Kisah ini adalah kelanjutan dari Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas.
Di sini, Author akan lebih banyak membahas tentang Arjuna Jati Manggala, putra dari Arsha dan Raina yang memiliki Batu Panca Warna.
Batu Panca Warna sendiri di percaya memiliki sesuatu yang istimewa. 'Penanda' Bopo ini, barulah di turunkan pada Arjuna setelah ratusan tahun lamanya. Jadi, Arjuna adalah pemegang Batu Panca Warna yang kedua.
Author juga akan membahas kehidupan Sashi, Kakak Angkat Arjuna dan juga dua sepupu Arjuna yaitu si kembar, Naradipta dan Naladhipa.
Beberapa karakter pun akan ada yang Author hilangkan demi bisa mendapatkan fokus cerita.
Agar bisa mengerti alurnya, silahkan baca terlebih dahulu Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades dan juga Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas bagi pembaca yang belum membaca kedua Novel tersebut.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Rumah Baru
"Ini rumah baru kita, Yah?" Tanya Arjuna.
"Iya, kan deket dari kampus Mbak Aci. Kalo jalan kaki cuma lima belas menit." Jawab Arsha.
"Berarti Mbak Aci gak jadi Kost?" Tanya Arjuna.
"Udah beli rumah, ngapain ngekost sih, Nang. Aneh kamu ini." Sahut Raina.
"Ini kalo Mbak Aci gak kuliah di sini, gak mungkin Ayah beli rumah di Kabupaten." Kata Arjuna.
"Namanya juga anak Ayah." Sahut Sashi sambil menjulurkan lidah ke arah Arjuna untuk meledek.
"Biar enak kalo mau nginep - nginep di Kabupaten, Nang. Gak enak kalo mau nginep di rumah Mika terus." Kata Arsha.
"Eleh, alasan aja Ayah ini. Sebenernya karna gak rela kan anak wedoknya ngekost. Kamarnya kecil, cuma sepetak." Kata Arjuna sambil mencebik hingga membuat Arsha dan Raina tertawa.
"Nanti kalo aku Kuliah, beliin rumah juga kalo gitu." Kata Arjuna.
"Di Kota kan ada Apartemen udahan." Jawab Arsha.
"Yaudah. Beliin mobil kalo gitu." Pinta Arjuna.
"Mobil Ayah di sana kan ada." Jawab Arsha.
"Lagian ya, Ayah dulu juga pake mobilnya Yang Kung waktu masih Kuliah. Mau punya mobil sendiri, ya beli sendiri. Jangan mau enaknya aja." Imbuh Arsha yang membuat Arjuna mencebik.
"Mbak Aci berani sendirian di sini?" Tanya Arjuna saat masuk ke dalam rumah yang cukup besar itu.
"Berani lah, rumah sendiri." Jawab Sashi.
"Yakin?" Tanya Arjuna dengan wajah meledek.
"Iya, yakin." Jawab Sashi tanpa ragu.
"Lagian apa yang di takutin sih, Nang? Kan di depan di jaga sama Satpam perumahan. CCTV juga ada di mana - mana, tuh." Kata Raina sambil menunjuk beberapa CCTV yang ada di dalam dan di luar rumah.
"In Syaa Allah aman. Udah di atur sedemikian rupa sama Ayah biar aman." Imbuh Raina kemudian.
"Mbak Aci gak di kasih motor, Yah?" Tanya Arjuna lagi.
"Sama Om Falih di suruh pake motor Mika yang nganggur di rumahnya. Dari pada gak kepake, mending di pake Mbak Aci." Jawab Arsha.
"Ngambil ke rumah Mika?" Tanya Arjuna.
"Enggak, nanti di kirim sama Om Falih kalo Mbak Aci udah mau mulai Kuliahnya." Jawab Arsha.
"Ayo, di adzani dulu, Nang." Titah Arsha.
Arjuna yang mengerti pun langsung mengumandangkan adzan di setiap sudut rumah baru mereka. Tak hanya itu, Arsha dan Arjuna juga melakukan ritual agar rumah mereka 'terjaga'
Setelah sholat isya berjamaah di rumah, mereka melanjutkan dengan mengaji khususnya membaca surat Al - Baqarah agar rumah mereka menjadi 'terang' dan nyaman.
"Wih, enak banget nyantai di halaman belakang ini." Kata Arjuna sambil merebahkan diri di lincak (kursi panjang yang terbuat dari bambu).
"Sejuk ya, Jun." Timpal Sashi.
"Ini atapnya bisa di geser ya, Yah?" Tanya Sashi pada Arsha.
"Iya, Mbak. Biar air hujan gak masuk, tapi kita juga bisa dapet udara yang seger waktu cuaca cerah." Jawab Arsha.
"Kalo di Perumahan ini harus pinter - pinter manfaatin lahan. Tanahnya cuma sejengkal soalnya." Imbuh Arsha.
"Jengkalnya siapa lho, Yah, yang segede rumah ini?" Tanya Arjuna yang membuat Arsha, Raina dan Sashi tertawa.
"Jengkale Buto! (Jengkalnya Raksasa.)" Jawab Arsha di sela - sela tawanya.
Mereka menginap di rumah baru mereka selama dua hari. Mereka pun berkenalan dan beramah - tamah dengan tetangga yang ada di sekitar rumah mereka.
