Bagaimana jadinya jika seorang CEO arogan yang paling berpengaruh se-Asia namun keadaan berbalik setelah ia kecelakaan menyebabkan dirinya lumpuh permanen. Keadaan tersebut membuatnya mengurungkan diri di tempat yang begitu jauh dari kota. Dan belum lagi kesendiriannya terusik oleh Bella, kakak iparnya yang menumpang hidup dengannya. Lantas bagaimana cara Bella menaklukkan adik ipar yang dilansir sebagai Tuan Muda arogan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cemaraseribu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekacauan
Bella, yang baru saja menyelesaikan sesi pemotretan sebagai model iklan sabun mandi, tampak mengendikkan bahunya ketika menyadari pandangan tajam yang dilemparkan Tuan Muda ke arahnya. Pakaian yang ia kenakan, terasa begitu terbuka dan menarik perhatian.
"Ada apa sih, Tuan Muda?" tanya Bella, rasa penasaran bercampur keanehan menyelimuti dirinya.
"Sengaja?" suara Tuan Muda terdengar sinis dan dingin, membuat suhu ruangan seolah turun beberapa derajat.
"Sengaja apaan?" Bella balik bertanya, kebingungan terlukis jelas di wajahnya.
"Kenapa bajunya kurang bahan?" tanya Tuan Muda, matanya tidak lepas dari pakaian Bella yang minim.
"Hehehe tadi... "
Sebelum Bella sempat merespon, Eden, seorang kru di lokasi pemotretan, mendekati mereka berdua. "Nona Bella, tadi bagus banget..." katanya penuh kekaguman sebelum matanya berpindah pada Tauke Muda dan segera menundukkan kepala sebagai tanda hormat, "Tuan Muda?"
Tanggapan Eden seakan menambah ketegangan yang sudah tercipta, sementara Bella masih berusaha memahami situasi dan mempertanyakan pandangan yang dialamatkan kepadanya oleh Tuan Muda.
Eden merasa keringat dingin membasahi punggungnya saat Tuan Muda menatapnya dengan mata yang tajam bagaikan elang yang sedang mengincar mangsanya.
"Ini janji kamu ke saya? Lihat Bella kenapa dia pakai baju seperti itu?" suara Tuan Muda menggema di ruangan, membuat seluruh crew yang ada di sekitar mereka terdiam, tak berani bersuara.
Eden menelan ludah, kebingungan mencari kata yang tepat untuk menjawab. "Maaf Tuan, ini tadi Nona Bella memang belum sempat ganti baju, tapi saya sudah menyiapkan baju yang lebih panjang dan tentunya lebih sopan untuk beliau," ucap Eden dengan suara yang sedikit gemetar.
Tuan Muda menghela napas berat, matanya masih memancarkan kekesalan. "Saya tidak peduli, Eden! Anda bertanggung jawab atas penampilan semua yang ada di sini. Ganti!" serunya lagi, kali ini dengan suara yang lebih keras.
Bella yang mendengar perintah itu, segera melangkah lesu menuju ruang ganti. "Ckkk gitu doang aja marah marah napa sih?" tanya Bella lirih. Tapi nyatanya Tuan Muda mendengar hal itu.
"Apa kamu bilang?"
"Enggak Tuan Muda, itu saya tadi ngomel soal cicak yang pakai baju Cinderella." Bella meringis tipis takut Tauke Muda makin menjadi kingkong.
Eden menatap kepergian Bella dengan perasaan bersalah. Ia memang sudah menyiapkan baju yang lebih pantas, namun Bella yang terlalu lelah karena jadwal yang padat, belum sempat menggantinya.
Tuan Muda masih berdiri di sana, menatap Eden dengan tatapan yang belum juga mereda, seolah memastikan bahwa kesalahan serupa tidak akan terulang lagi. Eden hanya bisa mengangguk, berjanji dalam hati untuk lebih memperhatikan segala detail ke depannya.
"Tuan Muda kembali lagi ke kota sekarang? Tuan Muda mempertimbangkan usulan saya untuk kembali memimpin perusahaan?" tanya Eden bersemangat.
Kalau saja Tuan Muda ingin memantapkan diri untuk kembali menuju ke jalan yang pernah ia tempuh dahulu, mungkin perusahaan akan kembali stabil baik disisi reputasi atau pun keuangannya.
"Saya hanya memantau, saya tidak akan menjalankan perusahaan ini lagi, dan kedatangan saya kesini jangan sampai Tuan Besar tahu soal ini."
"Tapi Tuan Besar bilang... " ucap Eden bimbang antara Tuan Besar atau Tauke Muda. Lantas Tuan Muda dengan manik mata coklat yang langsung menatap tajam Eden membuat asistennya itu kelabakan.
