Aira mahasiswa cantik. Prodi pendidikan, yang sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi.
Pak Hirata adalah seorang dosen yang selalu menggoda Aira. Ia masih lajang. Tapi umurnya terpaut lumayan jauh dengan Aira.
Aira selalu menolak godaan dari pak Hirata. Namun di suatu hari dirinya terjebak oleh dosen sialan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alcesky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Problem
Hari ini Aira sudah menyiapkan semua berkasnya untuk meminta tanda tangan kepada pak Hirata. Kali ini ia berdiri dikaki sendiri. Ia tak akan meminta bantuan dari siapapun. Juga tak akan menerima bantuan dari siapapun.
Memang sedikit terpaksa. Karena ini adalah larangan dari pak Hirata.
Aira juga kesal kenapa pak dosen bersikap seperti itu kepadanya. Ia bertanya-tanya salah apakah dirinya kepada pak Hirata.
"Huohh... Salah apa sih aku sama pak Hirata itu sebenarnya sampai sebegininya" ucap Aira di dalam batinnya.
Aira juga tak menyangka akan dihadapkan hal seperti ini dimasa perkuliahannya. Bukan hanya sekali ataupun dua kali pak Hirata melakukan hal ini.
Jika pak Hirata bukan merupakan dosen pembimbing Aira. Mungkin Aira sudah sangat kapok berurusan dengannya.
Aira ingin segera lulus. Tetapi kuliahnya saja belum ada setengah jalan. Saat ini ia berada di semester 2. Kurang 6 semester lagi untuk meninggalkan kampus ini. Kurang lebihnya adalah 3 tahun.
3 tahun jika Aira menjalani dengan rasa seperti ini, di kekang, banyak perintah, banyak halangan. Ia akan merasa berat. Aira sama sekali tidak bisa menikmati masa perkuliahannya seperti teman-temannya yang lain.
"Ouh iya kemaren kata pak dosen jam 2 kan ya berarti aku datang lebih awal gapapa deh" ucap Aira santai.
Karena sudah mengetahui informasi lebih awal. Aira tidak mau seenaknya. Ia akan tetap segera sampai di kampus lebih awal. Tanpa menunggu pak dosen tiba terlebih dahulu. Lebih baik ia menunggu daripada ia mencari pak dosen.
Seperti biasa setelah selesai bersiap diri. Ia mengeluarkan kendaraan sepeda motornya. Sepeda motor matic yang selalu menemaninya kemana saja ia berpergian.
Sepeda motor matic berwarna hitam yang menjadi kesayangan. Selain itu juga warna hitam adalah warna kesukaannya. Ia sangat identik dengan warna hitam.
Mungkin karena hidupnya gelap maka ia memilih warna hitam. Padahal sangat banyak warna-warna cantik lainnya. Tapi hitam adalah pilihan bagi Aira.
Setelah ia keluarkan sepeda motornya. Ia langsung memanaskan motornya. Karena memang sepeda motornya terbiasa dipanaskan di pagi hari.
"Panasin dulu ah kuda hitam" ujar Aira mengoceh sendiri tanpa ada lawan bicara.
Beberapa menit berlalu ia bersantai menaiki sepeda motornya menuju ke kampus. Jarak yang di tempuh tidak begitu jauh maka dari itu ia bisa sedikit santai dalam kecepatan rendah. Tapi untuk jam mepet biasanya ia menggunakan kecepatan yang sangat tinggi.
"Ah apaan sih ga asik ah masa kejebak lampu merah sialan" ucap Aira.
Perjalanannya menuju ke kampus terhambat oleh lampu merah. Ia masih ingat peraturan lalu lintas. Bahwa tidak boleh menerobos lampu merah. Dan syukurnya kali ini ia bisa menahannya. Biasanya Aira selalu melanggar peraturan ini. Sampai sering kali kena tilang oleh pak polisi.
Setelah lama ia menunggu lampu merah menjadi lampu hijau. Ia melanjutkan perjalanannya.
"Yess... Udah hijau lanjut ah" ujar Aira pada dirinya sendiri.
Namun siapa sangka di tengah perjalanannya ia di halang sesuatu. Tidak seperti yang dibayangkan. Perjalanan akan mulus.
Justru perjalanan Aira dihambat oleh ban yang bocor. Pikiran kacau Aira memuncak. Ia juga lupa tidak mengecek terlebih dahulu ketika hendak berangkat tadinya. Namun apa daya tidak ada yang bisa di sesali.
