S 2
"Aku Punya Papa." Tiga kata yang selalu diucapkan Farzan bocah berusia 6 tahun itu, ketika teman-teman seusianya mengolok dirinya tidak punya papa.
Ibu mana yang tidak sakit hati melihat putranya yang selalu diolok, namun Zana hanya bisa diam karena dia tidak bisa menunjukkan siapa ayah dari anaknya.
Hingga ketika Farzan dinyatakan mengidap Pneumonia, penyakit yang bisa mengancam nyawanya, membuat dunia Zana seakan runtuh. Berbagai cara sudah ia lakukan untuk pengobatan putranya, namun hasilnya selalu nihil bahkan semua yang ia punya telah habis terjual. Dan pada akhirnya, dengan terpaksa Zana kembali ke kota kelahirannya untuk mencari sosok ayah biologis putranya, yaitu laki-laki yang telah menghancurkan masa depannya 7 tahun lalu, dengan harapan laki-laki itu bisa menolong putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6. PENGOBATAN FARZAN
"Kebetulan Pak Farhan kemari, baru saja saya akan ke ruang rawat Farzan untuk bertemu Bapak." Ucap dokter laki-laki setengah baya itu ketika baru membuka pintu ruangannya mendapati Farhan telah berdiri didepannya. Iapun langsung mengajak Farhan masuk kedalam ruangannya.
"Jadi bagaimana Dok, kapan proses pengobatan Putra saya bisa segera dilakukan?" Tanya Farhan setelah duduk berdampingan di sofa panjang bersama dokter itu.
"Kami sudah melakukan seperti yang Bapak inginkan, dan Dokter yang akan menangani serangkaian pengobatan Farzan akan tiba di Indonesia nanti malam. Jadi besok sudah akan kita mulai melakukan penanganan pengobatan untuk Farzan."
Farhan seketika mengucap syukur mendengar penuturan dokter, ia sangat berharap putranya bisa segera disembuhkan. Kemudian iapun memberitahu pada dokter itu akan tujuannya untuk melakukan tes DNA bersama Farzan. Dan hal itu membuat dokter menjadi heran, pasalnya ia saja yang orang asing mengakui jika wajah ayah dan anak itu bagai pinang dibelah dua lalu bagaimana Farhan bisa meragukan anaknya itu?
Melihat dokter itu merasa bingung, Farhan pun menjelaskan kejadian sebenarnya secara rinci. Dokter itupun akhirnya mengerti, kemudian mereka bergegas menuju ruang rawat Farzan setelah sebelumnya memanggil suster yang akan mengambil darah Farzan untuk sampel DNA.
"Gak takut jarum suntik, kan?" Tanya suster pada Farzan.
"Tidak suster, aku tidak takut." Jawab Farzan sambil tersenyum.
"Anak hebat." Suster itupun mulai melakukan tugasnya.
Setelah selesai, suster dan dokter berpamitan untuk pergi. Farhan mengantarnya sampai ke depan pintu. Dan ketika hendak berbalik masuk ia terkejut saat tiba-tiba saja Zana mendorongnya keluar dari ruangan itu.
"Kalau aku tahu Bapak akan meragukan Farzan, aku tidak akan pernah menuruti keinginannya untuk bertemu denganmu. Jangan mentang-mentang karena kalian orang kaya, bisa seenaknya merendahkan kami!" Zana meluapkan emosi yang sejak tadi ia tahan.
Farhan tercengang dibuatnya, Zana sudah salah paham padanya. "Hei bukan seperti itu, tes DNA itu untuk...
"Ya untuk membuktikan kalau Farzan itu anakmu atau bukan?" Zana menyela dengan begitu emosinya. "Oke silahkan lakukan tes DNA itu setelah hasilnya keluar aku akan bawa Farzan pergi dan anggap saja pertemuan kita tidak pernah terjadi!"
"Jangan pernah lakukan itu atau kau akan menyesal! Kondisi Farzan tidak bisa dianggap main-main, dia harus mendapatkan pengobatan agar bisa sembuh!"
Zana pun terdiam, ia selalu lemah bila mengenai putranya. "Baik, lakukan apa yang ingin Bapak lakukan, catat saja semuanya sebagai hutang." Ujarnya kemudian kembali masuk kedalam ruang rawat putranya.
Sementara Farhan masih berdiri diluar sambil menatap pintu ruangan itu dengan nanar. Zana sudah salah mengartikan tujuannya melakukan tes DNA, seharusnya wanita itu mendengar dulu penjelasannya. Padahal ia melakukan tes DNA itu hanya untuk membuktikan pada Keyla bahwa Farzan benar-benar putranya, tetapi Zana sudah salah menanggapinya.
"Ya sudahlah terserah dia mau berpikiran apa, aku tidak perduli." Ujarnya lalu pergi dari depan ruangan itu, ada hal yang harus ia lakukan mengingat pengobatan putranya yang tidak akan selesai dalam satu atau dua hari. Ia akan pulang untuk memberitahu kepada keluarganya bahwa ia akan pergi ke luar kota. Farhan terpaksa harus berbohong, karena belum waktunya ia memberitahu pada semua orang tentang Farzan dan Zana.
.
.
.
Keesokan harinya...
