NovelToon NovelToon
PEWARIS DEWA NAGA SEASON 2: ETERNAL BLOSSOM

PEWARIS DEWA NAGA SEASON 2: ETERNAL BLOSSOM

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Penyelamat
Popularitas:27.4k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

🏆Sekuel Pewaris Dewa Naga🏆

Tujuh tahun setelah perang besar, kedamaian di Benua Feng hanyalah ilusi. Dunia di luar perbatasan telah jatuh ke tangan iblis, dan seorang pria asing muncul membawa rahasia besar. Dunia jauh lebih luas dari yang mereka kira, dan apa yang tersembunyi di balik kabut sejarah mulai terungkap—termasuk rahasia tentang asal-usul Liang Fei sendiri.

Siapa sebenarnya orang tuanya? Apa kaitannya dengan Pemimpin Sekte Demonic? Dan bisakah Zhiyuan, murid yang terjatuh dalam kegelapan, masih bisa diselamatkan?

Dengan persekutuan lama yang diuji, musuh baru yang lebih kuat, dan petunjuk yang mengarah ke dunia yang terkubur dalam sejarah, Liang Fei harus meninggalkan takhta dan melangkah ke medan pertempuran yang lebih besar dari sebelumnya.

Dunia telah berubah.
Dan perang yang sesungguhnya baru saja dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1 Legenda Yang Nyata: Pewaris Dewa Naga (ARC 1)

Gulungan ombak menyapu pantai dengan lembut, membawa serta pecahan kayu dan sisa-sisa kanopi kecil yang hancur berantakan. Di antara butiran pasir putih yang hangat, seorang pria muda tergeletak. Napasnya tersengal, tubuhnya lelah dan penuh luka.

Dengan gemetar, matanya perlahan terbuka—sepasang mata hijau yang menyimpan harapan, meski diwarnai kelelahan dan kepedihan.

Ia mengangkat kepalanya, menatap langit biru yang membentang luas di atasnya. Cahaya matahari menusuk tajam, menyilaukan pandangannya, namun di balik itu ada sesuatu yang lebih kuat dari sekadar cahaya matahari.

Ada kehidupan... kemungkinan baru, dan harapan...

Jari-jarinya yang kotor menggali pasir, merasakan kelembutannya, seolah tak percaya pada kenyataan yang sedang dihadapi. Kemudian, tanpa mampu menahan emosinya, ia terisak, air mata menelusuri wajahnya yang kotor.

"Akhirnya..." suaranya parau, bergetar di antara suara deburan ombak. "Aku sampai di sini... Benteng terakhir umat manusia."

...

Langit sore di Benua Feng diselimuti cahaya sore keemasan, angin berembus lembut, menggoyangkan pepohonan sakura yang bermekaran di taman kekaisaran.

Di bawah pohon itu, terlihat seorang anak laki-laki berusia sekitar enam tahun berdiri dengan gagah. Rambut putihnya tertiup angin, mata emas cerahnya berkilau penuh semangat. Dengan ranting kayu di tangannya, anak itu berdiri seperti seorang prajurit yang siap bertarung.

Sedangkan di hadapannya, ada seorang gadis kecil berusia sekitar lima tahun yang duduk di atas batu datar, kakinya yang mungil bergoyang riang. Pipi bulatnya sedikit bersemu merah, matanya berbinar penuh antusias.

Gadis kecil itu menggenggam boneka kelinci miliknya dengan erat, tidak ingin melewatkan satu kata pun dari cerita yang akan segera dimulai.

"Xi’er, ceritakan lagi!" seru gadis itu, suaranya penuh kegembiraan. "Bagaimana Sang Pewaris Dewa Naga melawan para iblis?"

Xi’er mengayunkan ranting kayunya ke udara dengan penuh semangat, menciptakan suara "swish" kecil.

"Dengarkan baik-baik, Yue’er!" katanya lantang. "Dunia ini… hampir dihancurkan oleh kegelapan!"

Ia melangkah maju, sorot matanya tajam, seolah benar-benar menjadi pahlawan dalam cerita yang ia kisahkan.

"Semuanya dimulai ketika gerbang iblis terbuka! Ribuan, tidak! Jutaan iblis turun dari langit, menutupi seluruh benua dengan bayangan hitam mereka!"

Yue’er menahan napas, matanya membesar. "Lalu? Apa yang terjadi?"

Xi’er melanjutkan, suaranya semakin dramatis.

"Para iblis menyerang tanpa ampun! Kota-kota dihancurkan, gunung-gunung meleleh menjadi lautan api! Langit berubah merah darah! Manusia hampir tidak memiliki harapan… sampai mereka datang!"