"His.... Sialan ban-nya bocor"
Aira sangat kesal karena dirinya sudah terburu-buru. Namun ternyata malah di hambat oleh halangan tersebut. Ingin sekali rasanya menghilang dari bumi karena kejadian ini.
"Dorong lagi astaga udah lelah banget ini" ucap Aira di dalam batinnya.
Aira kelelahan karena tenaganya sudah di kuras hari ini. Sudah tak berenergi lagi.
Energi Aira sudah habis. Ia sudah tak sanggup. Dan juga sudah tak berdaya lagi.
Padahal Aira sudah mengejar waktu untuk menemui pak Hirata. Namun takdir memang tak bisa di rubah. Ia sudah di takdirkan tidak menemui pak Hirata untuk saat ini.
Padahal ia sangat butuh pertemuan dengan pak Hirata dosennya.
Memang sudah menjadi rahasia umum. Bahwasannya di dunia perkuliahan hanya ada dua pasar. Pasar pertama yaitu dosen tidak pernah salah, dan pasal kedua jika dosen salah kembali ke pasal pertama.
Wanita juga akan salah jika yang menilai adalah seorang dosen. Kodratnya wanita akan selalu benar tidak berlaku di dalam perkuliahan.
Dunia kampus tidak menganut hal seperti itu. Namun hal itu tetap berlaku di luar dunia perkuliahan. Mungkin bahwa Aira sudah menyelesaikan pendidikannya di kampus ini, ia tidak akan merasakan siksaan seperti ini.
Siksaan ini sungguh menyebalkan bagi Aira. Terlebih banyak sekali halangan yang diberikan kepadanya oleh tuhan. Mungkin jika bukan Aira yang menjalani sudah menyerah dari dahulu. Perlu di ingat bahwa Aira bukan seorang yang mudah menyerah. Apalagi menyerahkan dirinya kepada pak dosen.
"Bismilah semoga tukang bengkel nya ada" ujar Aira di dalam batinnya.
Di dalam hatinya sudah banyak sekali doa yang terucap. Dan benar tuhan maha baik. Doa nya dikabulkan oleh tuhan. Ia diberikan izin untuk segera datang ke kampus. Jalan allah memang maha baik. Dan tuhan tidak pernah tidur.
"Permisi pak saya mau tambal ban apakah bisa? Ban saya bocor?" ujar Aira kepada tukang tambal ban tersebut.
Ia sangat berucap sopan walaupun hanya dengan tukang tambal ban. Ia tidak pernah di didik sebagai seorang yang sombong. Tidak pernah di bimbing untuk menjadi seorang yang meninggikan derajat nya sesama manusiawi. Didikan orang tua nya sangat bagus.
"Bisa dek, taruh situ saja motornya biar saya kerjakan ban nya" Ucap bapak bengkel tersebut.
Lalu bapak tukang tambal ban tersebut langsung membenahi ban Aira yang bocor tersebut. Tidak butuh waktu yang lama. Bapak itu sudah ahli dalam bidang nya.
Lima belas menit berlalu bapak tukang tambal ban tersebut sudah menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini tentu sangat menolong Aira.
"Baik nak,ini sudah selesai dan sudah saya coba insyaallah tidak akan ada bocor-bocor lagi ban ny" ucap bapak tukang tambal ban tersebut.
Aira senang karena akhirnya sudah bisa di kendarai dengan normal lagi, sepeda motor nya itu. Setelah itu, Aira membayar ongkos untuk bapak tersebut.
Lalu, Aira langsung bergegas ke kampus. Ia langsung gaspol. Mengejar waktu demi menemui si dosen kiler.
Walaupun begitu Aira harus tetap mencari keberadaan dosen nya. Jika tidak maka akan pengaruh terhadap nilai yang di perolehnya.
Sedangkan, tanpa tanda tangan Aira tidak akan mendapatkan nilai. Ia tidak bisa mengharapkan nilai yang sempurna jika nilai saja tidak bisa ia peroleh.
Aira selalu berusaha sekeras mungkin. Untuk mendapatkan tanda tangan itu. Ia tidak mungkin untuk meninggalkan tugasnya begitu saja. Terlebih, Aira adalah seseorang yang sangat ambis kepada tugas kuliahnya.
kita di sini mau belajar bersama dengan mentor dan juga mengadakan Event tertentu dengan reward
caranya mudah wajib follow akun saya maka saya akan undang kaka untuk masuk Gc Bcm. Terima kasih