Seorang dokter yang berasal dari luar negeri sudah bersiap-siap bersama beberapa tim dokter lainnya untuk melakukan penanganan pada penyakit Pneumonia yang diderita oleh Farzan.
Pneumonia atau radang paru adalah infeksi saluran pernapasan akut yang menyebabkan kantung udara paru (sel alveoli) yang seharusnya terisi udara justru terisi nanah atau cairan. Kondisi tersebut menyebabkan kesulitan bernapas dan pertukaran oksigen. Nanah atau cairan itu terbentuk akibat proses peradangan yang umum dicetuskan oleh infeksi baik virus, bakteri maupun jamur. Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak.
Sebelumnya Farzan harus melakukan serangkaian tes seperti: Rotgen dada atau CT scan, kultur atau pemeriksaan bakteri dari riak, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan analisis gas darah dan Bronkoskopi untuk melihat ada tidaknya benda asing pada saluran pernapasan.
Kemudian dilakukan Endoscopic Drainage atau penyedotan nanah dengan memasukkan alat Endoskopi kedalam dinding paru untuk mengeluarkan nanah yang dipandu oleh CT scan dada. Prosedur ini biasanya dilakukan jika ukuran abses mencapai 6 cm atau lebih.
Setelah selesai Farzan pun dipindahkan kembali ke ruang rawat intensif untuk mengistirahatkan tubuhnya. Farzan sedang dalam kondisi tidak sadarkan diri karena pengaruh obat.
"Untuk selanjutnya, Farzan harus tetap dirawat di rumah sakit selama tiga Minggu untuk memantau perkembangan." Ucap dokter yang berasal dari luar negeri itu.
"Baik Dok, lakukan apapun yang terbaik untuk Putraku. Aku ingin dia segera sembuh." Ujar Farhan.
Dokter itu mengangguk kemudian berpamitan keluar dari ruangan itu. Farhan pun menghampiri dokter lainnya untuk menanyakan hasil tes DNA.
"Dok, kapan kira-kira hasil tes DNA keluar?"
"Besok, Pak." Ucap dokter itu kemudian juga berpamitan pergi.
Beberapa saat terdiam didalam ruangan itu menunggu putranya bangun, Farhan beranjak dari tempat duduknya menghampiri Zana yang terus berdiri disamping ranjang menatap wajah lelap Farzan yang begitu tenang.
"Apa kau tidak capek dari tadi berdiri disini?" tanya Farhan setelah berdiri disamping Zana.
Zana tak menjawab, ia berpura-pura tidak mendengar. Baginya tidak penting menjawab apapun pertanyaan laki-laki itu.
"Setidaknya duduklah agar kau tidak lelah, bagaimana kalau kau juga jatuh sakit?"
Zana masih tak merespon, ia masih betah dengan posisinya dan terus menatap putranya.
Hal itu membuat Farhan menjadi kesal, tidak pernah ada orang yang mengabaikan ucapannya. Tetapi wanita itu benar-benar membuatnya kesal. Jika saja dia bukan wanita yang melahirkan putranya, pasti ia sudah memberinya sedikit pelajaran.
"Hei lepas! Apa yang Bapak lakukan? Kenapa Bapak selalu berbuat sesukanya saja!" Zana menjadi marah karena lagi-lagi Farhan menarik tangannya dengan paksa dan melemparnya hingga terduduk di sofa.
"Duduk, jangan berdiri!" Farzan menekan tubuh Zana yang hendak berdiri dari sofa. Sudah susah payah ia menarik wanita itu untuk duduk.
"Bapak tidak ada hak untuk mengatur ku!" Zana hendak berdiri lagi, namun Farhan tidak membiarkannya. Dengan terpaksa iapun duduk di sofa itu dan menahan Zana dengan menggenggam erat pergelangan tangannya.
"Duduklah sebentar saja, ada yang ingin aku bicarakan padamu!" Ujar Farhan dengan sedikit berteriak, ia benar-benar merasa kesal karena Zana tidak tidak mau menurut padanya.
"Apa yang mau Bapak bicarakan? Jika itu tentang Farzan, jangan katakan apapun. Sebaiknya Bapak tunggu saja hasil tes DNA nya keluar dan Bapak bisa buktikan sendiri kalau Farzan itu darah dagingmu atau bukan." Ujar Zana.
Farhan berdecak kesal, kenapa wanita itu selalu saja berucap tanpa mau mendengarkan dulu penjelasannya.
"Yang ingin aku bicarakan bukan tentang Farzan, tapi tentang kejadian di gubuk malam itu. Kau harus tahu apa penyebabnya aku bisa sampai memperkosa mu!"
Deg... Tubuh Zana seketika melemah mendengar ucapan Farhan. Ia menggelengkan kepalanya, selama ini ia sudah berusaha untuk melupakan kejadian itu. Tetapi Farhan malah akan mengingatkannya lagi.
"Kau pasti mengira aku adalah laki-laki brengsek, tapi kenyataannya tidak seperti itu. Aku sama sekali tidak pernah memiliki niatan untuk melakukan hal sehina itu. Jadi kau harus tahu apa penyebabnya." Ujar Farhan kemudian mulai menceritakan awal kejadiannya.
FLASHBACK 7 TAHUN YANG LALU...
.
.
.
TBC.......✨✨✨
Tinggalkan like dan komennya dong, terimakasih. ☺️🙏🙏🙏