Raisa terpaksa menikah dengan Adam, bodyguard dari Papanya sendiri, karena insiden di satu malam yang telah di rencanakan pesaing partai Papanya.
Posisi Papanya yang menjadi orang momor satu dari sebuah partai politik membuat Raisa terpaksa menerima pernikahan yang sama sekali tidak pernah ia inginkan itu demi menyelamatkan Papanya juga nama baiknya sendiri karena foto-foto vulgarnya itu telah di sebar luaskan oleh orang tak di kenal.
Namun bagaimana Raisa yang keras kepala dan sombong itu menerima Adam sebagai suaminya sedangkan Raisa sendiri selalu menganggap Adam hanyalah penjilat dan pria yang mengincar harta Papanya saja.
Rasa bencinya pada Adam itu tanpa sadar telah menyakiti hati pria yang menurutnya kaku dan menyebalkan itu.
Bagaimana juga Raisa berperang melawan hatinya yang mulai tertarik dengan sosok Adam setelah berbagai kebencian ia taburkan untuk pria itu??
mari ikuti perjalanan cinta Raisa dan Adam ya readersss...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan aku
"Ayo pulang!!"
Raisa menoleh pada sosok tinggi yang tiba-tiba berada di sampingnya.
"Apaan sih lo!! Pulang soni sendiri, lepas!!" Raisa menghentakkan tangan ya berharap tangan Adam akan melepas cengkeraman tangannya. Namun sayang, tangan Adam lebih kuat dari perkiraannya.
"Ikut pulang sekarang atau besok kamu tidak akan pernah bisa keluar lagi!!" Ancam Adam tanpa peduli pada Rio yang juga ada di sana.
"Hey, bodyguard sombong!! Lepasin tangan cewek gue!!" Rio bangkit dari kursinya, dan langung mendorong bahu Adam dengan keras hingga tangan Raisa terlepas dengan sendirinya.
"Saya suaminya, jadi saya lebih berhak di bandingkan dengan anda yang katanya kekasihnya!!" Balas Adam dengan tenang. Pria tampan itu memang handal dalam menguasai dirinya.
"Songsong juga lo!!" Rio sudah mengangkat tangannya untuk melayangkan pukulan di wajah Adam. Namun dia lupa profesi Adam sebagai apa, tentu saja dengan sangat mudah Adam menangkis pukulan dari Rio.
"Raisa, sebaiknya peringatkan teman mu ini untuk mengendalikan dirinya. Kamu tentu tidak mau kalau muncul berita baru lagi tentang mu di sini??" Adam berbicara pada Raisa namun matanya terus menatap Rio dengan tenang.
Namun perintah Adam itu diabaikan oleh Raisa, karena gadis itu masih terlalu terkejut dengan Adam yang memanggilnya dengan namanya saja. Tidak lagi dengan embel-embel Nona seperti biasanya.
"Ayo pulang sekarang!!" Ucap Adam lagi.
"Enggak, Raisa biar sama gue. Nanti gue yang antar dia pulang. Lo nggak usah ikut campur urusan gue sama dia. Walaupun lo udah jadi suaminya, tapi lo sama sekali nggak ada artinya buat Raisa. Ngerti lo!!"
Rio langsung meraih tangan Raisa dan mengajak kekasihnya itu keluar dari cafe dan meninggalkan Adam yang masih terdiam sendirian.
Raisa yang berjalan mengikuti Rio sempat beberapa kali menoleh pada Adam ke belakang. Namun pria itu masih terdiam tanpa berniat mencegah kepergiannya sedikitpun.
"Baguslah, males gue pergi di ikuti sama dia. Urusan sama Papa pikir nanti aja. Yang penting hari ini gue bebas"
Raisa benar-benar menghabiskan waktunya bersama Rio seharian penuh. Dia sama sekali tidak peduli jika ada orang yang mengenalinya berjalan bersama Rio di hari yang sama dengan pernikahannya.
