Aozora Jelitha, dikhianati oleh calon suaminya yang ternyata berselingkuh dengan adiknya sendiri. Padahal hari pernikahan mereka tinggal menunggu hari.
Sudah gagal menikah, ia juga dipaksa oleh ayah dan ibu tirinya, untuk membayar utang-utang papanya dengan menikahi pria yang koma,dan kalaupun bangun dari koma bisa dipastikan akan lumpuh. Kalau dia tidak mau, perusahaan yang merupakan peninggalan almarhum mamanya akan bangkrut. Pria itu adalah Arsenio Reymond Pratama. Ia pewaris perusahaan besar yang mengalami koma dan lumpuh karena sebuah kecelakaan.Karena pria itu koma, paman atau adik dari papanya Arsenio beserta putranya yang ternyata mantan dari Aozora, berusaha untuk mengambil alih perusahaan.Ternyata rencana mereka tidak berjalan mulus, karena tiba-tiba Aozora mengambil alih kepemimpinan untuk menggantikan Arsenio suaminya yang koma. Selama memimpin perusahaan, Aozora selalu mendapatkan bantuan, yang entah dari mana asalnya.
Siapakah sosok yang membantu Aozora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cantik
Arsenio, pria tampan berusia 27 tahun itu, mencoba untuk duduk, melakukan peregangan otot-ototnya yang pegal karena harus berusaha untuk tidak bergerak saat diajak bicara oleh seorang wanita yang katanya sudah menjadi istrinya itu.
Ya, Arsenio Reymond, dia memang sempat mengalami koma karena kecelakaan yang dia alami. Namun, sudah seminggu yang lalu pria itu bangun dari komanya. Akan tetapi karena suatu hal, pria itu memutuskan memilih untuk tetap berpura-pura kalau dirinya masih koma. Apalagi ditambah dirinya yang memang mengalami kelumpuhan, membuat pria itu semakin enggan untuk bangun.
"Sial! kenapa Mama harus menikahkan aku dengan gadis yang tidak aku kenal sih? Dan apa tadi yang dikatakan wanita itu? Dia dijual? Orang tua mana yang tega jual anak sendiri?" Arsenio mulai bermonolog.
"Kalau sudah begini, berarti aku tidak bebas lagi untuk bangun. Bisa-bisa badan aku akan pegal kalau dia berlama-lama di kamar ini. Sial!" Arsenio mulai menggerutu. Tampak jelas kalau pria itu benar-benar sedang kesal sekarang.
Dari arah kamar mandi, tiba-tiba terlihat tugas pintu bergerak. Itu berarti wanita yang ada di dalam sana akan keluar. Arsenio langsung terburu-buru untuk berbaring lagi.
Benar saja, wanita yang tidak lain adalah Aozora itu terlihat keluar dengan hanya berbalut seutas handuk menutupi tubuhnya. Wanita itu dengan santainya, berjalan menuju kopernya, untuk mengambil pakaian yang akan dia pakai.
Tanpa Aozora sadari, Arsenio membuka matanya dan melihat ke arah Aozora. Karena sebenarnya pria itu cukup penasaran, dengan wajah wanita yang katanya sudah menjadi istrinya itu.
Alih-alih bisa melihat wajah Aozora, Arsenio justru disuguhkan dengan pemandangan punggung Aozora yang mulus ditambah paha mulus wanita itu yang cukup terlihat jelas karena saat ini posisi Aozora sedang berjongkok, sehingga handuk wanita itu sedikit terangkat.
"Oh, Sh*it! pemandangan apa ini? Kenapa dia tidak berpakaian di dalam kamar mandi sih?" Arsenio mulai mengumpat.
"Dia sengaja atau bagaimana sih? Dia nggak sadar apa, ada laki-laki di kamar ini?" lagi-lagi Arsenio menggerutu dalam hati.
"Sial, kok aku jadi bodoh begini? Aku memang ada di kamar ini, tapi yang dia tahu , aku kan koma?" Arsenio merutuki kebodohannya sendiri.
