Follow IG=> Fafacho88
Gibran Montana Sinaga harus mengalami penyesalan yang teramat sangat menyiksa dirinya. Penyesalan yang membuat hidupnya tak berarti lagi setelah kepergian perempuan yang telah ia jadikan budak dalam hidupnya, perempuan itu pergi membawa anaknya membuat dirinya cukup menderita..
Lima tahun kemudian ia melihat seorang perempuan yang begitu mirip dengan istrinya membuatnya begitu penasaran apakah itu istrinya atau bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafacho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 15
Khalif menghentikan mobilnya di sebuah basement hotel yang ada di pinggir kota, dia bingung harus membawa Naina kemana saat ini. tidak mungkin dia membawa Naina ke vila keluarga mereka karena pasti Gibran bakal tahu kalau mereka ada di situ.
“Nai..Naina” panggil Khalif membangunkan perempuan tersebut yang begitu tampak lelah.
Naina sedikit terkejut dan langsung menepis tangan Khalif yang ia pikir adalah Gibran. Tatapan mata perempuan itu menajam namun langsung luluh saat melihat siapa yang berada di depannya saat ini.
“Nai ini aku Khalif..” pungkas Khalif yang sedikit syok dengan tepisan Naina barusan.
“maaf, maaf mas” tukas Naina merasa bersalah dengan apa yang barusan ia lakukan.
“tidak pa-pa, ayo turun Nai kita sudah sampai” ucap Khalif.
“Ini dimana mas?”
“Aku membawamu ke hotel dulu, besok kita bakal ke daerah pelosok agar Gibran tidak menemukanmu” jelas Khalif.
Naina memperhatikan sekitar, dia nampak ragu untuk turun.
Khalif bisa menangkap keraguan di mata Naina,.
“Nai, kau tidak usah khawatir aku tidak akan melakukan apa-apa padamu. Aku bukan pria bejat yang mencuri kesempatan” ucap Khalif seakan tahu pikiran Naina padanya.
“Ayo turun, kita istirahat dulu disini besok kita lanjutkan lagi perjalanan kita” lanjut Khalif mengajak Naina untuk turun.
Naina akhirnya mengangguk mengiyakan, dia langsung melepaskan seatbeltnya begitu juga dengan Khalif yang melepaskan seatbelt miliknya dna membuka pintu turun dari mobil.
...............................
Gibran membuka pintu rumahnya cukup keras, dia kesal sudah berjam-jam mencari keberadaan Khalif dan juga Naina tai tak menemukan mereka sama sekali.
“matahari sudah terbenam tapi Khalif belum juga kembali, kemana dia membawa istriku pergi” geram Gibran sambil membuka jasnya cepat. Dia langsung melempar begitu saja jas tersebut ke sofa.
“Lihat saja Naina, kalau sampai aku menemukan kalian berdua nanti. Tidak akan aku biar kan begitu saja kalian” gerutu Gibran, dia langsung duduk di sofa sambil melepas kancing kemejanya paling atas.
Ditengah kekesalan Gibran yang tak menemukan dimana Khalif dan Naina saat ini, tiba-tiba saja ponsel yang ada di saku celana pria itu berbunyi membuat sang empunya langsung mengambilnya. Dia melihat sekilas nama Alisha yang menelpon dirinya saat ini, rasanya malas sekali untuk mengangkat panggilan dari kekasihnya tersebut.
Dengan berat hati Gibran mengangkat panggilan itu,
“hmm, ada apa?’ ucapnya dengan terpaksa.
“Kamu ke apartemenku sekarang dong sayang, aku butuh kamu hibur sekarang” ucap Alisah dengan manja dari seberang sana.
“Aku tidak bisa, lain kali aku akan ke apartemenmu sayang” tukas Gibran menolak keras perintah sang kekasih.
“Kamu jawab ucapanku kenapa datar begitu, kamu nggak suka aku telpon?”
“bukannya nggak suka, aku lagi pusing sekarang. Sudah nanti aku telpon lagi” malas menanggapi kekasihnya lagi Gibran langsung mematikan panggilannya begitu saja.
“Berpikir Gibran, ayo berpikir. Dimana kedua orang itu sekarang..” ucap Gibran sambil memukul-mukul kecil kepalanya.
“papa..apa aku minta bantuan papa untuk menelpon Khalif si sialan itu” gumam Gibran yang terbesit ide untuk menelpon papanya meminta bantuan untuk menelpon Khalif saat ini.
“benar, si brengsek itu pasti mengangkat panggilan papa” lanjutnya dan langsung buru-buru untuk menelpon papanya.
Lama Gibran menunggu panggilan di seberang sana tersambung, dia sedikit kesal karena papanya tak kunjung mengangkat panggilan darinya. tapi wajahnya langsung berseri saat panggilan yang sudah lama dia tunggu akhirnya di angkat.
“papa kemana saja sih, aku nelpon dari tadi nggak diangkat” bukannya ucapan halus malah ucapan kekesalan terlebih dulu yang dia ucapkan pada sang papa.
