Novel ini menceritakan kisah seorang Naila Shababa, santri di pondok pesantren Darunnajah yang di cap sebagai santri bar-bar karena selalu membuat ulah.
Namun, siapa sangka nyatanya Gus An, putra dari pemilik pesantren justru diam-diam menyukai tingkah Naila yang aneh-aneh.
Simak selalu di novel yang berjudul “GUS NACKAL VS SANTRI BARBAR.” Happy reading🥰🥰...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 04
Usai sholat jamaah, Naila melemparkan mukenanya ke sembarang tempat. Sisi buruk Naila inilah yang paling tidak disukai teman-teman sekamarnya. Naila tidak pernah memperhatikan kebersihan dan kerapian barang-barangnya.
“Mbak, dilipat dong mukenanya. Jangan di gituin nanti kena najis loh.” tegur salah satu temannya tapi diabaikan oleh Naila. Dia malah asyik makan snack yang dikirim Ibunya beberapa hari lalu.
Tet... tet... bunyi bel pertanda kegiatan pengajian segera dimulai. Naila masih asyik dengan snack yang ada ditangannya. Sedangkan para santri yang lain sudah buru-buru agar tidak terlambat. Karena jika terlambat mereka pasti akan mendapatkan hukuman. Meskipun hukuman itu tidak memberatkan, tapi setidaknya membuat mereka jera dan tidak mengulanginya lagi.
“Mbak Naila, di panggil Umi'. Katanya disuruh cepat Mbak...” setiap kali ada panggilan dari Umi' Naila langsung bergegas mengancing hijabnya dengan jarum pentul.
“Umi' manggil saya...? ”
“Iya. Umi' mau minta tolong sama kamu. Tolong buatkan nasi goreng buat Mas An ya, nasi sama sausnya jangan banyak-banyak, terus sama kasih telur ceplok juga... ”
“Tapi saya nggak bisa masak Umi'... ”
“Naila, Umi' buru-buru mau ngisi pengajian. Ini seharusnya sudah dimulai. Oh iya, nanti nasinya taruh dikamar Mas An ya...”
“Ih... kenapa sih harus sesial ini...?” umpat Naila sembari mulai menata wajan dan spatula diatas kompor.
Tak butuh waktu lama, akhirnya nasi goreng sesuai permintaan Umi' jadi. Naila masih maju mundur saat sudah berada didepan kamar Gus An.
”Gimana ya cara ngasihnya...? ” Dia masih mondar mandir sambil memegang dagunya. Memikirkan cara untuk menaruh nasi goreng di kamar Gus An.
“Mbak Naila...ngapain Mbak...? ” Neng Aufa, adik Gus An kebetulan sedang lewat.
“Neng, boleh minta bantuannya nggak...? ” tanya Naila dengan malu-malu. Karena betapa tidak sopannya Dia jika menyuruh putri Kiyai untuk mengantarkan makanan kepada Gus An.
“Bantuan apa Mbak...? ”
“Ini Neng, tolong letakkan di kamar Gus An ya... hehe... ”
“Mbak aja deh, Aku males ketemu Mas An... ”
“Neng, tunggu dulu Neng... please deh, sekali ini aja saya minta bantuannya... ” Naila masih merayu Neng Aufa agar mau membantunya.
“Enggak Mbak aja deh... lagian saya buru-buru Mbak... ” Naila menahan Neng Aufa agar tidak pergi.
“Hei... siapa itu berisik...? ” suara dari dalam kamar membuat Naila dan Neng Aufa saling tatap. Wajah Gus An tiba-tiba muncul diambang pintu. Neng Aufa kabur karena tidak ingin melihat saudaranya yang super jail itu.
“Oke, sini.” Gus An mengambil piring yang ada di tangan Naila.
“Ini siapa yang masak...? ”
“Saya Gus... hehe... ” Si Naila tersenyum lebar kepada Gus An. Padahal sebenarnya Dia sama seklai tidak ingin menatap wajah Gus yang menyebalkan itu. Setelah diterima oleh Gus An, Naila kembali kekamarnya. Dia sengaja tidak mengikuti kegiatan pengajian. Tak berselang lama, ternyata pengajian sudah selesai.
“Loh kok udahan ngajinya...? ” tanya Naila kepada teman-temannya.
“Libur Mbak, ternyata Abi pergi sama Umi' tadi.” disaat Naila ingin merebahkan tubuhnya, tiba-tiba salah seorang santri mengatakan jika dirinya dipanggil sama Neng Aufa.
“Aduh, apalagi sih Neng...? ” umpatnya dengan keras sehingga didengarkan teman-temannya.
“Mbak, yang ikhlas dong. Biar nanti dapat barokah.” kata-kata itu hanya seperti angin bagi Naila. Dia sudah sangat sering mendengarnya, tapi belum bisa menerapkan.
“Iya Neng, ada yang harus saya kerjakan...? ”
“Itu tuh, Mas An yang manggil bukan saya.”
Kenapa lagi sih... gerutu Naila dalam hati. Dia mengetuk pintu kamar Gus An.
“Ini masakan kamu terlalu asin, buatkan lagi satu porsi. Tapi itu nanti juga bawa kesini lagi ya, biar saya bisa bandingkan enakan mana yang lama sama yang baru...”
Huft... Naila membuang nafas dengan kasar.
“Yang ikhlas biar masakannya enak... ”
“hmm... ”
Naila membuat ulang nasi goreng seperti permintaan Gus An. Dia mencicipi masakannya terlebih dahulu. Karena yang tadi Dia lupa, sehingga Gus An bilang jika masakannya terlalu asin.
”Enak... coba yang tadi deh... ”
”Ini mah biasa aja, nggak terlalu asin... aneh tuh memang lidah oleh-oleh dari Mesir.”
“Oh, atau Gus An memang modus pengen makan banyak karena masakanku terlalu enak...? ” Naila memanyunkan bibirnya saat memprediksi akan hal itu.
...****************...
Gimana ceritanya seru nggak...??? 🤭
Author berusaha sebisa mungkin agar karya ini disukai banyak pembaca loh🥰🥰jadi please kasih semangat ya biar author rajin update setiap hari...