Cinta Dalam Nestapa Season 4
Andara Prameswari Haryawan.
Gadis cantik berniqob harus mengalami pahitnya hidup dalam berumah tangga. Ia dikhianati oleh suaminya ketika usia pernikahan baru seumur jagung.
Andara tidak percaya jika suaminya selingkuh jika belum di lihat dengan mata kepalanya sendiri. Ia berusaha menyelidiki sendiri dengan caranya hingga bukti menunjukkan apa yang ia cari.
Saat ia ingin mengadukan hal itu kepada semua keluarga, nahas dirinya sudah terlebih dahulu di bunuh oleh suami dan selingkuhannya.
Andara antara hidup dan mati saat meregang nyawa ia berdoa,
"Ya Robb, jika memang cukup disini takdirku. Maka aku ikhlas. Tapi aku meminta satu hal. Aku ingin bangkit kembali dengan wujud yang baru agar bisa menghukum orang yang telah tega membunuhku dan juga janinku! Aku akan menuntut balas atas apa yang ia lakukan padaku dan janinku! Aku akan menjadi maut untuknya!"
Yuk, ikuti kisah Andara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecelakaan yang sengaja di buat
Mobil yang di kendarai Faris menuju ke jalan tol. Sebelum masuk ke jalan tol, ia mengatur posisi Andara yang akan mengemudikan mobilnya sendiri. Sedang dirinya turun.
Sebelum turun, ia menyeringai melihat Andara yang kini menatap tajam padanya. Faris menyeringai dan mendekati Andara.
"Selamat menempuh hidup baru, Sayangku Andara Prameswari! Semoga kamu senang dan bahagia dengan hidup barumu! Dan aku? Akan senang tanpa kehadiranmu di sisiku! Kau! Pembawa sial di dalam hidupku! Selamat jalan, Sayang!" tatapan mencemooh dan juga mengejek Faris, ia layangkan pada Andara yang menatapnya dengan rahang mengeras dan juga sulit di artikan.
"Kau! Kau akan menyesal melakukan ini padaku, Faris! Kau akan menyesal!" lirih Andara sembari menekan pedal gas yang kini sengaja Faris kendalikan dengan remot kontrol.
Faris menyeringai sembari tangan melambai ke arah Andara yang kini terus menoleh padanya dengan tatapan menyeramkan. Faris dan Anita tertawa puas melihat ketidak berdayaan Andara karena diikat di setir mobil miliknya.
Andara menggelutukkan giginya saking geramnya dengan kedua manusia jahannam itu. Andara memejamkan kedua matanya saat ia menerobos palang pintu masuk tol hingga patah dua. Petugas jalan langsung mengejar mobil Andara yang melaju kencang itu.
Faris dan Anita tertawa terbahak melihat mobil Andara sengaja menabrak palang tol begitu kencangnya.
"Hah.. Leganya! Kalau sudah begini, kita bisa bernapas lega karena istri kamu sudah mati!" Anita tertawa terbahak di ikuti oleh Faris yang juga menertawai istrinya yang sengaja ia bu nuh.
"Kamu benar, Sayang. Kita sudah bebas saat ini. Tinggal membereskan pembantu yang dekat dengan Andara selama ini. Semoga kita tidak terlambat. Tapi, ah tidak masalah. Toh, kalaupun mereka berbicara, tidak akan ada yang bisa mencegah kejadian hari ini. Kejadian yang sengaja kita kontrol!" balas Faris sambil tertawa mengingat wajah Andara yang begitu marah padanya karena tidak bisa berbuat apapun.
Keduanya terbahak saat mengingat rencana mereka berjalan lancar tanpa hambatan. Tak ada sedikitpun rasa sesal di hatinya saat berusaha membunuh istrinya sendiri karena takut ketahuan dengan perselingkuhannya yang akan Andara adukan kepada keluarga besar mereka.
Sedangkan Andara saat ini berusaha mengendalikan dirinya saat mendengar ada suara orang menangis di dalam mobilnya tetapi, begitu lirih.
Andara berusaha menajamkan telinganya di tengah jantungnya yang hampir copot saat kecepatan mobil itu semakin kencang saja. Ia tahu, mobil itu ada panel kontrol. Andara sempat melihat di tangan Faris tadi sebelum mobil itu melaju dan menerobos palang tol.
"Hiks.. Ummi.. Kakak takut," isaknya di belakang kursi.
Andara terkejut mendengar suara putrinya. Ia berusaha berbicara walau tubuhnya terasa begitu lemas dan tidak berdaya.
"Sayang, ini Ummi, Nak! Kakak di mana? Bisa ke depan tidak? Ummi kepayahan membuka tali ini! Ck! Dasar Faris sialan! Tega-teganya dia berbuat seperti ini!" gerutu Andara karena tali itu sangat sulit untuk di lepaskan.
