seorang Alika Alexandra, jenius dari zaman modern. berpindah ke tubuh seorang putri yang di asingkan.
setelah bangun di tubuh putri Amelia anabela Allen itu dan mengetahui kisah tentang hidup sang gadis, ia bertekad untuk menjauh saja. melupakan tentang balas dendam. karena, balasan dendam terbaik nya, ialah hidup sukses dan baik tanpa pasongan dari orang lain.
lagi pula, tubuh ini adalah miliknya dan terserah dia mau bagaimana. tapi, perlu di garis bawahi, ia tidak akan mencari musuh, tapi kalau musuh datang, ia takkan lari.
lalu, bagaimana kisah nya nanti.? apakah ia akan berhasil dengan rencana hidupnya ? ikuti terus ya...🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa saumatgerat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. perpustakaan ruang dimensi
Untuk perkenalan, Alen membawa amelia kesebuah perpustakaan yang ada di ruang dimensi itu. Perpindahan mereka cukup cepat, sehingga membuat amelia sedikit merasa pusing.
"Aduh, alen. Bisa tidak kamu berpindah ngomong dulu, biar aku siap, ini kamu melakukannya dengan cepat, membuat orang terkejut saja." Protes amelia. Namun alen tidak mengubris sama sekali. Amelia yang melihat bocil itu diam saja, langsung merasa kesal.
"Uuhh... untung kamu imut, kalau tidak sudah ku goreng kamu." Gumamnya dengan suara pelan. Tapi masih di dengar oleh alen. Namun ia tetap tak peduli.
"Nona. Mulai sekarang, aku akan memperkenal kan kamu terlebih dahulu tentang ruang dimensi milikmu, dan juga beberapa pengetahuan tentang dunia ini. Saya tau nona, anda masih belum memahami dunia ini, walaupun sudah tinggal sebulan." Ujar alen langsung membuat amelia melotot. Kenapa alen tau, kalau ia sidah sebulan berada di dunia antah berantah ini. Melihat ekspresi itu, alen lagi-lagi bersuara.
"Nona tidak perlu terkejut seperti itu. Walaupun tubuh ku kecil, tapi pengetahuanku luas. Termasuk nona yang tidak berasal dari zaman ini, tapi dari masa depan. Tepatnya, jiwa mu yang berasal dari masa depan." Ujarnya lagi. Wah, keren. Itulah kesan pertama amelia tentang ya dijalani sekarang. Amelia benar-benar dibuat takjub.
"Wah, kau sangat keren Alen." Ujar Amelia membenarkan dan tak membantah. Setelah itu, Alen langsung menyerahkan dua buku yang tebalnya, seperti kita Injil. Amelia lagi-lagi dibuat melongo.
"Apa ini.?" Tanya Amelia dengan kedua buku yang sudah ada di tangannya. Amelia menjadi kerepotan karena dua buku itu. Alen tersenyum devil. Tapi, tak membuat Amelia takut, justru terlihat lucu di matanya. Melihat sang tuan tak merasa takut terhadap nya, langsung membuat ia kesal.
"Hais. Baiklah nona. Nanti kita mengobrol lagi. Silahkan baca dan pelajari buku ini terlebih dahulu." Ujar Alen dan langsung mengirim Amelia keluar. Untuk sementara, ia yang akan mengatur keluar masuknya sang nona. Setelah nanti, sang nona sudah mempelajari buku yang ia berikan tadi, baru Alen akan mengajarinya bagaimana memasuki ruangan dimensi nya sendiri.
***
Ke esok harinya. Sesuai dengan apa yang telah mereka rencanakan. Ketiga gadis itu pun mulai bersiap-siap untuk berangkat kehutan mencari bahan makanan. Mereka akan melewati bukit yang tidak terlalu tinggi namun cukup untuk membuat lelah dalam perjalanannya. Sebelum berangkat, kedua pelayan itu melihat sekali lagi kearah Amelia dan bertanya.
"Apakah kamu yakin mau ikut. Putri ? Apa nggak sebaiknya putri istirahat saja di sini. Kami khawatir, putri juga baru sadar kemarin dari sakit mu.." ujar ruby, selaku yang tertua di antara mereka bertiga. Amelia tersenyum mendengar kekhawatiran mereka.
"Tidak apa-apa, aku sudah kuat. Aku kan sudah sebulan istirahat. Malahan, kalau di bawa istirahat malah membuat pinggang tambah encok." Ujarnya sambil memegang pinggang nya dengan kedua tangannya. Jangan lagi, ia sudah beristirahat selama sebulan. Jadi, tidak mau jamuran akibat tidak melakukan apa-apa. Ia mendekat kepada kedua baby harimau yang sedang bermain tidak jauh dari kakinya. Mendengar kata encok, Sisil dan ruby pun saling memandang. Kemudian kedua nya bertanya.
"Encok..?? Apa itu encok putri ? Apakah itu nama makanan..?" Tanya Sisil dengan sejuta pertanyaan dikepalanya. Mendengar penuturan Sisil, Amelia langsung merasa lucu. Iya kan, mereka berada di zaman jahiliah atau zaman kebodohan, dimana disini banyak istilah yang tidak boleh sembarang sebut. Sambil mengusap usap baby harimau, Amelia menjawab pertanyaan itu.