Xi’er melompat ke atas batu, berdiri dengan penuh keyakinan. "Pasukan Pembasmi Iblis! Para pendekar terkuat dari seluruh negeri berkumpul, membawa pedang dan tombak mereka! Mereka bertarung siang dan malam, menebas iblis tanpa henti!"

Ia mengayunkan ranting kayunya dengan cepat, berpura-pura menebas musuh yang tak terlihat. Yue’er bertepuk tangan kecil dengan penuh semangat.

"Hebat sekali! Lalu, lalu… apakah mereka menang?" tanyanya dengan mata berbinar.

Xi’er menghentikan gerakannya sejenak, ekspresi wajahnya berubah serius. Ia melangkah turun dari batu, lalu berkata dengan suara lebih rendah.

"Tidak semudah itu, Yue’er. Karena saat mereka hampir menang, dia muncul…"

Yue’er menggigit bibirnya, penasaran. "Siapa?"

Xi’er menegakkan tubuhnya, menatap jauh ke langit, seolah membayangkan sosok mengerikan itu.

"Pangeran Iblis…" katanya pelan, tapi penuh tekanan. "Dengan tanduk hitam yang berkilau di bawah cahaya bulan, mata merah yang bersinar seperti neraka, dan sayap gelap yang menutupi langit! Dia turun dari langit dengan api hitam yang membakar segalanya!"

Xi’er kemudian melangkah mundur, seperti sedang menghadapi musuh yang jauh lebih kuat.

"Pasukan Pembasmi Iblis mencoba untuk melawan, tapi satu per satu dari mereka berjatuhan! Tidak ada yang bisa menandingi kekuatan Pangeran Iblis!"

Yue’er menutup mulutnya dengan kedua tangannya, wajahnya yang imut penuh kekhawatiran. "Lalu bagaimana? Apakah mereka semua mati?"

Xi’er mengangkat rantingnya tinggi-tinggi.

"Tidak! Karena saat itulah… Pewaris Dewa Naga muncul!"

Ia mengayunkan rantingnya ke depan, matanya bersinar penuh keyakinan.

"Dia turun dari langit dengan cahaya emas yang menyilaukan! Rambut peraknya berkibar seperti api suci! Matanya bersinar emas seperti matahari tanpa batas!"

Yue’er terpesona, nyaris lupa berkedip.

"Pewaris Dewa Naga dan Pangeran Iblis bertarung! Pedang suci melawan api kegelapan! Mereka bertarung selama tiga hari tiga malam, mengguncang seluruh benua!"

Xi’er melompat ke atas batu lagi, menebas udara dengan rantingnya. "ZRAAK! Pedangnya beradu! BOOM! Gunung-gunung hancur! BUM! Lautan terbelah!"

Yue’er berpegangan erat pada boneka kelincinya, matanya berbinar penuh imajinasi. "Dan akhirnya?!"

Xi’er menurunkan rantingnya perlahan, wajahnya menjadi lebih serius. "Akhirnya… Pangeran Iblis terluka parah. Tapi sebelum bisa dibunuh, dia melarikan diri ke kegelapan."

Yue’er membuka mulutnya sedikit. "Jadi… dia masih hidup sampai sekarang?"

"Ya. Dan suatu hari nanti, dia akan kembali…" jawab anak lelaki itu penuh keyakinan.

Yue’er menggenggam bonekanya lebih erat, lalu menatap Xi’er dengan kagum. "Tapi jika dia kembali, Pewaris Dewa Naga pasti akan mengalahkannya lagi, kan?"

Xi’er menepuk dadanya dengan bangga. "Tentu saja! Dan kali ini, aku yang akan menjadi Pewaris Dewa Naga!"

Yue’er tertawa kecil, lalu bertepuk tangan. "Kalau begitu, aku percaya padamu, Xi’er!"

Sementara itu, di seberang taman yang diterangi cahaya keemasan senja, seorang wanita berdiri dengan anggun. Gaun putihnya berkibar tertiup angin sore, menciptakan bayangan lembut di atas rerumputan.

Dia adalah Seo Yun yang sekarang berganti nama menjadi Seo Fei setelah menikah bersama Liang Fei. Matanya yang jernih menatap putranya dengan lembut, sementara bibirnya membentuk senyuman tipis yang mengandung kehangatan serta sedikit rasa geli.

Putranya, Xi Fei, berdiri tegap di hadapan Zhang Yue, putri dari Zhang Tao dan Lin Hua, yang kini mengubah marganya menjadi Zhang Hua setelah menikah.

Xi Fei mengayunkan ranting kayunya dengan penuh semangat, membesar-besarkan kisah yang ia ceritakan demi terlihat lebih hebat di mata teman gadisnya. Seo Fei menggeleng pelan.

"Bocah ini... Sama seperti ayahnya," pikir Seo Fei bahagia.