Di sisi lain, Aozora yang sudah selesai meraih pakaian yang hendak dipakai menjatuhkan handuknya ke lantai, hingga membuat Arsenio memejamkan matanya kembali dengan cepat. Namun, karena penasaran atau memang karena naluri seorang laki-laki, Arsenio tetap mengintip dan melihat wanita itu saat mengenakan pakaian ke tubuhnya. Tanpa disadarinya sesuatu di bawah sana yang tadinya tertidur pulas, menggeliat bangun.
"Sialan, nih benda pakai bangun segala lagi. Bagaimana nutupinnya?" Arsenio mulai panik. "Kalau begini terus, berarti aku akan tersiksa berkali-kali. Brengsek!" umpat Arsenio, membayangkan kejadian seperti ini akan terus berlanjut kalau dirinya tetap berpura-pura koma.
Sementara itu, Aozora kini sudah selesai berpakaian. Wanita itu, menutup kopernya kembali dan menyisihkannya ke dekat tembok.
"Nanti saja deh aku susun ke lemari. Aku capek sekali, mau istirahat dulu," gumam Aozora, kemudian berbalik menoleh ke arah ranjang.
"Apa tuh yang menonjol ?" gumam Aozora dengan mata yang membesar, menatap ke arah benda yang berada di antara pangkal paha milik Arsenio.
"Sial, dia malah lihat lagi!" umpat Arsenio dalam hati. Karena dia mendengar apa yang diucapkan oleh Aozora.
Aozora refleks menyilangkan tangan untuk menutupi dadanya. "A-apa dia melihat aku berpakaian tadi?" ucap Aozora lagi.
"Tapi, tidak mungkin kan? Dia kan masih koma? Jadi tidak mungkin dia lihat. Tapi, kenapa bisa menggembung begitu ya? Dan besar sekali, ihh," Aozora bertanya sendiri, tapi dia jawab sendiri.
"Sial, bisa-bisanya dia membicarakan si Otongku di depanku langsung. Yang tadi dia bilang besar, pujian apa hinaan ya? Pujian kali ya? Ya, iyalah, masa kecil. Masih tertutup saja dia sudah kaget begitu, belum juga lihat aslinya," Arsenio, mulai membanggakan diri sendiri.
Wangi sabun semakin bisa tercium oleh hidung Arsenio, dan itu berarti Aozora sudah berdiri dekatnya. Benar saja, ketika Arsenio mencoba untuk mengintip, wajah wanita itu, sudah berada tepat di atas benda paling keramat miliknya, apalagi senjata Laras panjang yang sekarang dengan lancangnya semakin menggeliat. Arsenio melihat jelas, kalau hidung wanita itu hampil menempel ke benda itu.
"Oh, Sh*it dia lagi ngapain sih?" umpat Arsenio.
"Tapi, sepertinya dia cantik," puji Arsenio tanpa sadar. Karena memang dia belum bisa melihat jelas wajah wanita itu.
"Aku pegang, kayanya gak pa-pa kali ya? Dia tidak tahu ini. Soalnya, aku penasaran," gumam Aozora yang tentu saja terdengar jelas di telinga Arsenio.
"Mati aku! please jangan pegang!" Arsenio memohon dalam hati.
Sementara itu, Aozora mengerjab-erjabkan matanya. Dengan tangan bergetar dan sembari menggigit bibirnya, wanita itu mengangkat tangannya hendak menyentuh benda yang membuatnya sangat penasaran. Namun, belum berhasil tangannya mendarat di benda itu, ponselnya tiba-tiba berbunyi, pertanda ada pesan yang masuk. Tanpa Aozora sadari, Arsenio mengembuskan napas lega.
Aozora sontak mengurungkan niatnya dan berjalan ke arah nakas, tempat di mana Ponselnya dia letakkan.
"Tsania kirim pesan?" batin Aozora dengan kernyitan di dahinya.
Aozora, sontak membuka pesan dari Tsania.
" Lihat, Dimas sangat mencintaiku. Dia tidak mau lepas dariku," Ternyata Tsania mengirimkan photo dirinya sedang bermesraan dengan Dimas, pria yang hampir saja akan menjadi suaminya.
"Sialan!" umpat Aozora yang membuat Arsenio, penasaran. "Kenapa dia mengumpat? Apa yang dia baca di ponselnya itu?" batin Arsenio.
