NovelToon NovelToon
Temanku Ayah Sambungku

Temanku Ayah Sambungku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Cinta Terlarang / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Dendam Kesumat
Popularitas:453
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

"Kamu serius Jas? Kamu merestui mama pacaran sama Arjuna? Temen kamu?" tanya Cahaya tak percaya. Senyum lebar mengembang di bibirnya.


"Lo nggak bohong kan Jas? Lo beneran bolehin gue pacaran sama nyokap Lo kan?" tanya Arjuna. Meskipun merasa aneh, tapi dia juga cukup senang. Berharap jika Jasmine tidak mengecewakan mereka.

Jasmine melihat sorot kebahagiaan dari mamanya dan Arjuna. Hatinya terasa sesak, benci. Sulit baginya menerima kenyataan bahwa Mamanya bahagia bersama Arjuna.

*
*
*

Hmm, penasaran dengan kelanjutannya? baca sekarang, dijamin bakal suka deh:)))

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26. Kunci Emas

"Sudah kamu pelajari semuanya Jun berkasnya?" tanya Cahaya kepada Arjuna, masih sembari tersenyum.

Jasmine menyadari senyuman itu, ia lantas berdecak kesal.

"Sudah Yang, cuma ada beberapa hal yang belum aku ngerti. Nanti kamu ajarin aku ya," mohon Arjuna, ia bahkan tanpa ragu atau sungkan memegang tangan Cahaya, tepat di depan Jasmine.

Jasmine melihat itu semakin kesal, matanya melotot tajam, menatap ke arah Arjuna dan Cahaya yang tampak mengabaikannya. Dia berdecak lagi. "Kalau kalian mau mesra-mesraan mending aku balik aja deh! Kayaknya kedatangan aku sangat nggak di inginkan di sini!"

Jasmine berbalik, hendak melangkah pergi. Arjuna dan Cahaya yang melihat itu terkejut. Cahaya langsung melepaskan tangan Arjuna dan berlari kecil mengejar Jasmine. Ia meraih tangan Jasmine, menghentikan langkahnya.

Jasmine berhenti, lalu berbalik. "Kamu jangan pergi ya, tadi katanya kamu mau kerja di kantor mama? Kamu mau Mama ajarin sayang?" tanya Cahaya lembut.

"Serah!" ketusnya. Matanya tajam menatap ke arah mamanya, yang balas menatapnya lembut.

Cahaya menarik Jasmine menuju ke mejanya, lalu ia kembali duduk. Jasmine berdiri di depan meja mamanya, melirik tajam kearah Arjuna.

"Gue benci banget sama Lo Jun! Selamanya gue benci sama Lo!" batin Jasmine, matanya masih menatap tajam Arjuna. Arjuna, yang menyadari tatapan tajam Jasmine, hanya bisa menghela napas dalam-dalam

Cahaya lantas membuka lacinya, mengeluarkan beberapa berkas dan map, lalu meletakkannya di atas meja. Dia membuka satu persatu map itu, lalu menatap ke arah Jasmine dan menyerahkan map itu kepadanya.

"Kamu baca ya, nanti yang nggak ngerti kamu bisa tanya sama mama," kata Cahaya. Jasmine menerima semua map itu, lalu membuka salah satunya.

Keningnya berkerut, membaca semua tulisan di dalam map itu. Sangat rumit, aneh. Dia tak pernah melihat semua itu dalam hidupnya. Lalu Jasmine menoleh ke arah Cahaya.

"Semuanya aku nggak ngerti. Mama tau kan kalau aku itu nggak pernah berkutat dengan dunia perkantoran sebelumnya? Mama ajarin aku!" perintah Jasmine, suaranya sedikit meninggi, matanya tajam, persis seperti mamanya.

Cahaya menghela nafas, lalu dia mengangguk, "Baiklah mama ajarin. Kamu mau kita belajar di mana, Jas?" tanya Cahaya, sedikit lelah.

Sebenarnya hari ini dia masih memiliki banyak agenda dan pekerjaan. Tapi Jasmine sudah memaksa. Sifat Jasmine sangat mirip dengannya, jadi jika sudah memaksa seperti ini, pasti dia akan terus memaksa sampai keinginannya terpenuhi.

Arjuna tajam menatap Jasmine. "Jas, Lo nggak bisa seenaknya memaksa kayak gini! Kerjaan nyokap Lo banyak, harusnya Lo bisa ngerti dan minta belajar sama karyawan lain!" Arjuna berusaha mengingatkan Jasmine, tapi nada bicara Arjuna yang sedikit meninggi dan ketus membuat Jasmine tidak suka.