"Aku pulang dulu ya, kalau ada apa-apa telepon aja" Ucap Rio pada Raisa yang sudah keluar dari mobilnya.
"Iya, makasih udah nganterin sampai rumah. Hati-hati ya" Raisa melambaikan tangannya pada Rio. Tak lupa senyum manisnya ia berikan pada kekasihnya itu. Sungguh sifat yang berbanding terbalik jika berhadapan dengan Adam.
Senyum tipis terus menghiasi wajah Raisa saat ia berjalan memasuki istananya itu. Perasaan tersiksa sejak tadi pagi seperti menghilang begitu saja setelah seharian melepas rindu bersama Rio.
"Dari mana saja kamu??"
Deg..
Raisa saja baru melangkahkan satu kakinya ke dalam rumah. Namun suara Papanya yang terdengar menyeramkan sudah menyambutnya di ruang tamu.
"Kamu memang nggak ada kapok-kapoknya ya Sa!! Kamu nggak takut dikerumuni banyak orang seperti kemarin??"
"Ini hari pernikahan kamu Raisa!! Bahkan Papa baru saja merilis semua foto-foto pernikahan kamu, tapi kamu yang mati-matian berusaha Papa selamatkan malah berbuat semuanya!!" Satya berkacak pinggang menatap putrinya yang keras kepala itu.
"Pa, aku cu..."
"Papa tau kamu menemui laki-laki itu kan??"
Raisa terdiam namun menyimpan kekesalan pada seseorang.
"Gue yakin ini pasti ulah pria kaku itu"
"Papa nggak mau tau, pokok ya kamu harus menjauh dari dia!! Kamu sudah menikah, sudah sepantasnya kamu menghormati suami kamu"
Raisa melihat mata Papanya yang memerah saat menatapnya penuh kemarahan.
"Raisa nggak bisa Pa!! Itu juga salah satu dari permintaan Raisa kemarin. Dia nggak berhak mencampuri urusan Raisa!!"
Sekuat hatinya Raisa melawan apa yang menurutnya benar. Meski dia harus bersitegang dengan Papanya sendiri, namun dia tidak mau lagi dipaksa untuk melunak pada Adam. Cukup terjebak dalam pernikahan itu saja sudah membuat Raisa sial seumur hidup.
"Papa angkat tangan Sa. Papa menyerah, dengan sifat keras kepala kamu itu. Papa merasa gagal menjadi seorang Ayah karena nggak bisa mendidik anaknya. Sekarang terserah apa mau kamu, Papa menyerahkan semuanya pada Adam"
Tatapan yang penuh amarah itu kini berubah menjadi tatapan kekecewaan. Raisa bisa dengan jelas melihat semua hingga hatinya tiba-tiba mencelos kesakitan.
Raisa terus menatap Papanya yang pergi tanpa sepatah kata lagi. Hingga tatapan Raisa beralih pada pria yang baru saja datang dari arah belakang.
Pria itu hanya melirik Raisa sekilas lalu berjalan ke menaiki tangga.
"Tunggu!!" Cegah Raisa.
Adam menoleh ke arah Raisa, wanita yang baru saja sah menjadi istrinya beberapa jam yang lalu.
"Lo ngadu kan sama Papa??" Tuduhan itu langsung di arahkan kepada Adam. Pasalnya Adam yang mengantarnya bertemu dengan Rio.
"Aku terlalu sibuk untuk mencampuri urusan mu!!" Adam menatap Raisa dengan datar.
"S*alan ni laki!!"
"Gue nggak percaya!! Cuma lo yang pergi sama gue. Papa jadi marah kaya gini pasti karena ulah lo kan??"
"Silahkan percaya sama pikiran kamu sendiri, aku tidak peduli!!" Adam melangkahkan kakinya lagi, menaiki tangga hingga ke lantai dua.
"Heh mau kemana lo??"
Raisa mengejar Adam saat melihat pria itu justru menuju ke arah kamarnya.
"Heh!! Mau apa lo masuk ke kamar gue!!"
