Di balik suami yang sibuk mencari nafkah, ada istri tak tahu diri yang justru asyik selingkuh dengan alasan kesepian—kurang perhatian.
Sementara di balik istri patuh, ada suami tak tahu diri yang asyik selingkuh, dan mendapat dukungan penuh keluarganya, hanya karena selingkuhannya kaya raya!
Berawal dari Akbar mengaku diPHK hingga tak bisa memberi uang sepeser pun. Namun, Akbar justru jadi makin rapi, necis, bahkan wangi. Alih-alih mencari kerja seperti pamitnya, Arini justru menemukan Akbar ngamar bareng Killa—wanita seksi, dan tak lain istri Ardhan, bos Arini!
“Enggak usah bingung apalagi buang-buang energi, Rin. Kalau mereka saja bisa selingkuh, kenapa kita enggak? Ayo, kamu selingkuh sama saya. Saya bersumpah akan memperlakukan kamu seperti ratu, biar suami kamu nangis darah!” ucap Ardhan kepada Arini. Mereka sama-sama menyaksikan perselingkuhan pasangan mereka.
“Kenapa hanya selingkuh? Kenapa Pak Ardhan enggak langsung nikahin saya saja?” balas Arini sangat serius.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Calon Menantu Jalur Korban Perselingkuhan
Entah sudah berapa kali Arini menghela napas pelan. Mencoba meredam kegugupan yang sudah sangat membuatnya tegang.
Sebelumnya, Arini belum pernah segugup kali ini. Karena biasanya, Arini belum pernah berurusan dengan orang kaya yang juga sangat berpengaruh. Tentunya, alasan Arini harus berurusan dengan mereka, menjadi alasan kenapa sekadar bernapas saja, Arini jadi mengaturnya.
“Andai cuma untuk urusan pekerjaan, atau sekadar sosialisasi, oke. Aku bisa biasa saja. Lah ini, mau jadi bagian mereka. Jadi menantu lewat jalur korban selingkuh!” batin Arini.
Yang membuat Arini tak habis pikir, setelah memintanya duduk di sofa panjang yang ada di ruang tamu kediaman orang tua Ardhan, pria itu justru memisahkan diri. Ardhan justru duduk di sofa panjang satunya lagi, alih-alih duduk di sebelah Arini.
“Ih ... ini aku beneran disuruh tempur sendiri. Mentang-mentang dia sudah bilang, urusan restu jadi tugasku!” batin Arini yang balas melirik sebal Ardhan. Karena selain sofa panjang mereka duduk saling berhadapan dan hanya dipisahkan meja kaca. Sesekali, Ardhan yang sibuk dengan ponsel dan kedua tangan pria itu bekerja di ponsel, akan diam-diam mengawasinya.
“Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang,” batin Arini ketika ibu Sundari dan awalnya ada di klinik, pulang.
Kepulangan ibu Sundari karena sebelumnya, Ardhan menghubunginya. Ardhan sengaja meminta sang mama untuk berkenalan dengan Arini.
Dengan segera Arini berdiri. Walau sempat maju mundur, Arini yang Ardhan dapati sampai gemetaran, akhirnya menghampiri ibu Sundari. Arini sampai membungkuk ketika kedua tangannya menyalami tangan ibu Sundari dengan sangat takzim. Arini juga sampai men c ium punggung tangan ibu Sundari yang ia salami.
“Ternyata dia bisa gugup bahkan takut juga? Lihat, tangannya sampai gemetaran parah gitu. Aku perhatikan, sekadar napas pun jadi dia atur,” batin Ardhan yang diam-diam ingin tertawa. Namun karena ia tak mungkin melakukannya, ia sengaja menahannya.
Bagi Ardhan, kegugupan Arini sekaligus ketakutan wanita itu, tak ubahnya hiburan grati s untuknya. Karena sejauh mengenal, baginya Arini sangat tangguh. Sekelas wonder woman maupun Srikandi saja, tampaknya akan takut jika keduanya harus berhadapan dengan Arini.
“Ini tangan kok bisa selembut ini, ya? Fix, calon bapak mertua sudah resmi menjadi suami sukses. Karena kerja keras seseorang termasuk seorang istri, bisa diukur dari kehalusan telapak tangannya. Kan memang dapat suami yang tepat, bisa jadi istri serasa ratu,,” batin Arini mengomentari kelembutan kedua telapak tangan ibu Sundari dan statusnya merupakan seorang dokter kesehatan sekaligus kecantikan.
Saking lembutnya kedua telapak tangan ibu Sundari, Arini jadi takut lama-lama salaman dengan calon mama mertuanya itu. “Takutnya telapak tangan ibu Sundari kegores jejak perjuangan di sepanjang telapak tangan aku, dan orang-orang bilang ‘kapal’!” batin Arini masih tetap menunduk santun, walau ia tak lagi menyalami ibu Sundari. Selain itu, Arini juga tak langsung duduk. Arini yang melipir ke samping ibu Sundari sengaja menunggu disuruh duduk dulu, baru akan melakukannya.