Dia lalu menatap Arjuna tajam. Tatapannya seperti ingin membunvh. "Lo siapa di sini hah?! Nggak usah banyak bac0t! Gue nggak ngomong sama Lo!" bentak Jasmine.

Arjuna meradang. Jasmine benar-benar tidak tahu tempat dan situasi. Sekarang sedang berada di kantor, tapi sikap dan ucapannya malah seperti itu. 

"Gue asisten pribadi Bu Cahaya. Gue di sini mau ngingetin Lo kalo apa yang Lo lakuin itu salah. Kerjaan nyokap Lo banyak Jas, jangan paksa dia buat ngajarin Lo!" Arjuna kini memohon. Dia berharap Jasmine mengerti dan tidak memaksa Mamanya lagi.

Tapi Jasmine tetaplah Jasmine. Dia yang keras kepala dan tidak bisa ditentang tidak menerima semua itu. "Asisten pribadi?? Hahaha, kocak banget nih kantor. Ngajak ngelawak kali ya, hahaha." Jasmine tertawa, kesannya mengejek Arjuna.

Cahaya tak mengerti kenapa Jasmine tertawa. Dengan bingung dia bertanya, "Kok kamu ketawa? Kenapa? Mama kok yang ngangkat Arjuna jadi asisten pribadi. Dia layak dan cocok untuk posisi ini." 

Jasmine masih tertawa, bahkan kini semakin tak terkendali. "Hahaha, astaga Ya Tuhan, lucu bangett. Ma, hahaha... model-modelan kayak Arjuna gini mama jadiin asisten pribadi? 

Mama nggak salah?" Seakan apa yang mamanya dan Arjuna katakan itu adalah sebuah lelucon yang pantas untuk ditertawakan, Jasmine tidak juga berhenti tertawa.

"Emangnya gue nggak pantes jadi asisten pribadi Bu Cahaya?" tanya Arjuna, suaranya sedikit bergetar. Tatapannya masih tajam, seperti pisau.

Jasmine menatap Arjuna, tatapannya terkesan meremehkan. "Masih nggak nyadar lagi Lo. Haduh, Lo tuh awalnya ob ya Arjuna, Lo nggak cukup pinter buat ada di posisi ini. Lo masih nol, sama kayak gue. Harusnya ngerti dong Lo!" Tangan Jasmine terangkat, jari telunjuknya menunjuk ke muka Arjuna.

"Jasmine, udah dong! Jangan marah-marah di sini, Ini kantor, bukan lapangan. Please ya, mama mohon jangan bikin keributan di sini," ucap Cahaya menengahi. Suaranya lembut, berharap peringatannya ini bisa membuat Jasmine tenang dan tidak lagi marah-marah kepada Arjuna.

Lalu Jasmine menoleh ke arah mamanya, tatapannya yang tadinya tajam, seperti saat menatap Arjuna, perlahan berubah. Matanya berkaca-kaca, air matanya mengalir deras. Jasmine menangis, tangannya terangkat menutupi wajahnya.

Huhuhu...

Cahaya dan Arjuna terkejut melihat Jasmine yang tiba-tiba menangis. Keduanya saling pandang, lalu kembali menoleh ke arah Jasmine.

Cahaya berjalan mendekati Jasmine, lalu menepuk pundaknya. "Jas, kamu kok nangis? Maaf ya kalau ucapan Mama udah bikin kamu nangis," kata Cahaya merasa bersalah.

Jasmine langsung menepis tangan Mamanya yang menyentuh pundaknya, raut wajahnya terlihat kesal. Tangannya yang menutupi wajah perlahan turun, memperlihatkan wajah yang basah oleh air mata.

Lalu Jasmine menatap Mamanya dan Arjuna bergantian, tatapannya tajam, penuh kekecewaan dan kesedihan. "Ternyata mama emang nggak sayang sama aku. Cuma papa dan bibi Kate yang sayang sama aku. Tulus mencintai aku. 

Kayaknya aku udah salah buat mengambil keputusan untuk akan kerja di kantor mama." 

Cahaya tercengang mendengar ucapan Jasmine. "Jasmine, apaan sih? Mama sayang kok sama kamu. Kamu anak mama." Cahaya ingin meraih tangan Jasmine, memeluknya erat, dan menghapus air matanya.