Raisa mencoba menghentikan Adam, namun pria dingin itu sudah terlanjur masuk lebih dulu ke kamar Raisa.
"Mau ngapain?? Keluar nggak lo!!" Raisa menarik baju Adam agar pria itu tak semakin masuk lebih dalam ke kamarnya.
Namun sekuat apapun Raisa menarik baju Adam, pria itu sana sekali tak bergerak dari posisinya.
"Kenapa harus keluar?? Sekarang ini juga kamar ku" Adam menunjuk ruang ganti dengan dagunya.
Memperlihatkan pada Raisa jika semua bajunya sudah ia pindahkan ke kamar mewah itu.
"Siapa bilang?? Gue nggak sudi ya satu kamar sama lo!!"
"Papa yang suruh" Jawab singkat Adam, dia juga menyingkirkan tangan Raisa yang masih memegang bajunya.
Lagi-lagi Raisa mendengus mendengar Adam memanggil Satya dengan sebutan Papa.
"Tapi gue tetap nggak mau satu kamar sama lo. Persetan sama status kita. Pungut juga nih barang-barang murahan lo!!"
Raisa menuju ruang ganti miliknya, mengambil baju-baju Adam yang sebenarnya sudah tertata rapi.
Raisa bertindak layaknya wanita kesetanan yang menyingkirkan semua baju Adam dari lemarinya.
"Nih ambil semua!!" Raisa bahkan melemparkan sebagian baju Adam hingga mengenai wajah yang tampan itu.
"Rasain!! Gue bakalan buat hidup lo kaya di neraka selama masih jadi suami gue. Dasar penjilat"
"Raisa!!" Geram Adam dengan suara rendahnya.
Adam melangkah mendekati Raisa, bahkan dengan sengaja menginjak baju-bajunya yang berserakan di lantai.
"Sial, mau apa ni laki"
"Dulu kamu emang Nona muda ku, anak dari Tuan ku yang selama ini mempekerjakan aku. Tapi sekarang kamu istriku, jadi mulai sekarang kamu nggak bisa berbuat semau mu sendiri!!" Adam terus bergerak maju, membuat Raisa mau tak mau harus melangkah mundur menghindari Adam.
Raisa juga baru sadar jika sejak tadi Adam sudah tidak memakai bahasa formal seperti biasanya.
Dug...
Punggung Raisa menyentuh pintu lemari, itu tandanya sudah tak ada ruang lagi untuk Raisa menghindar.
"Mau apa lo?? Minggir nggak!!" Raisa memalingkan wajahnya saat Adam benar-benar sudah ada di depannya, bahkan selangkah lagi jempol kakinya pasti sudah terinjak oleh kaki Adam.
"Mau apa pun itu terserah, aku suamimu. Aku berhak atas dirimu" Adam menunjukkan senyum miringnya yang baru kali ini Raisa lihat.
"Jangan harap!! Lo udah setuju sama perjanjian sebelum pernikahan kita. Jadi jangan macam-macam!!" Raisa menghilangkan kedua tangannya di depan dada.
Tapi Adam justru memandangnya dari ujung kaki ke ujung kepala Raisa.
"Apa kamu pernah dengar kalau aku setuju sama permintaan kamu itu??"
"M-maksudnya??"
Adam lagi-lagi tersenyum licik pada Raisa. Apalagi melihat kegugupan wanita di depannya itu, membuat Adam semakin tertawa puas dalam hatinya.
"Yang setuju itu Papa mu, bukan aku"
"Apaaa!!!!" Pekik Raisa tak terima.
"Tenang saja istriku, aku juga tidak tertarik dengan mu. Kalau malam itu aku sadar juga aku nggak mau tidur sama wanita kaya kamu"
Adam menatap remeh pada Raisa, kemudian berlalu ke kamar mandi.
"B****sek!! Kaya gue?? Emangnya gue kaya apa??Kita lihat aja nanti, gue yakin lo bakalan tergila-gila sama gue"
Harga diri Raisa seakan di jatuhkan begitu saja oleh perkataan Adam itu.