"Hehehe.. encok itu sama dengan badan yang sakit sakit akibat terlalu banyak duduk atau tidur. Jadi, untuk menyingkat ungkapan itu, disebut dengan encok. Hehehe..." Jelas Amelia. Iya ngak sih sebutannya. Bodi amat lah. Sisil dan ruby pun kembali melirik satu sama lain. Sejak kapan ada istilah seperti itu.
"Yasudah, yasudah. Sebaiknya kita lanjutkan saja perjalanan kita. Memangnya kalian ingin berlama-lama. Ayolah, biar kita cepat kembali." Ujar Amelia. Ia memutuskan untuk menghindari pertanyaan pertanyaan yang mungkin akan di layang kan kembali padanya.
" Eh, iya. Ya sudah.. ayo kita pergi. Nanti keburu siang.." ujar mereka kembali. Setelah itu, mereka langsung bergegas meninggalkan gubuk dan pergi kehutan untuk mencari tumbuhan atau buah-buahan yang bisa di konsumsi.
Tak lupa dengan kedua baby harimau yang berada di atas keranjang.
Diperjalanan, Amelia kembali mengingat kejadian yang ia anggap mimpi. Yaitu terjebak di ruang dimensi yang sangat indah di pandang mata. Ia mengira itu benar mimpi, tapi terbantahkan karena adanya dua kitab yang setebal Injil disampingnya ketika terbangun.
Flashback
"Aduh..!!" Seru Amelia seolah terlempar dari ketinggian. Kemudian ia membuka matanya dan tersadar, kalau ia barusan tadi bermimpi.
"Gila, deg deg degan jadinya. Kirain benaran jatuh dari ketinggian." Ujar Amelia mendudukkan tubuhnya sambil mengusap-usap dadanya yang masih berdetak kencang. Ia mengingat kembali hal-hal yang baru dia alami di dalam mimpinya. Namun, sekilas ia menampilkan senyum mengejek.
"Ada-ada saja. Memanglah, mimpi itu bunganya tidur." Ucap Amelia. Amelia pun bersiap untuk tidur kembali, namun sebelum itu, ia memutuskan untuk melihat kedua baby harimau yang tertidur tak jauh dari nya.
Setelah itu, saat Amelia akan bersiap untuk tidur kembali, matanya langsung menangkap dua tumpuk buku yang begitu tebal. Dengan penerangan yang seadanya, Amelia pun meraba buku-buku itu dan membaca sampul nya.
"gila m buku, udah gedek, tebal lagi ? mang ada ya buku seperti ini. aneh." ujar Amelia kembali dibuat bingung. ia menggarut pipinya yang tidak gatal itu. kemudian memutuskan untuk membuka nya. Amelia mengerutkan keningnya ketika membaca isi buku itu.
Disana tertulis penjelasan cara menjadi seorang kultivator dan dunia ini, yang satunya lagi agak sedikit tipis dari buku pertama, namun tidak tipis tipis amat. Buku itu penjelasan mengenai ruang dimensi. Setelah membaca dan menyerap informasi sedikit. Amelia pun mulai mengerti.
"kultivator.? apa itu.? Mm... Aku mengantuk. Sebaiknya aku tidur saja dulu. Nanti ku lanjutkan lagi. Aku harus menyediakan tenaga untuk besok." Ujat nya dengan pelan. Setelah itu, ia meletakkan dua buku itu ke tempat yang aman. Dan melanjutkan tidurnya.
Flas of
***
Kini ketiganya telah sampai di perbatasan hutan yang akan mereka telusuri nanti. Topografi hutan itu tentu saja beragam, ada yang mendaki, menurun dan juga yang mendatar
"Apakah ini hutan yang sering kalian kunjungi..??" Tanya Amelia kepada kedua pelayannya itu. Ia mengamati hutan itu dengan seksama. Kalau memang seandainya hutan ini yang sering mereka kunjungi. Seharusnya dapat banyak bahan makanan. Karena, kalau dilihat lihat oleh Amelia, hutan ini menyediakan banyak bahan makanan. Contohnya, sebelum mereka masuk kedalam hutan paling dalam, di pinggiran hutan pun sesudah terlihat beberapa makanan yang dapat di konsumsi.
"Iya Nona. Hutan ini lah yang sering kami datangi. Dan kami hanya dapat sedikit, itupun harus masuk kedalam hutan dan juga harus berhati-hati, dengan hewan-hewan buas yang ada di hutan ini." Jelas Sisil kepada Amelia. Amelia pun menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Tanpa menunggu dan banyak tanya lagi, Amelia langsung berjalan ke depan sambil berseru.
untuk terus berkembang menjadi yg terbaik
ada rendang di jaman kerajaan (cakeeep)
makin kacau meeen....😆😆😆
keluar segera dari hutan dan memulai hidup dan bisnis yg baru di daerah lain.
walau itupun kesalahan kita, tapi seharusnya sebagai ortu bisa bijaksana dalam menyikapi.
Kutunggu part 2 nya🤍