Ia khirnya melangkah mendekati kedua anak itu dengan pelan sehingga langkahnya nyaris tanpa suara di atas rerumputan.

Xi Fei, yang sedang berkisah tentang "serangan dahsyat yang mengguncang langit dan bumi," tiba-tiba menghentikan aksinya saat melihat ibunya berdiri tidak jauh dari mereka.

“Ibu!” serunya, sedikit terkejut tetapi tetap berusaha mempertahankan sikap gagahnya.

Zhang Yue menoleh dan segera menundukkan kepala dengan sopan. “Selamat sore, Bibi Fei.”

Seo Fei tersenyum lembut, lalu berlutut dan mengusap kepala gadis itu dengan penuh kasih sayang. Rambut lembut Zhang Yue terasa sehalus sutra di jemarinya.

“Ibumu mencarimu, Yue’er. Pulanglah sebelum dia khawatir,” ucapnya dengan suara hangat.

Zhang Yue mengangkat wajahnya dengan mata sedikit melebar. “Oh iya! Aku sampai lupa waktu!”

Xi Fei, yang tadinya masih ingin melanjutkan kisah heroiknya, hanya bisa menurunkan rantingnya dengan sedikit kecewa. “Kita belum selesai, Yue’er!”

Zhang Yue terkikik. “Besok kita lanjutkan, ya?”

Xi Fei terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk dengan ekspresi serius. “Baiklah! Tapi besok aku akan menceritakan bagian di mana aku—eh, maksudku Pewaris Dewa Naga—mengalahkan Pangeran Iblis dengan teknik pamungkasnya!”

Seo Fei menahan tawa mendengar putranya yang tidak bisa berhenti membesar-besarkan kisahnya. Sementara itu, Zhang Yue hanya tertawa kecil, lalu melambaikan tangan sebelum berlari kecil meninggalkan taman.

Xi Fei menatap punggung Zhang Yue sampai gadis itu benar-benar menghilang di balik gerbang taman, lalu menghela napas pelan.

“Xi'er,” panggil Seo Fei lembut, membuat bocah itu menoleh.

“Ya, Ibu?”

“Hari sudah mulai gelap. Ayo masuk ke dalam,” ajaknya sambil meraih tangan kecil putranya.

Xi Fei menggenggam tangan ibunya dan mulai berjalan bersama, langkah kecilnya mengikuti irama langkah anggun Seo Fei. Mereka melewati taman yang mulai diselimuti cahaya temaram.

Saat mereka memasuki istana, Xi Fei menoleh ke arah ibunya dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu.

“Ibu, di mana Ayah?” tanyanya polos.

Seo Fei menoleh dan menatap putranya dengan lembut. “Ayahmu sedang rapat dengan yang lainnya.”

Xi Fei mengerutkan kening. “Kenapa Ayah selalu rapat?”

Seo Fei menoleh kearah putranya yang kini sedikit cemberut. Ia mengusap kepala anak itu dan berkata, “Karena Ayahmu adalah seseorang yang harus melindungi banyak orang. Itu tugasnya sebagai Kaisar.”

Xi Fei berpikir sejenak sebelum mengangguk paham. “Kalau begitu, aku juga harus menjadi kuat supaya bisa membantu Ayah nanti!”

Seo Fei tertawa kecil dan meremas tangan putranya dengan lembut. “Tentu saja, sayang. Suatu hari nanti, kamu akan menjadi seseorang yang sangat hebat,” katanya dengan keyakinan tulus.

"Hm! Aku jadi tidak sabar!" sahut Xi Fei antusias.

Mereka terus berjalan memasuki istana, sementara di kejauhan, langit mulai berubah menjadi ungu kebiruan, menandakan malam yang akan segera tiba.

1
Pokko Pokko
bahasa tidak mencerminkan novel fantasi timur lebih ke fantasi barat bahasa modern
Nanik S
Lian Fei... cepat bantu mereka
4You
gambar yang keren 👍
Nanik S
Liang Fei... harus tau siapa dan dari mana Asal Ibumu dan juga Ayahmu
Nanik S
Long Zen Ayah angkat Liat Fei
Nanik S
Alur dan cerita yg bagus
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Punah sudah harapan Shi Yur
Nanik S
Lanjutkan dan 💪💪💪💪
Nanik S
Akhirnya ketahuan juga Fang Xian
Nanik S
Bantai semua dan hancurkan mereka
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Apakah Orang Tua Lian Fei masih hidup
Nanik S
Lanjutkan Tor 🙏
Nanik S
Apakah Liang Fei keturunan mereka
Nanik S
Lunarris.... siapa sebenarnya Liang Gei
Nanik S
Iblis.... Blaaaaar hancurkan semuanya
Nanik S
Bagus... lanjut
Nanik S
Sangat keren
Nanik S
Apakah ada Makluk hana didalam lautan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!