“Perkenalkan diri kamu. Kamu bilang, mau jadi istriku!” ucap Ardhan yang sebenarnya sudah ingin ngakak.
Wajah Arini yang sudah mulai berkeringat bahkan pucat. Selain Arini yang diam-diam meliriknya sinis, sungguh membuatnya tidak tahan. Ardhan sengaja menunduk guna melepas senyumnya. Namun karena ia tak kuasa menahan tawanya, ia yang telanjur kelepasan tawanya, sengaja pura-pura batuk kemudian pergi dari sana.
“Ih tuh orang malah ... sengaja ya ... dia ketawa itu. Ah iya, dia beneran ketawa. Awas ya kamu Pak Ardhan. Akan ada balasannya. Awassss!” batin Arini yang memergoki sang bos dan juga akan menikahinya, justru sibuk menahan tawa sambil melangkah meninggalkannya.
Dalam diamnya, ibu Sundari yang tipikal lemah lembut, mendapati interaksi manis antara Arini dan Ardhan. Arini yang melirik sebal Ardhan, serta Ardan yang ia pergoki hanya pura-pura batuk. Karena pada kenyataannya, Ardhan malah sibuk menahan tertawa.
“Nama kamu siapa?” lembut ibu Sundari sambil meraih lembut punggung Arini yang ia rangkul.
Namun, rangkulan sangat lembut dari ibu Sundari justru membuat Arini sangat terkejut. Selain sampai mental, seolah sentuhan ibh Sundari tak ubahnya sengatan aliran arus listrik, tubuh Arini juga berakhir meringkuk di sofa panjang tempat Arini sempat duduk.
Sebenarnya ibu Sundari juga merasa syok dengan tanggapan spontan Arini dan ia yakini sangat segan bahkan takut kepadanya. Terlebih biar bagaimanapun, walau dulu hubungannya dan calon mama mertua terbilang mulus tanpa halangan. Ibu Sundari tetap paham bagaimana dilemanya calon menantu kepada calon mertuanya, terlebih di pertemuan pertama ketika mereka berkenalan.
“Ya ampun ... ya ampun ... ini aku beneran malu-maluin!” batin Arini bergegas berdiri. Ia segera meminta maaf kepada ibh Sundari yang ia panggil “ibu”.
Tanggapan Arini yang begitu panik dan bagi ibu Sundari, merupakan ekspresi alami tanpa dibuat-buat, membuat wanita berwajah mungil itu tersenyum. Apalagi ketika ia menoleh ke depan, di sana Ardhan juga masih sibuk menahan tawa. Ardhan tertawa gara-gara Arini. Tawa yang detik itu juga menghipnotis ibu Sundari. Karena apa yang putranya itu alami, jujur saja sangat menyita pikiran bahkan hidupnya. Hingga ketika Ardhan mengabarkan akan langsung menikah dan itu justru dengan istri dari selingkuhan Killa, ibu Sundari benar-benar ketakutan. Namun setelah mengenal Arini yang kini sampai membungkuk beberapa kali sambil meminta maaf kepadanya. Juga cara Ardhan yang bisa dengan bebas menertawakan Arini, ibu Sundari sudah langsung bisa mengambil sikap.
Sekitar lima menit kemudian, Arini jadi tahu alasan Ardhan membiarkannya duduk di sofa panjang sendirian. Sebab pria itu sengaja membuat Arini didekati ibu Sundari.
“Kalian kenal sejak kapan?” lembut ibu Sundari. Tangan kanannya masih betah di punggung Arini.
“Tiga bulan lalu karena saya bekerja di kantor Pak Ardhan,” ucap Arini masih sangat gugup kemudian menatap Ardhan, berharap pria itu melanjutkan atau setidaknya menyempurnakan balasan yang ia berikan.
“Kamu terus-menerus memanggilku Pak, seolah aku justru akan menikah dengan ibumu,” protes Ardhan sambil bersedekap. Ia menatap sebal Arini yang langsung menunduk sebal.
“Ya diajarin, ... pelan-pelan,” ujar ibu Sundari benar-benar sabar dan tak segan menegur sang putra di hadapan Arini.
“Iya ... harus sabar. Karena apa yang terjadi ibarat ka sus strata sosial. Terlalu tiba-tiba, yang mana aku ini kan ... calon menantu jalur korban perselingkuhan,” ucap Arini dan langsung membuat ibu Sundari maupun Ardhan menahan senyum.
Arini tidak tahu, bahwa penyebutan yang ia lakukan dan itu menganggap dirinya sebagai menantu jalur korban perselingkuhan, membuat kedua orang di sana tergelitik.
“Nih orang, ada-ada saja kelakuannya,” batin Ardhan yang tidak tahan dengan ekspresi Arini yang mendadak jadi alim sekaligus lemah lembut.
ayo up lagi
batal nikah wweeiii...
orang keq mereka tak perlu d'tangisi... kuy lah kalean menikah.. 🤭🤭🤭🤭🤭🤣🤣🤣