Selain itu, mereka juga mengurus segala kebutuhan Sashi yang sebentar lagi akan memulai Kuliahnya di Fakultas Kedokteran. Ia mendapat Beasiswa pendidikan di Fakultas Kedokteran yang ada di Universitas terbaik di Kabupaten.
"Ayah dari mana sih, Yah?" Tanya Sashi yang sedari tadi mencari keberadaan Ayahnya.
"Ngobrol di depan sama Satpam itu. Sekalian ngasih kue." Jawab Arsha.
"Emang beda kalo social butterfly ini. Duduk bentar, tau - tau udah kenal orang se Komplek." Celetuk Arjuna yang membuat Ayahnya tertawa.
"Mbak Aci kenapa nyari Ayah?" Tanya Arsha.
"Mau ke Kampus, kan harus ambil Almamater, Yah." Jawab Sashi.
"Berdua aja sama Juna, ya." Kata Arsha.
"Oke, Yah. Ayo, Sayangku." Jawab Arjuna sambil merangkul Sashi.
"Jangan ngeluyur lho, Nang." Pesan Arsha.
"Hati - hati bawa mobilnya, Mas. Mbaknya jangan di tinggal - tinggal." Pesan Raina.
"Tenang aja Yah, Bu. Tak jagain Mbakku yang cantiknya sundul langit ini. Biar gak di gangguin sama Kadal apa lagi Buaya." Jawab Arjuna yang kembali memecah tawa.
Setelah berpamitan, Arjuna dan Sashi segera berangkat menuju ke Kampus. Di sana, Arjuna selalu mengekori Sashi kemanapun Sashi pergi.
"Ora retine, podo karo Ayahe. Podo - podo leh social butterfly. Menclok sitik, moro - moro koncone wes kemruyuk. (Gak taunya, sama kayak Ayahnya. Sama - sama social butterfly. Hinggap sedikit, tau - tau temannya sudah banyak.)" Cicit Arjuna yang tak sadar diri saat melihat Sashi asyik mengobrol dengan beberapa calon Mahasiswa Baru yang ia temui.
"Nyusul Zaline yok, Mbak?" Ajak Arjuna ketika mereka selesai dengan urusan di Kampus.
"Gak nelfon Mika dulu? Nanti gak ada di rumah." Jawab Sashi.
"Gak usah, kalo Mika sama Om Falih gak ada, malahannya kita culik anak - anaknya." Kata Arjuna yang tersenyum jahil.
"Yaudah, ayo." Kata Sashi.
Mereka pun segera menuju ke rumah Ashoka. Kebetulan, saat sampai di sana, Ashoka dan Falih sedang berada di Rumah Sakit. Di rumah, hanya ada Zaline dan pengasuhnya. Sementara Rion dan Saga sedang berada di rumah Nenek dan Kakeknya.
"Cus, Zaline aku bawa, ya." Kata Sashi yang memang sudah mengenal semua orang yang bekerja di rumah Ashoka.
"Udah bilang sama Ibu dan Bapak, Mbak?" Tanya Pengasuh Zaline.
"Gak usah bilang, Cus, tak culik aja, Zaline. Biar Mika sama Om Falih nyariin." Kekeh Arjuna yang membuat Pengasuh Zaline tersenyum sambil geleng - geleng kepala.
"Yasudah, Cus siapin keperluan Zaline dulu, Mas, Mbak." Pamit Pengasuh Zaline.
Ia tentu membiarkan Zaline di bawa oleh Sashi dan Arjuna walaupun belum izin pada Ashoka maupun Falih. Karena Arjuna dan Sashi bukanlah orang lain dan bocah dua tahun itu selalu nyaman juga senang saat bermain dengan keduanya.
"Loh! Kok pulang - pulang bawa Zaline? Rion sama Saga, mana?" Tanya Raina yang kemudian memeluk dan menciumi Keponakannya.
"Rion sama Saga lagi di rumah Neneknya, Bu. Cuma ada Zaline di rumah." Jawab Sashi.
"Mika sama Om Falih gak ada?" Tanya Arsha.
"Gak ada, Yah. Mika sama Om di Rumah Sakit." Jawab Arjuna yang membawa tas berisi keperluan Zaline.
"Kamu pasti di culik sama Mas Juna dan Mbak Aci ya, Nduk?" Tebak Arsha yang kini sudah menggendong Zaline.
"Gak bilang sama Mika?" Tanya Raina.
"Enggak, Bu. Biar Mika nyariin anaknya." Jawab Arjuna sambil cengar - cengir.
"Ngawur kamu ini, Mas, Mbak." Omel Raina.
"Juna yang ngajarin, Bu. Aci cuma ngikut aja." Kekeh Sashi.
Ponsel Arjuna berdering saat mereka sedang asyik bermain dengan Zaline yang sama sekali tidak rewel.
"Assalamualaikum. Kenapa Mika?" Tanya Arjuna saat mengangkat panggilan vidio dari Ashoka.
"Waalaikumsalam. Mas Juna ini bener - bener, ya! Main nyulik Adeknya aja. Awas nanti kalo Adekmu udah lahir, gantian Mika culik biar kamu nyariin." Omel Ashoka yang membuat mereka semua tertawa.
up nya double² gitu to
🙏🙏🙏🙏
semoga ga berubah pikiran ya kalo mereka tau 🙏🙏