Nathan merasa dirinya tidak normal. Sudah banyak gadis yang dia pacari mulai dari lokal, sampai internasional. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang bisa membuatnya bergairah. Sampai akhirnya, orang tua Nathan memaksanya menikah dengan wanita pilihan mereka.
Sayangnya, takdir membawa Nathan bertemu dengan Sheren, gadis malang yang dikhianati pacar dan kakak tirinya saat baru kembali dari luar negeri. Akibat jebakan ibu tiri Sheren, membuat pertemuan pertamanya dengan Nathan harus berakhir dengan cinta satu malam.
Akankah Sheren benar-benar menjadi penyembuh untuk kelainan Nathan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HTI | Bab 31
Sheren sangat menyukai bekerja, karena alasan itulah dia tidak mau berlama-lama menikmati hari libur. Walau sebenarnya wanita itu masih memiliki jatah cuti setelah dua hari lalu menikah, apalagi suaminya adalah atasannya di kantor. Dia tetap bekerja, menyiapkan pakaian dan semua kebutuhan atasan sekaligus suaminya sendiri.
Saat Nathan bangun tidur, semua sudah siap dan istrinya juga sudah selesai memasak sarapan untuk mereka. Dia mengukir senyum dan merasa bangga memiliki istri seperti Sheren yang serba guna seperti tepung bumbu.
“Kamu sudah selesai, istriku?” tanya Nathan sambil mengedipkan sebelah mata. Laki-laki itu bersikap genit karena ini adalah hari pertama mereka bangun di apartemen milik Nathan.
Ya, demi menghindari drama sang ibu yang selalu ingin mengawasi hubungan mereka, akhirnya Nathan memutuskan untuk kembali ke aparteman lebih awal.
“Bapak nggak lihat, kalau saya sudah menyelesaikan semuanya?” tanya Sheren dengan kesal. Selalu saja suaminya itu membuat dirinya tidak bisa tenang.
Nathan berjalan semakin mendekati sang istri. Entah sudah berapa kali dia mengatakan pada Sheren untuk berhenti memanggilnya dengan sebutan itu. Terlalu aneh didengar, suami dan istri yang baru menikah tapi tidak ada mesra-mesranya sama sekali.
“Kamu bilang apa tadi? Coba ulangi lagi, enak saja manggil Bapak terus. Apa aku sudah setua itu?” tanya Nathan yang mulai kesal karena Sheren begitu bandel terus memanggilnya seperti itu.
Laki-laki itu menatap lekat-lekat wajah sang istri yang kini tepat di hadapannya. Dia ingin Sheren tahu bahwa sebagai suami, Nathan mulai tidak suka dengan panggilan yang sangat formal itu.
“Kata Bapak, kalau kerja boleh panggil Bapak. Em, sekarang kan lagi kerja.” Sheren mundur beberapa langkah, tapi Nathan berhasil menangkapnya.
“Kerja apanya? Kita belum di kantor, 'kan?” tanya laki-laki itu sambil membelai wajah Sheren dengan sangat lembut.
Dia merasa tergoda karena Sheren belum memakai riasan wajah sama sekali, sehingga terlihat jelas kecantikannya yang alami. Apalagi istrinya itu hanya memakai kemeja panjang dan celana pendek yang super seeksi. Bagaimana Ucup tidak terbangun saat melihatnya?
“Bapak bilang sekretaris kerjanya dari Bapak bangun tidur sampai bapak ….”
Nathan langsung mencium bibir Sheren untuk membuat wanita itu diam. Dia benar-benar tidak akan bisa menang jika berdebat dengan wanita yang menjadi istrinya itu.
“Nathan lepas!” teriak Sheren yang tidak mau melanjutkan ciuman itu karena tangan Mathan mulai bergerak nakal di bukit kembarnya.
“Kalau bagitu bantu aku tidurin Ucup!” kata Nathan sambil melepaskan cengkeramannya pada tubuh Sheren. Dia suka melihat ekspresi Sheren yang kesal karena tingkah jahilnya itu.
Sheren melirik jam dinding yang menggantung di atas TV. Sekitar dua puluh menit lagi mereka harus keluar dari apartemen jika tidak ingin terjebak macet. Lalu, dengan nafas yang masih memburu, Sheren menatap suaminya dengan tajam.
“Maaf ya, suamiku Pak Nathan Arga Winata. bukan cuma Ucup yang butuh diperhatikan tetapi perutku juga.” Sheren langsung berjalan ke arah meja makan, meninggalkan sang suami yang hanya bisa menahan kesal karena gagal membuat Ucup tenang.
Akhirnya, karena merasa lapar juga, Nathan mengikuti Sheren ke meja makan. Dia duduk tenang sambil memperhatikan raut wajah Sheren yang muram. Entah sampai kapan pengantin baru itu saling kesal seperti ini.
Sheren mengambilkan nasi dan lauk serta sayuran yang dia masak sendiri untuk Nathan. Meski wajahnya cemberut, tapi wanita itu tetap melayani sang suami sebagaimana kewajibannya.
Nathan merasa kagum dengan perhatian kecil yang Sheren berikan itu. Saat piring tersaji di depannya, tiba-tiba Nathan bertanya, “Sheren, aku panggil kamu Sayang, kamu keberatan ngak?”
Sheren menoleh dan memperhatikan raut wajah sang suami yang mendadak jadi hangat. Apakah suaminya itu benar-benar sudah mulai menyayanginya?
***
Kembang kopinya jangan lupa ya Cup 💋💋