Cinta pertama yang manis,tak selalu bisa berakhir dengan manis pula.Srita adalah salah seorang manusia yang membuktikan hal itu.Hidupnya yang indah justru hancur akibat janji manis dari sang cinta pertama.Sungguh kisah yang teramat miris.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Sando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#6
Selesai makan, Pak Herawan langsung meminta izin untuk pergi berdua dengan sang bapak.
Ia mengatakan ada sesuatu yang akan ia bicarakan.
Pak Turio setuju,mereka pun langsung bergegas pergi.
Saat Bu Karsi bertanya, Pak Herawan hanya mengatakan jika pak Herawan ingin melihat sawah yang dibelinya tiga tahun lalu.
Sedang Haras tak ingin tahu sama sekali.Ia masih sibuk dengan dirinya sendiri yang belum juga bisa menerima kenyataan pahit yang sedang ia alami.
Dengan berjalan kaki, Pak Herawan dan bapaknya pergi menuju ke sawah yang dibelinya untuk kedua orang tuanya.
Sebenarnya pak Herawan sudah tahu sejak dulu,jika sawah itu di kerjakan oleh keluarga Pak lek Sunu,salah satu tetangga Pak Turio.
Pak lek Sunu menggarap sawah tersebut dengan sistem bagi hasil.
"Lah..emang ada apa to Le?kok kamu mau lihat sawahnya?ini kan baru selesai panen..jadi sawah-sawah di sini masih pada kosong semua."
Ucap pak Turio sambil terus berjalan menyusuri jalan kampung yang mulai ramai oleh aktivitas orang yang lalu lalang.
Beberapa orang bahkan menyapa pak Herawan untuk sekedar ber basa-basi atau bertanya kabar tentang dirinya dan keluarganya.
"Bukan untuk melihat sawah pak..."
"La terus??!."
"Itu alasan saja,saya sebenarnya ingin berbicara penting Pak."
"Lah..itukan bisa di rumah saja."
"Tak bisa Pak."
"Loh..emang piye..kok gak bisa?."
Pak Turio heran,mengapa pak Herawan harus mengajaknya pergi ke sawah yang jaraknya sekitar dua kilometer hanya untuk berbincang dengannya.
"Nanti juga bapak tahu."
Jawab pak Herawan sambil terus berjalan mengikuti langkah pak Turio,dari menyusuri jalan kampung yang ramai,kini mereka sudah memasuki kawasan persawahan dengan jalan yang lebih sempit.
Di sawah yang memang baru selesai panen tak bisa dijumpai banyak orang.
Hanya ada beberapa orang yang tampak melakukan pekerjaan kecil,atau bahkan ada yang hanya sekedar datang ke sawah untuk melihat-lihat kondisi sawah mereka.
Mereka akhirnya sampai di sawah yang dituju.Kondisi sawah sudah kosong,hanya ada rumput liar yang tumbuh di lahan tersebut.
Pak Turio lalu mengajak anaknya itu untuk menuju dangau yang terletak di tengah sawah.
Sebuah bangunan panggung yang terbuat dari kayu, ukurannya sekitar dua kali dua meter saja.
"Ada apa toh Le?kalau Bapak perhatikan... sepertinya kamu sedang ada masalah?."
Pak Turio membuka percakapan setelah keduanya duduk di dalam dangau yang hanya di dindingi setengahnya saja.
"Iya Pak..."
Jawab Pak Herawan sambil mengedarkan pandangannya ke segenap penjuru persawahan,yang terlihat sejauh mata memandang hanyalah hamparan hijau dari rumput liar yang mulai tumbuh di beberapa bagian,karena musim tanam belum tiba.
"Haras Pak...."
"Haras?ono opo sama cucuku itu?."
Pak Turio mulai cemas.
"Saya bingung harus bagaimana mendidik dia agar bisa menjadi manusia yang baik Pak."
Suara pak Herawan terdengar lesu.
"Lah..emang kenapa sama Haras? kelihatannya dia anak yang baik.wong kamu juga ndak pernah cerita apapun saat nelpon atau berkunjung kesini.."
"Maaf Pak...saya tidak mau Bapak dan Ibu jadi ikut kepikiran...".
Pak Turio manggut-manggut mendengar alasan sang anak.
"Jadi sekarang piye?."
"Saya terpaksa meminta bantuan Bapak dan Ibu..."
Pak Herawan kini kembali menghadapkan wajahnya pada sang Ayah.
Wajah tua yang terlihat sangat tenang meskipun ia baru saja mendengar anaknya sedang menghadapi masalah.
Garis-garis kerutan di wajah tua itu seolah menggambarkan begitu banyak sesuatu yang sudah ia lalui.
sehingga ia seolah sudah paham harus bersikap bagaimana di kondisi yang sedang ia hadapi.
"Katakan saja Le..apa yang bisa kami bantu?".
