Mawar Ni Utami gadis yatim piatu yang dua kali dipecat sebagai buruh. Dia yang hidup dalam kekurangan bersama Nenek nya yang sakit sakitan membuat semakin terpuruk keadaannya.
Namun suatu hari dia mendapatkan sebuah buku kuno dan dari buku itu dia mendapat petunjuk untuk bisa mengubah nasibnya..
Bagaimana kisah Mawar Ni? yukkk guys kita ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18.
Ke empat laki laki yang belum pernah masuk ke dalam hutan itu melangkah dengan sangat hati hati sambil se sekali mendongak ke atas pohon pohon yang tinggi dan sangat lebat daunnya untuk mencari cari sarang lebah..
“Ternyata susah sekali ya, kita sudah berjalan jauh belum juga melihat sarang lebah.” Ucap salah satu dari mereka..
“Benar, yang kita lihat malah monyet monyet di atas pohon. Aku nanti nunggu di bawah saja ya..” ucap laki laki lain yang berjalan di belakang nya.
“Mau enak saja kamu.” Saut yang lain..
“Sudah jangan ribut, nanti monyet itu malah turun, kita cari sarang lebah yang tidak dijaga monyet.” Ucap laki laki yang berjalan paling depan..
Se saat kemudian...
“Lihat itu di atas pohon ada banyak sarang lebah!” ucap laki laki yang berjalan paling depan sambil menunjuk pada atas pohon yang besar dan tinggi..
“Kamu bakar obor biar ada asap aku baca harus pakai asap agar lebah lebah itu pergi dulu.”
“Eh kamu cari galah untuk mencolok sarang itu, aku mau naik ke atas tapi ogah kalau memetik sarang takut masih ada lebah nya di dalam sarang.” Ucap laki laki yang berjalan paling depan..
Dua laki laki itu pun pergi untuk mencari batang kayu panjang untuk galah teman nya yang akan naik ke atas pohon.. .
Asap yang mereka buat terus mengepul ke atas pohon... Dan sesaat kemudian.. terdengar suara dengung yang sangat keras...
NGGGGUUUUUNNNGGGGG
Ribuan lebah pun ke luar dari sarang dan meninggalkan dahan pohon itu, akan tetapi anehnya rombongan lebah itu terbang tidak menuju ke atas tetapi terbang menuju ke bawah ke arah dua laki laki yang sedang mencari galah...
“Awas! Tawon menuju ke arah kamu!”
“Hah!” teriak dua laki laki itu langsung lari terbirit birit sambil melepas jaket dan menutup kepala mereka dengan jaket dan terus berlari di jalan setapak menuju ke luar dari hutan..
“Ayo kita kejar mereka, asapi lebah lebah itu agar tidak menyerang mereka!” teriak laki laki yang tadi menyuruh temannya mencari galah.. Dua orang itu pun terus berlari sambil yang satu memegang obor berasap di tangannya..
Dua laki laki yang tadi dikejar oleh lebah lebah pun terjatuh, dan lebah lebah itu menyerang dua laki laki itu..
“Toloooong... toooolooong...” teriak mereka berdua sambil menutup muka dengan jaket dan kaki tangan mereka bergerak gerak agar lebah lebah menjauh..
“Aduuuhhhhh.”
Sesaat kemudian lebah lebah itu terbang menjauh setelah sudah ada yang berhasil menyengat lengan kedua laki laki itu, dan juga karena sudah ada asap mendekati mereka..
“Sakit... tolong... tolong...” teriak mereka berdua..
Tidak lama kemudian kedua teman mereka pun sudah mendekat..
“Ayo kita pulang saja, kita lapor pada jurangan muda. Mungkin harus memakai alat pelindung untuk mencari madu.” Ucap laki laki yang tadi akan memanjat pohon. Dua orang itu pun membantu kedua temannya bangun dan mereka akan keluar dari dalam hutan..
“Ini sangat sakit, bawa aku ke puskesmas sekarang..” ucap salah satu laki laki yang disengat oleh lebah.
Sementara itu di lain tempat di rumah Mawar Ni. Ketiga anak muda itu sedang sibuk menaruh madu madu ke dalam botol..
“Ni, mulai hari ini aku bekerja di rumah kamu ya. Habis ini aku buat kotak kotak kayu untuk buat sarang lebah..” ucap Rian sambil menutup botol madu dengan kuat..
“Iya Ni, nanti kita kasih label botol ini agar lebih meyakinkan. Harga bisa kamu naikkan.”
