya.
Di sekolah, Ethan dipertemukan dengan mantan pacar dari kehidupan sebelumnya, Karina. Kehidupan kedua ini menjadi kesempatan bagi Ethan untuk mengulangi hubungan dan memperbaiki kesalahannya.
Namun, Sistem Penguasa terus memaksa Ethan untuk menguasai sekolahnya, menjadi puncak tertinggi di antara siswa lain, dan Karina tidak menyukai gaya hidup Ethan itu.
Akankah Ethan dapat kembali bersama Karina? Ikuti kisahnya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon milorasabaru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06
Ariel Peterpan pernah berkata dalam lagunya berjudul Dibalik Awan;
'Tempat ku terdiam tempat bertahan, aku terdiam di balik hujan'
Dan di sini lah aku berada saat ini, 'di balik hujan'. Terpatung selama 30 menit dengan sikap bediri kuda-kuda. Aku sudah tidak kuasa menahan rasa nyeri dari otot betis dan perutku ini.
Selama tiga tahun setelah Ivan bekerja untuk keluargaku, pria bule ini terus melatih ketahanan fisikku. Setiap akhir minggu, aku harus berlari mengelilingi halaman belakang sebanyak sepuluh kali, serta beberapa kali push up dan sit up.
Tega sekali, mengingat umurku saat ini masih 11 tahun, aku harus menjalani latihan fisik seperti ini.
Ayahku pun hanya memantau dari kejauhan tanpa berkata apa pun. Berbeda dengan Ibuku yang sedikit khawatir, tapi tidak ada yang bisa ia perbuat jika Ayah sudah bersikeras.
Ayah bahkan menegur jika aku mengeluh. "Ini yang kamu mau, dan kamu harus bertanggung jawab dengan kemauanmu sendiri."
Jahat banget, Ayah!
Pelatihan fisik ini terlalu berat untukku. Di kehidupan sebelumnya pun aku jarang sekali olahraga. Tetapi, menurut Ivan ini sudah biasa.
Memang, dia tidak terlalu keras kepadaku. Dia hanya memantauku olahraga sembari dia mengurus kebun halaman belakang. Hebat sekali dia bisa menjalani banyak pekerjaan di sini, atau mungkin terpaksa keadaan?
Awalnya aku berpikir Ivan dendam kepadaku karena aku pernah memarahinya, ternyata tidak. Bahkan dia pelatih yang baik. Tidak pernah memaraniku, tetapi tetap memberi perintah untuk olahraga dengan tegas.
Ivan bahkan tahu mana batasan fisikku, mengatur banyaknya porsi olahraga dan selalu memberikan dukungan moral, tidak seperti Ayah.
Aku jadi merasa bersalah karena pernah menganggapnya sebagai penjahat.
Tetapi, selama tiga tahun pelatihan intens ini aku tidak pernah terjatuh sakit. Bagaimana mungkin fisik bocah ini memiliki daya tahan tubuh yang kuat?
[Penjelasan: Anda memiliki skill Daya Tahan dari Penyakit.]
Apa artinya itu?
Aku memang sudah tahu kalau aku punya beberapa skill dari hadiah misi. Itu masih menjadi hal aneh yang aku tidak pernah pahami. Maksudku, aku hanya tahu soft skill dan hard skill, itu juga ketika membuat CV.
[Skill adalah kemampuan dalam diri Anda, tanpa harus melatihnya secara manual.]
Huh? Praktis juga. Apa saja skill yang aku punya?
[Skill Daya tahan dari penyakit, skill Ketajaman Berpikir dan skill Intimidasi.]
Aku ingat mendapatkan skill daya tahan itu ketika melakukan imunisasi. Ketajaman Berpikir selalu didapatkan setiap ujian kenaikan kelas. Tapi, aku sama sekali tidak ingat mengenai skill Intimidasi.
[Itu skill bawaan lahir.]
Begitulah katanya, aku tetap tidak paham.
Tunggu, akhirnya aku bisa berkomunikasi dengan baik pada suara wanita ini! Apakah ini efek dari pelatihan fisikku sehingga aku berdamai dengan diriku?
Aku harus bertanya mengenai hadiah uang itu.
Bagaimana dengan hadiah uang?
[...]
Sialan! Dia tidak menjawabku lagi.
"Wah hebat euy si kakak, bisa bertahan satu jam leuwih," ucap Ivan dari tempat berteduhnya.
(leuwih \= lebih)
Aku terbelalak mendengarnya. Tidak kusangka aku telah tenggelam dalam lamunan selama satu jam. Mendadak nyeri otot kembali, yang sempat tidak terasa.
"Aku udah gak tahan, Om Botak!" pekikku.