“Kamu berani ngomelin papa, kamu pikir papa pengangguran apa yang bisa ngangkat telepon dari kamu dengan cepat. Ada apa?” tukas Papa Gibran dengan cukup tegas memarahi sang anak.
“Asal papa tahu keponakan tersayang papa itu berani membawa istriku pergi pa. Tolong telponkan dia sekarang. Pria brengsek itu tidak mengangkat panggilanku”
“Siapa maksudmu? Khalif?”
“Siapa lagi kalau bukan dia,”
“Apa maksudmu tadi? Untuk apa Khalif membawa istrimu pergi. Mungkin mereka sedang kemana sebentar..jangan menuduh saudaramu sendiri Gibran”
“Sebentar apanya, mereka berdua menghilang dari pagi dan sampai malam begini mereka belum kembali. Si brengsek itu sudah membawa istriku pergi pa” pungkas Gibran menahan marahnya.
“Kau jangan asal menuduh, papa telponkan dulu Khalif. Untuk apa juga dia membawa istrimu pergi” setelah mengatakan itu panggilan langsung di putus sepihak oleh sang Papa membuat Gibran meradang. Papanya bukannya mempercayai dirinya malah lebih percaya dengan sepupunya yang brengsek itu.
Karena kesal, Gibran langsung melempar ponselnya ke sofa sebelahnya. Tangannya mengepal sambil menatap tajam lurus kedepan.
...................................
Dilain tempat Naina yang tidak bisa tidur akhirnya memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Khalif, bahkan dia tidak segan-segan meminta tolong agar Khalif menyembunyikan dirinya dari Gibran. Karena semua ini sudah terlanjur, kalau Khalif tak menyembunyikan dirinya dia bisa habis di tangan Gibran nantinya. Pria itu pasti tak segan-segan menyiksa dirinya saat ketemu.
“nai..kau tenanglah. Kau tidak usah takut ada aku disini” ucap Khalif yang mendekatkan dirinya pada Naina yang tampak bergetar duduk di tepi ranjang. Khalif yang tadinya berada di sofa sebelah ranjang tersebut langsung duduk di sebelah Naina dan memeluknya. Menenangkan perempuan tersebut.
“Aku janji Nai, aku pasti melindungi mu dan anakmu. Besok kita pergi dari kota ini, kamu tidak usah takut dengan Gibran” ucap Khalif mengusap bahu Naina.
“Terimakasih mas Khalif,.” Naina hanya bisa mengucapkan terimakasih pada pria baik nan tulus yang tengah memeluknya saat ini.
“Sama-sama Naina” Khalif langsung mendekap perempuan lemah itu. dia janji di dalam hatinya yang terdalam akan menjaga perempuan yang ia cintai ini meskipun perempuan itu adalah istri dari sepupunya sendiri. ia tak perduli, karena salah sepupunya telah menyia-nyiakan perempuan sebaik Naina.
Saat mereka tengah berpelukan, ponsel Khalif yang satunya berbunyi. Khalif memang memiliki dua ponsel berbeda..ponsel yang selalu ia gunakan hanya untuk omnya dan keluarga terdekatnya yang lain.
Khalif langsung melepaskan pelukannya pada Naina dan beralih melihat ke nakas meja,
“Siapa mas? Apa jangan-jangan itu pak Gibran mas..” ucap Naina yang mulai ketakutan.
“Sepertinya bukan, dia tidak punya nomerku yang ada di ponselku itu. sebentar aku angkat dulu” Khalif langsung berdiri dan mengambil ponsel miliknya.
“Om Alfred” ucap Khalif kemudian sambil menatap Naina.
“papa Alfred? Plis jangan diangkat mas. Aku mohon jangan diangkat” ucap Naina pada Khalif, dia melarang pria itu mengangkat panggilan dari papa mertuanya. Karena ia takut kalau itu bukan mertuanya melainkan Gibran.
“Tapi Nai..aku tidak bisa menolak panggilan dari Om Alfred dia sudah seperti papaku sendiri. aku angkat sebentar” ucap Khalif merasa berat, karena dia juga tidak bisa untuk tidak mengangkat panggilan dari Omnya yang sudah seperti orang tuanya sendiri.
“Halo Om..” ucap Khalif saat mengangkat panggilan itu.
“Aku di apartemenku” bohong Khalif.
“Istri Gibran? Aku tidak tahu orangnya bagaimana bisa aku membawa kabur istrinya. Dia ngarang Om, mana mungkin aku membawa kabur istrinya. Hah? Istrinya Og di perusahaan kita..Om serius? Aku juga tidak mengenalnya Om” pungkas Khalif dia terpaksa membohongi omnya itu.
“Iya Om,” ucap Khalif dan panggilan langsung tertutup.
“Gibran mengadu pada papanya, dan membuat Om Alfred menanyaiku soal dirimu. Kau tidurlah sekarang Naina..nanti aku bangunkan lagi. Kita harus segera pergi dari sini, karena Gibran pasti kembali bertanya pada papanya dan memaksa untuk meminjam Hp papanya untuk melacakku” tukas Khalif, dan dia bisa menebak langkah Gibran selanjutnya. Karena dia tahu betul Gibran adalah orang yang tak pernah putus asa.
°°°
T.B.C