Tanya pak Turio seolah menegaskan bahwa ia selalu siap untuk membantu sang anak di segala situasi.
"Pak...saya benar-benar minta maaf..saya..saya sudah gagal menjadi orang tua..."
Suara Pak Herawan terdengar parau,ia merasa begitu sesak saat mengatakan hal itu di depan sang Ayah.
Ada rasa malu yang luar biasa, bagaimana tidak,ia yang dulunya berasal dari keluarga biasa yang tinggal di kampung,berkat didikan dari orang tuanya yang tegas dan disiplin, akhirnya kini ia sudah bisa menjadi orang yang bisa dibilang sukses,meski statusnya di kota dahulu hanyalah sebagai anak rantau.
Sang Ayah dan Ibu yang hanya seorang petani dengan tingkat pendidikan yang tengah, nyatanya tetap mampu membekali pak Herawan dengan berbagai macam ilmu kehidupan.Sehingga pak Herawan tumbuh menjadi pria yang tangguh,dan pekerja keras, serta selalu mendengar apa nasihat dari orang tuanya.
Sedang kini yang terjadi justru sebaliknya.ia dan sang istri sudah gagal dalam mendidik putera semata wayang mereka.
Ia sadar,mungkin karena hidup dalam kondisi yang serba mudah dan berlebihan,membuat ia dan istrinya selalu memberi akses pada puteranya itu untuk memiliki dan melakukan apapun yang ia inginkan.
Hingga akhirnya,ia baru menyadari jika ia sudah salah dalam mendidik Haras.dan ketika ia menyadari hal itu, sayangnya semua nyaris terlambat.
Haras sudah tumbuh menjadi manusia yang terlalu bebas.
Bebas dalam bertindak dan bebas dalam memilih sesuatu hal.
Haras tak lagi mau mendengar apa yang orang tuanya katakan.
Ia hidup dalam dunianya sendiri.dunia penuh kebebasan yang kebablasan.Kuliah asal-asalan,suka pesta dan dunia malam,ia juga menjalin hubungan dengan Aydra,yang sebenarnya tak mendapatkan restu dari pak Herawan dan istrinya.Itu karena pak Sasto,ayahnya Aydra adalah orang yang terkenal sebagai pelaku tidak kriminal.pak Sasto pernah tiga kali masuk bui karena kasus kriminal,mulai dari penipuan, korupsi,hingga melarikan aset perusahaan.
Itulah sebabnya, Pak Herawan tak merestui hubungan keduanya.Namun,Haras yang sudah terlanjur mabuk kepayang pada Aydra,tak memperdulikan sama sekali larangan dari orang tuanya.Ia tetap menjalin hubungan dengan Aydra hingga tiga tahun lamanya.Bahkan hubungan yang mereka jalin pun sudah diluar batas kewajaran.
Bercinta,dan bersenggama,seolah sudah menjadi rutinitas yang biasa bagi ia dan Aydra.Ia tak perduli lagi pada norma apapun,yang ia perdulikan hanyalah kesenangannya saja.
Haras benar-benar sudah kebablasan.ia tak punya arah dan tujuan dalam hidupnya.Jangankan untuk ikut andil dalam mengembangkan bisnis milik keluarganya,untuk sekedar belajar tentang bisnis itu sendiri ia sama sekali tak tertarik.
"Le...?!".
Duara pak Turio memcah keheningan yang sempat tercipta.
Pak Herawan kembali menatap wajah Ayahnya itu.
"Kamu ndak usah merasa bersalah seperti itu..setiap orang punya takdir hidupnya sendiri..."
"Sa..saya takut terlambat pak.."
"Tidak Le!tidak ada yang terlambat.selagi kita masih punya niat untuk merubahnya ."
"Tapi pak...Haras sudah tersesat terlalu jauh.bagaimana bisa ia kembali lagi pak...?."
Pak Herawan tampak putus asa.
"Kita coba dulu Le.. pelan-pelan.karena merubah sesuatu yang sudah terlanjur terjadi..itu mungkin akan lebih sulit.jika dibandingkan mencegahnya sebelum terjadi..apalagi Haras juga sudah dewasa..mungkin itu akan lebih sulit lagi.."
Pak Herawan hanya diam tertunduk lesu mendengar penuturan sang ayah.
Ia hanya berharap,semoga apa yang sudah ia putuskan ini adalah sungguh jalan yang bisa membawa haras pada sesuatu yang lebih baik.
*****
oh iya, saya follow jdi di folback ya biar kita berteman 🤗
aku mampir di karya mu, jangan lupa mampir juga di karya ku yaa
Follback ya Thor🙏
aku udah mampir yaaa, jangan lupa mampir juga di karyaku...
baca dengan benar ya Thor jangan sampai lompat bab dan jangan asal scroll kasih like itu bisa mempengaruhi ritensi karya 🙏