“Iya iya, aku juga sudah berpikir begitu, aku juga akan pergi ke kota untuk beli botol botol baru dan jerigen tempat madu. Kita buat banyak macam kemasan.. “
“Tapi aku pikir kalau lebah yang kita ternak namanya madu nya bukan madu hutan lagi ya...” ucap Mawar Ni sambil berpikir pikir.
“Ya bisa jadi begitu Ni, takutnya ada yang protes kalau yang madu lebah ternak juga dibilang madu hutan. Ni Kalau kamu ke kota biar aku antar Ni, aku pinjam motor bapak ku.” Ucap Rian sambil tersenyum manis menatap wajah manis Mawar Ni.
“Hmmm kita bertiga saja pergi ke kota, di boncengan sepeda bisa memuat banyak barang bawaan, kasian Mawar Ni kalau bonceng motor sambil memangku barang belanjaan.” Ucap Dito yang tidak mau kalah ingin mengantar Mawar Ni dan tidak rela jika Mawar Ni hanya berdua saja dengan Rian.
“Tidak dipangku lah barang nya ditaruh di depan ku Dit..” ucap Rian yang masih ingin pergi belanja berdua dengan Mawar Ni.
“Ya sudah kita pergi ke kota bertiga, nanti kalau aku sudah mendapatkan toko yang jual botol dan jerigen yang pas, kalian berdua saja yang pergi belanja ke kota kecamatan.”
“Tapi besok pagi kita ke hutan mencari madu lagi dan mencari sarang yang ada lebah nya. Ayo sekarang kita pindah ke kebun belakang kita buat kotak kotak kayu untuk tempat sarang.” Ucap Mawar Ni sambil bangkit berdiri.
Ketiga pun melangkah menuju ke kebun belakang, Mawar Ni menunjukkan kayu kayu bekas yang pernah dia dan nenek dapat dari mulung. Mereka bertiga bekerja hingga sore hari. Nenek Marmi pun memberikan makan dan minum pada ketiga anak muda yang sibuk bekerja untuk menyiapkan ternak lebah di kebun belakangnya. Setelah kotak kotak sarang lebah selesai Rian dan Dito pulang, sedangkan Mawar Ni pergi untuk mengantar pesanan madu, uang pun terus terkumpul...
Sedangkan di rumah mewah Juragan Handoko, Irawan marah marah karena orang orang suruhannya gagal mendapatkan madu hutan.
“Aku harus cari akal agar bisa mendapatkan madu hutan itu tanpa harus membeli dari orang lain!” gumam Irawan lalu mengusap usap layar handphone nya.
Waktu pun terus berlalu pagi harinya Mawar Ni sudah siap siap untuk pergi ke hutan lagi.. dia sudah janjian dengan Rian dan Dito untuk bertemu di cabang jalan menuju ke hutan..
“Hati hati ya Ni, sudah ada orang yang juga menginginkan madu hutan itu.” Ucap Nenek saat mengantar Mawar Ni keluar dari rumah.
“Iya Nek, maka aku akan membuat ternak lebah di belakang, kalau berhasil kan juga bisa dibuat di rumah Rian dan Dito juga.. Aku berharap bertemu dengan Kakek lagi di hutan.. “ ucap Mawar Ni penuh harap. Mawar Ni pun pamit pada sang Nenek dan setelah nya dia mengayuh sepeda dengan cepat..
Beberapa menit kemudian Mawar Ni sudah sampai di cabang jalan menuju jalan sepi ke hutan. Akan tetapi dia belum juga melihat sosok Rian dan Dito di cabang jalan itu..
“Sudah dibilang habis subuh langsung berangkat kok belum juga sampai sini. Padahal kan rumah mereka lebih dekat dari pada rumah ku.” Gumam Mawar Ni di dalam hati sambil turun dari sepeda untuk menunggu Rian dan Dito.. Mawar Ni pun menghubungi hand phone Rian dan Dito akan tetapi hand phone kedua temannya itu tidak aktif.
“Hand phone ga aktif lagi.” Gumam Mawar Ni dalam hati.
“Orang orang yang kemarin apa masih akan pergi ke hutan ya? Sangat merepotkan kalau mereka muncul lagi..” gumam Mawar Ni sambil menatap jalan arah dari rumah Rian dan Dito..
Hingga beberapa menit belum juga muncul sosok Rian dan Dito...
“Apa aku tinggal saja mereka berdua..” gumam Mawar Ni lagi lalu dia akan naik ke atas sepedanya..