Tapi tatapan Jasmine yang seolah menolak semua itu membuat Cahaya mengurungkan niatnya.

Lalu Jasmine menghapus air matanya, matanya menatap Mamanya dengan serius. Seolah teringat sesuatu, dia berkata, "Kalau gitu Mama turutin kemauanku," katanya tegas. Tak bisa dibantah.

Senyum Cahaya perlahan terukir. Dia terlihat antusias. Selama menjadi seorang ibu, baru kali ini Jasmine meminta sesuatu kepadanya. Selain uang tiga puluh juta tadi, tentu saja.

"Apa Jas? Kamu mau apa dari mama?" tanya Cahaya.

Kening Arjuna berkerut mendengar permintaan Jasmine pada mamanya. Firasatnya langsung tidak enak.

Jasmine tersenyum miring, matanya melirik ke arah Arjuna. Wajah cemas Arjuna terlihat jelas, dan Jasmine menyukainya.

"Aku mau Mama kembalikan lagi Arjuna jadi OB kayak dulu. Bukan asisten pribadi. Asisten pribadi Mama di kantor sekarang aku, bukan Arjuna," perintah Jasmine, suaranya tegas, tak terbantahkan. Seperti kata-kata yang diucapkannya adalah mutlak dan harus dilakukan.

Cahaya dan Arjuna sama-sama terkejut. Arjuna sudah menduga jika hal ini pasti akan terjadi. Dan ternyata benar. Jasmine tidak bisa melihatnya menjadi asisten pribadi mamanya.

"Jas, tapi...," Cahaya tentu saja menolak permintaan Jasmine. Dia menjadikan Arjuna sebagai asisten pribadinya itu karena ingin dekat dengan Arjuna. Tapi kalau dia mengembalikan Arjuna ke posisinya yang dulu, bukannya semuanya akan sia-sia?

"Nggak ada tapi-tapian Ma! Mama harus turuti itu atau aku batal kerja di kantor Mama!" ancam Jasmine.

Lalu Arjuna menghela napas panjang, wajahnya tampak pasrah. "Nggak papa. Kamu kembalikan lagi aja posisiku yang dulu. Aku ikhlas kok. Asal bisa tetap kerja di kantor kamu aku udah seneng. Biar Jasmine yang jadi asisten pribadi kamu," kata Arjuna mengalah.

Sebenarnya berat baginya untuk melakukan ini. Pekerjaan sebagai asisten pribadi adalah pekerjaan yang cukup besar baginya.

Dia sudah merencanakan banyak hal di masa depan, tapi ucapan Jasmine sudah menghancvrkan semuanya. Dia pun terpaksa mengalah, dia tahu jika Jasmine tidak bisa dibantah. Hanya Papanya lah yang bisa untuk membantah Jasmine.

Lalu Jasmine teringat sesuatu. Dengan kedua mata membola, dia kembali bicara, "Oh iya hampir lupa, kalian kan pacaran ya dan ini lagi di kantor. Aku mau kalian bisa menjaga sikap, nggak mesra-mesraan terus dan panggil satu sama lain dengan panggilan aku kamu. 

Aku mau mama dan Arjuna memanggil satu sama lain dengan panggilan yang sewajarnya, tanpa atau aku melihatnya. Kalian berdua ngerti, kan?" 

Jasmine langsung memerintah, seolah-olah ia adalah bos di kantor itu.

Kedatangan Jasmine hari ini benar-benar mengubah segalanya. Cita-cita Cahaya yang telah direncanakannya sejak lama bersama Arjuna, langsung sirna begitu saja setelah kedatangan Jasmine.

"Hmm, tugas pertama udah kelar. Sekarang tinggal lanjut ke yang berikutnya. Pokoknya semua harus beres. Kunci emas itu harus jadi milik gue!" gumam Jasmine dalam hati. Suaranya penuh tekad dan keinginan.

"Bu, saya ijin keluar dulu ya, permisi." Arjuna berujar singkat, lalu berbalik dan melangkah keluar dari ruangan Cahaya. Cahaya menatap punggung Arjuna yang menghilang di balik pintu. Dia menghela nafas, lantas menggeleng pelan.

"Kenapa semuanya jadi kayak gini?" Cahaya bertanya dalam hati, matanya terpejam, tangan kanan terangkat menyangga kepalanya.

Jasmine melihat mamanya yang tampak tertekan dengan keinginannya. Ia tersenyum tipis, jujur ia senang melihat mamanya seperti itu. Hatinya terasa lega dan puas.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!