Ivan hanya tersenyum sambil menepukkan tangan. "Ya udah cukup segitu aja hari ini, masuk ke dalam terus istirahat."
Aku pun tersenyum dan berjalan dengan langkah penuh bangga ke dalam rumah. Apresiasi dari Om Botak sangat membayar rasa lelahku.
...****************...
Kini tahun 2020, ujian akhir sekolah sudah dekat. Aku harus banyak melakukan persiapan, karena aku mendapatkan misi baru saat sepulang pemantapan.
[Misi baru: Raih nilai sempurna pada Ujian Akhir Sekolah.
Hadiah: 100.000.000 rupiah.
Batas waktu: Tidak ada.]
Hadiah jumlah uang itu sama banyaknya ketika aku mendapat misi untuk memarahi Ivan.
Tapi, selama ini aku tidak pernah kesulitan belajar. Selalu meraih nilai sempurna di setiap mata pelajaran hingga meraih peringkat satu tiap tahunnya. Aneh sekali padahal dulu aku lemah di mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam.
[Penjelasan: Itu karena Anda memiliki status Kecerdasan sebesar tujuh poin.]
"Akhirnya dia menjawabku!" Aku memekik kegirangan. Sontak membuatku melihat sekeliling kamar, dan beranjak dari meja belajarku.
Aku mengintip keluar, memastikan tidak ada yang mendengarku. Semua sudah sunyi di malam hari. Aku harap tidak ada yang mendengarku.
Tapi, apa maksudnya status?
DING!
[Status:
Kecerdasan: 7
Kekuatan Fisik: 7
Ketangkasan: 7
Karisma: 7
Keberuntungan: 7]
"Wow," gumamku spontan.
Aku terkejut mendapati tampilan hologram yang berbeda ini untuk pertama kalinya. Banyak sekali pertanyaan yang ingin kukatakan.
"Apa artinya kalau aku memiliki tujuh poin Kecerdasan?" tanyaku pelan.
[Kemampuan Anda untuk memahami dan berpikir yang lebih baik.]
Bagus! Sekarang dia menjawabku. Sejujurnya, aku tidak begitu berharap dia akan menjelaskannya.
Tidak. Jika aku memang memiliki kemampuan memahami yang lebih baik, seharusnya aku sadar, ini semua hanyalah khayalanku.
[Saya bukan khayalan Anda!]
Dan terjadi lagi, kisah lama yang terulang kembali. Begitu jika kata Ariel Peterpan, mungkin sekarang sudah bernama Noah. Sepertinya, aku masih belum berdamai dengan diriku ini.
Sudahlah, aku harus fokus belajar. Ujian akhir sekolah akan dimulai minggu depan. Aku ingin segera lulus dari sekolah dasar ini.
Walaupun begitu, ada sedikit kekhawatiran dalam diriku. Aku masih belum menyelesaikan dua misi sebelumnya, misi yang tidak ada batas waktu, ditambah misi baru ini menjadi tiga.
Misi berkelahi di sekolah, belajar bela diri dengan Ivan dan meraih hasil sempurna di ujian.
Yang jelas aku sudah menggagalkan misi hadiah satu triliun. Seharusnya aku lebih bijak dalam bertindak.
Apa pun suara wanita ini, yang jelas ini bukan skizofernia. Semua misi dan konsekuensinya begitu nyata.
[Sudah kubilang. Huft.]
Begitulah katanya, selalu menggerutu dalam nada contralto. Tidak pernah membawa manfaat.
Aku masih tidak yakin dengan penyakit yang kuderita ini. Mungkin hanya waktu yang bisa menjelaskan.
[Memeriksa... Berhasil. Anda tidak mengidap penyakit apa pun.]
Suara asisten virtual itu lama kelamaan cukup membuatku terbiasa. Menerimanya menjadi bagian dari hidupku.
[Saya memang bagian dari hidup Anda!]
Ya udahlah terserah!
Bersabarlah wahai diriku. Aku harus bertahan dengan semua ini, dengan hidupku yang baru.
Tapi, dalam hal belajar semua terasa mudah di sini. Apa karena aku memiliki semua fasilitas yang aku butuhkan?
Hidup penuh kenyamanan dibanding kehidupanku yang dulu. Mungkin ini alasan banyak orang kaya yang berhasil di pendidikan, penuh dengan privilege.
Sudahlah, saat ini aku harus fokus. Lulus ujian lalu memulai kehidupan sekolah menengah pertama. Tidak sabar rasanya untuk kembali dewasa.
Mari menuju sekolah menegah pertama!
DING!
[Misi baru: Cari kekasih baru.
Hadiah: Skill baru.
Batas waktu: Tidak ada.]
😒
/Cleaver/