"Yang gaji saya Tuan Besar atau saya?" tanya balik Tauke Muda.
"Tuan Muda."
"Patuhi perintah saya." Belum lama ketika Eden dan Tauke Muda berbincang, Bella sudah nongol aja di hadapan Tuan Muda.
"Ayo kita pulang, jangan lama lama anak kamu nyariin tadi," ucap Tuan Muda. Yang cariin Tuan Muda apa Syifa? Hehehe
Eden langsung menanggapi omongan Tuan Muda. "Maaf Tuan, tapi belum sepenuhnya selesai. Masih ada bagian yang ternyata harus diperbaiki lagi," ucap Eden pelan.
Tuan Muda menghela nafas. "Jangan lama lama."
"Iya Tuan, siap!"
*********
Satu jam berlalu...
Tuan Muda bosen karena harus menunggu Bella yang super lama foto model itu. "Ckkk lama banget," batin Tauke Muda jenuh. Ia memandang di sekeliling banyak crew yang sedang bekerja sama agar proses pemotretan dan pembuatan iklan berjalan dan selesai lebih cepat.
Tuan Muda meminta Eden untuk membawanya ke ruangan kerjanya yang dulu . Berat, adalah kata kata yang pantas ke luar dari relung hati Tuan Muda ketika akan meniatkan dirinya untuk kembali memasuki ruangan penuh kenangan itu.
"Eden!" seru Tuan Muda
"Baik Tuan." Eden yang tadinya ikut memantau dan mengarahkan crew sekarang berbalik menghampiri Tuan Muda yang memanggilnya.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Eden menunduk hormat.
Tuan mengangguk. "Saya putuskan untuk mengecek semua kestabilan perusahaan baik itu dari performa, anggaran, atau pun berkas yang perlu segera ditangani." Mendengar hal itu, Eden jelas terkejut.
"Tuan Muda yakin?"
Tuan Muda mengangguk.
Lantas Eden langsung membawa Tuan Muda untuk menuju ke ruangan kantornya yang ia tinggalkan semenjak ia lumpuh.
********
Di ruangan itu, atmosfer ketika ia sedang menjalani hari hari sebagai pebisnis yang masuk top 30 Se Asia pun kian terasa.
Begitu membuka berkas-berkas yang telah lama tidak ia sentuh. Sambil membuka lembar demi lembar, matanya menyapu ruangan yang masih tersusun rapi tapi penuh dengan debu waktu.
Tuan Muda merenung, mengingat masa-masa ketika ia dan Sandra masih sering berdiskusi di sini. Eden memperhatikan dengan seksama, memastikan segala sesuatu berjalan lancar sesuai keinginan Tuan Muda.
"Ada yang kurang atau perlu ditambah, Tuan?" tanya Eden dengan suara halus. Tuan Muda mengangguk pelan, "Cek lagi semua sistem keamanan, pastikan tidak ada yang terlewat." Eden segera mengambil laptop dan mulai mengakses data-data terkait. Ruangan itu sesekali diterangi oleh cahaya layar laptop yang menyala. Suara ketikan keyboard menggema, menciptakan ritme yang menenangkan dalam kesunyian ruangan.
Sementara itu, Tuan Muda terus memilah dokumen-dokumen penting. Matanya berhenti pada sebuah foto lama, foto keluarga yang menghiasi dinding. Dia tersenyum pahit, mengusap gambar tersebut dengan jari-jarinya. Ada rasa hangat yang mengalir dalam dada, tapi juga ada luka yang belum sembuh.
Di luar, Bella masih sibuk dengan pemotretannya, tidak menyadari perjuangan internal yang sedang dihadapi oleh Tuan Muda. Eden, setia menemani, sesekali memberikan laporan tentang stabilitas perusahaan yang terus dia periksa.
Tapi pandangannya kian berubah drastis ketika keamanan dari perusahaan tersebut harus terbobol oleh oknum tidak bertanggung jawab.
"Tuan!"
"Apa?" tanya Tuan datar.
Eden mengecek kembali keamanan perusahaan tiba-tiba sudah terbobol dan sekarang sedang ada kebocoran data yang menyebabkan data perusahaan sebagian kecil sudah terakses.
"Katakan Eden!!"
"Data perusahaan telat terbobol oleh kelompok oknum, Tuan Muda." Tuan Muda ikutan kaget, selama ini perusahaan miliknya tidak pernah kebocoran data sekalipun tapi kenapa sekarang justru begini?
"Kurang ajar! Segera panggil cyber kita sekarang juga."
*******
Kira kira siapa yang melakukan ini?