Ita yang mendengar suara Umminya segera menuruti perkataan umminya itu. Sekuat tenaga ia memanjati jog mobil umminya. Karena tubuhnya yang kecil membuatnya kepayahan.
Ibu dan anak itu sama-sama menangis. Tidak tahu harus berbuat apa di tengah kecepatan mobil yang semakin kencang. Andara menginjak tuas rem yang tidak berfungsi sama sekali.
"Ya, Allah. Begini sekali nasibku! Menikah dengan suami durjana hingga ingin di bu nuh! Apa salahku padanya? Kenapa dia ingin membunuhku? Sungguh kejam kau Faris! Ternyata, inilah wajah aslimu! Aku menyesal menikah denganmu! Kalaulah ku tahu seperti ini akhir hidupku, maka aku tidak akan pernah menikah dengan pemuda sepertinya! Ita, Sayang, sini Nak! Ummi tak bisa mengambil Ita, Ummi nggak bisa melepaskan tali ini," ucap Andara pada putrinya yang kini sedang berusaha menaiki kembali jog mobil itu dan berhasil melewati tahap pertama.
Ita bergerak cepat menuju umminya. Ia merangsuk masuk ke dalam pelukan umminya yang tangannya kini di ikat di stir kemudi.
Ita memeluk erat sambil menangis bersama Umminya kini yang juga menangis bersama sepertinya.
"Ya, Allah ya Robbi. Jika memang cukup sampai disini perjalanan hidupku dan takdirku. Maka aku ikhlas. Tapi aku meminta satu hal pada-Mu. Aku ingin bangkit kembali dengan wujud yang baru agar bisa menghukum orang yang telah tega membunuhku, anakku dan juga janinku! Aku akan menuntut balas atas apa yang ia lakukan padaku, anakku dan janinku! Aku akan menjadi maut untuknya!" ucap Andara semakin merasa tidak kuat dengan kecepatan mobil yang tidak ada batasnya itu.
Mobil itu semakin melaju kencang tanpa melihat ada tikungan atau apapun itu. Ita semakin kuat memeluk dada sang ummi saking takutnya.
"Ita takut, ummi. Apa kita akan mati?"
Deg
Deg
Jantung Andara berdenyut ngilu mendengar ucapan putri sulungnya itu. "Ya, kita akan mati bersama. Ita ikut ummi. Apa Ita mau Nak?" tanya Andara pada Ita yang mengangguk cepat menanggapi ucapan umminya itu.
Andara tersenyum pilu. Kecepatan mobil itu sudah di luar nalar. Andara sudah melihat tikungan di ujung sana.
"Ikut Ummi, Nak!" katanya pada Ita yang mengangguk setuju. "Asshhaduanla ilahaillallah, washyhauannamuhammadurrasuullah. Laaaila..haillallah.."
Selesai keduanya mengucapkan kata terakhir itu, mobil yang melaju kencang itu langsung menghantam pembatas tol hingga terdengar suara hantaman yang begitu kuat di malam gelap itu.
Mobil itu jatuh berguling-guling ke bawah sana hingga terdengar suara ledakan yang begitu dahsyat hingga mengejutkan pengendara lain yang sedang melintas. Salah satunya mobil Pajero berwarna putih di jalan sebelahnya. Ia menghentikan mobilnya dan turun melihat mobil itu.
Dirinya terpaku melihat mobil itu yang sudah mengeluarkan api dari kap depan. Secepat kilat ia turun menyusuri tebing dan menuju ke mobil Andara yang kini sudah terbakar bagian depannya itu.
Kondisi mobil itu penyok hingga sulit untuk di lihat apakah ada penumpangnya atau tidak. Lelaki itu segera turun tanpa memikirkan keselamatannya.
Hanya bermodalkan senter di ponselnya ia turun dan melihat lebih dekat. Dirinya terkejut bukan main saat melihat sosok tangan kecil meregang-regang mencari jalan keluar. Secepat kilat ia menolongnya.
Pintu mobil yang sulit terbuka, membuatnya kesulitan. Tetapi ia tidak hilang akal begitu saja. Ia mencari sepotong kayu untuk bisa membuka pintu mobil yang sudah penyok itu.
Napasnya memburu. Ia sekuat tenaga membuka pintu yang penyok itu hingga terdengar suara lirih seorang anak kecil memanggil umminya.
"U-ummi.. Ka-kak uhuk nggak ku-kuat.." suara lirih itu membuat tubuhnya bergetar seketika. Tanpa sadar air matanya mengalir saat mendengar suara halus dan kecil itu.
Asap dan api terus membakar mobil itu. Hingga perjuangan terakhirnya, ia bisa mengeluarkan keduanya dalam keadaan terluka parah.
"Ya, Allah..."
Ddduuaar!