Cinta Terhalang System
Kevin Aprilio pernah berkata dalam lagunya Vierra berjudul Seandainya;
'Kau akan terbang jauh menembus awan...'
Iya aku tahu yang nyanyi Widy, tapi yang nulis Kevin. Maksudku, lirik itu menggambarkan situasi diriku sekarang.
Melayang terbang jauh setelah motor Nmax-ku menabrak mobil Fortuner yang tiba-tiba menyebrang.
Seenaknya aja nyebrang gak lihat-lihat.
Lihat aku sekarang terkapar di jalanan aspal! Mana cicilan motor belum beres lagi!
Percuma saja marah. Aku sudah kesulitan bernapas saat ini. Entah separah apa lukanya, perih dan sakit seperti tertusuk. Aku juga sudah tidak bisa merasakan sebagian tubuhku.
Wajar, setelah memacu kecepatan 80 kilometer per jam, setidaknya itu yang kuingat, harusnya aku sudah terluka parah. Keajaiban aku tidak pingsan.
Jangan salahkan aku! Itu jalan protokoler. Ya salah sih. Tapi, tetap mobil itu yang paling salah!
Yah bagaimanapun juga ini sudah terjadi. Sehebat apa pun 'sistem' pengereman kendaraan, tidak akan bisa menghentikan kendaraan secara mendadak begitu saja.
[Sistem terkonfirmasi, memulai penyatuan...]
Huh? Para warga sekitar berkata aneh.
Beruntung aku hidup di Indonesia, banyak orang yang selalu peduli. Aku tahu itu dari sayup-sayup keramaian dan sekumpulan orang yang menatapku. Tubuhku juga sepertinya diamankan, entah ke mana, mungkin sisi jalan atau warung.
[Lokasi terkonfirmasi, Indonesia.]
Iya, Indonesia! Eh? Apa aku mengigau dan salah nangkap pertanyaan warga yang sedang menatapku? Warga Jakarta ini kadang aneh. Andai saja aku tinggal di Bandung, warga di sana katanya kalau melucu lebih maksimal.
[Konfirmasi, Jakarta atau Bandung?]
Bandung, itu terkenal sebagai kota kembang. Tapi, terakhir aku kesana, khususnya Dago, aku tidak pernah lihat 'kembang' atau bunga di sekitar jalan.
[Lokasi terkonfirmasi. Dago, Bandung, Indonesia.]
Iya itu di Indonesia, apa sih ini para warga? Apa suaraku mencapai mereka ya? Dari tadi aku mencoba membuka mulut tapi aku tidak yakin ada suara yang keluar.
Sudahlah diriku. Semakin ku emosi, semakin sakit tubuhku. Pandanganku juga semakin samar-samar. Ini kah rasanya menuju kematian?
Rasanya tidak rela meninggalkan kehidupan yang sudah aku perjuangkan susah payah. Lulus kuliah aku langsung merantau ke Jakarta. Lalu, mendapat posisi sebagai Social Media Specialist.
Gaji gak seberapa bahkan di bawah UMR. Dasar start-up. Andai saja aku terlahir di keluarga orang kaya, aku tidak harus hidup susah, bekerja keras mencari nafkah di Ibukota.
[Berhasil memilih keluarga. Memuat yang tersedia...]
Memilih kah? Apa ini setelah kecelakaan para warga bertanya soal kehidupan?
Yah, andai saja aku bisa memilih. Aku ingin mempunyai keluarga utuh, secara literal. Hidup 25 tahun sebatang kara, aku ingin merasakan keluarga.
Dari kecil aku hanya hidup bersama paman, tapi saat aku memulai sekolah dasar ia sudah tiada. Hanya para tetanggaku yang mengurus. Waktu itu aku menolak masuk panti asuhan. Entah bagaimana Pak RT menjelaskan situasiku ke pemerintah.
Sudah terlalu lama melajang juga membuatku terus berkhayal membangun keluarga. Kapan ya terakhir aku berpacaran. Aku bahkan depresi mencari pasangan di kantor. Sudahlah, aku tidak mau mengungkit ingatan yang memalukan.
Kilas balik kah ini? Ternyata cerita-cerita fiksi itu ada benarnya.
Pandanganku semakin menggelap. Dingin menusuk tubuhku. Rasa sakit pun sudah tidak terasa. Sepertinya ini akhir hidupku.
Andai saja waktu berulang kembali, aku ingin memperbaiki semua kesalahanku. Aku ingin mencapai semua yang aku impikan.
Tidak, aku harus bersyukur, aku tidak boleh menyesal. Aku sangat berterima kasih pada kesempatan hidupku ini.
Terima kasih.
Terima kasih...
...****************...
[Pengembalian kesadaran dan penggabungan dengan entitas baru dimulai...]
[Berhasil. Mengkonfirmasi ulang...]
[Waktu, 16 Februari 2009. Lokasi, Dago, Kota Bandung, Indonesia.]
[Berhasil.]
[Selamat datang kembali.]
Hmm? Di mana aku? Aku tidak bisa menggerakan tubuhku. Seperti terbalut halus kain.
Kepalaku terpaku, aku hanya bisa melihat sedikit! Itu sepertinya langit-langit atap, aku tahu dari cahaya yang membias pada, entah kaca atau mika, yang pasti aku seperti berada di dalam sebuah wadah.
Dimana aku?
[Anda berada di rumah sakit.]
Rumah sakit? Tunggu siapa yang bilang itu? Apa aku tadi berbicara pada seseorang?
[Saya. Tidak, Anda belum dapat berbicara saat ini mengingat usia Anda.]
Si jelas.
Apa maksudnya usia ku? Loh, kenapa aku tiba-tiba ingin menangis. Seolah pilu dan kebahagiaan secara bersamaan memenuhi diriku.
Apa yang sebenarnya sudah terjadi?
[Anda telah bereinkarnasi.]
Reinkarnasi? Hidup kembali? Itu sungguhan? Aku telah mati?
Tidak, ini pasti tidak mungkin. Aku telah mati, sudah pasti. Tapi, reinkarnasi? Terlalu berlebihan menurutku.
[Iya.]
Iya? Tunggu bentar sama siapa aku bicara?
Aku tidak melihat siapa pun, juga tidak bisa menolehkan kepalaku. Sepertinya seseorang berada di sampingku. Namun, suara itu berasal dari dalam kepala.
[Saya.]
Anj*ng! Gak jelas banget.
[Maaf.]
Maaf katamu?
Tunggu, kenapa aku semakin merasa sedih, aku ingin menangis.
[Wajar.]
Kemudian, aku menangis kencang. Layaknya bayi, atau memangnya begitu? Entah apa yang aku tangisi, aku telah mati atau aku harus menjalani hidup lagi.
Aku tidak mau menjalani hidupku yang susah lagi.
...****************...
(Disclaimer: Semua ini hanyalah fiksi belaka, semua hal dalam kisah ini tidak berusaha untuk menjelaskan konsep tertentu dalam suatu kepercayaan dan tidak akan mengungkit sebuah kepercayaan. Di harap pembaca dapat memahaminya.)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
spooky836
cerita xabis tulis baik buang dlm tandas atau suruh mak bapak kau baca saje. jgn masuk noveltoon. kalu novel mcam sial.
2024-10-26
1
Ra dhiraemon
Mampir di sini ya kk
2024-04-25
1
milorasabaru
Hai ini cerita pertamaku, akan selalu update setiap hari, tanpa libur. Kalau engga ada update kejar aku ke FB dengan nama akun yang sama dengan namaku disini. Selamat menikmati.
2024-03-25
2