"UPS, kepencet! Maaf, aku memang sengaja.Kamu pasti tidak pernah diginiin sama Dimas kan? Pasti tidak pernah, soalnya kata Dimas, kamu itu sok suci jadi ngebosenin," lagi-lagi Tsania mengirimkan pesan untuknya. Adiknya sepertinya memang sengaja melakukan hal itu untuk memanas-manasinya.
"Iya, dong. Aku kan mahal bukan seperti kamu yang murahan. Biasanya yang murah itu memang disukai, tapi kualitasnya buruk sehingga tidak perlu menunggu lama, akan cepat dibuang juga," akhirnya Aozora memutuskan untuk membalas pesan itu.
"Sialan, awas kamu ya!" Tsania kembali membalas pesan adiknya itu.
"Iya, tenang saja. Entar aku awasin!" Aozora tidak mau mengalah.
"Hahaha, katanya mahal. Mahal, kalau hanya untuk bayar utang papa untuk apa? udah bayar utang, nikahnya sama laki-laki lumpuh lagi. Kasihan, hidupmu hanya melayani orang lumpuh. Makan itu mahal!" Tsania mengirimkan pesan lagi yang diakhiri dengan emoticon mengejek.
"Kamu memang ditakdirkan untuk hidup di bawah kesialan. Udah mamanya diselingkuhi, stres sampai meninggal, eh. Sekarang perusahaan yang diwariskan malah jatuh ke tanganku. Ingin aku kasihan karena bagaimanapun kamu itu kakaku, tapi entah kenapa aku tidak bisa kasihan, justru aku bahagia lihat kesialanmu!" lagi-lagi Tsania mengirimkan pesan, dan pesan kali ini benar-benar sangat menyakitkan.
"Jaga ucapanmu! Jangan bawa-bawa mamaku! Dia itu terlalu baik untuk disinggung mulut kotormu. Oh ya, sekarang kamu boleh berbangga dulu, tapi aku akan pastikan kalau perusahaan mamaku itu akan kembali ke tangan yang berhak. Lihat saja nanti, karena aku tidak akan tinggal diam!" Balas Aozora yang kemudian memilih untuk memblokir nomor adiknya itu.
Aozora kemudian naik ke atas ranjang dan merebahkan tubuhnya tepat di samping Arsenio. "Ma, kenapa Mama cepat meninggalkanku sih? Mama lihat, aku tidak punya siapa-siapa sekarang. Bahkan papa juga tidak menyayangiku. Mama enak, sudah bahagia di sana, tapi kenapa mama pergi sendiri, kenapa tidak mengajakku sih? Aku ingin ikut mama saja!" ucap Aozora sembari mulai menangis. Wanita itu menangis sampai sesunggukan, hingga membuat pria yang terbaring di sampingnya itu semakin penasaran, dengan apa yang membuat wanita itu menangis.
"Tidak, aku tidak boleh lemah. Aku harus kuat, dan aku pastikan kalau aku akan menghancurkan kalian semua!" gumam Aozora sembari menyeka air matanya dan tatapan yang berapi-api penuh dendam.
Namun, wanita itu kembali menangis karena ingatan akan perlakuan papanya kembali terlintas di kepalanya. Cukup lama Aozora menangis, sampai tidak sadar, saking capeknya, wanita itupun terlelap.
Merasa napas wanita di sampingnya itu sudah terdengar teratur, Arsenio pun membuka matanya kembali. Dia menoleh ke arah Aozora, dan untuk pertama kalinya, pria itu bisa melihat jelas wajah wanita yang sudah menjadi istrinya itu, karena kebetulan wajah Aozora, menghadap ke arahnya.
"Cantik," itulah kata pertama yang terucap dari mulut Arsenio, ketika melihat wajah Aozora.
tbc
dan menjemput kebahagian masing-masing
bukan aku.
semudah itu di gertak
kalau cinta itu udah pasti di Zora.
laki-laki itu bisa menyentuh perempuan tanpa rasa yang penting puas.
yah kamu juga nya jalang Tsania.
jadi gimana enggak tergoda coba namanya laki-laki
memaki dan berteriaklah sepusamu dan gue akan bekerja dengan diam sampai membuat mulut kalian diam