Yasmin, janda muda dan cantik harus menerima jadi istri simpanan seorang pria kaya dan sudah beristri. Berawal dari pertemuan tak sengaja Reynald dengan Yasmin yang tak lain adalah karyawannya sendiri di dalam lift perusahaannya. Reynald tertarik pada pandangan pertama dan setelah ditelusuri Yasmin ternyata memiliki pekerjaan sampingan sebagai wanita panggilan.
Reynald merupakan seorang pengusaha di bidang properti dan real estate. Ia memiliki seorang istri cantik dengan segala kegiatannya sebagai sosialita. Hidup bergelimang harta membuat Aurel lupa diri hingga terlibat perselingkuhan dengan pria lain, hal itulah yang membuat Reynald perlahan mencari pelarian untuk melayani hasrat sexnya. Sedangkan Yasmin menerima jadi istri simpanan untuk memenuhi semua kebutuhan hidup dirinya dan keluarga.
Apakah pernikahan Yasmin dengan sang BOS bisa terendus? Dan apakah pernikahan mereka berdua murni karena *** semata?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Jayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Sepanjang perjalanan menuju kantor, bibir Reynald tidak berhenti mengembang. Satu tangannya menggenggam erat tangan Yasmin menyampaikan pesan bahwa 'kini kamu adalah milikku seutuhnya'.
Begitu juga Yasmin, merasakan kehangatan yang diberikan suami barunya lewat sentuhannya itu. Yasmin menyandarkan kepalanya di bahu Reynald lumayan masih ada waktu sebelum mereka berpisah di persimpangan jalan.
Sopir pribadi Reynald melirik pada Romi lewat kaca spion depan yang menggantung, rasanya sudah lama melihat majikannya tidak sebahagia sekarang. Romi hanya membalasnya dengan tersenyum tipis, dia bersyukur setidaknya hati yang telah lama kecewa bisa bersemi kembali.
"Yakin mau turun saja di sini?" Di persimpangan jalan sesuai permintaan istrinya. Jaraknya lumayan satu blok menuju kantor.
"Yakin, Pak. Soalnya saya tidak mau ada yang melihat saya dengan Bapak bersama," jawab Yasmin yakin.
"Tapi heelsmu?" Reynald melirik ke arah bawah.
"Heelsnya tidak terlalu tinggi jadi aman dipakai berjalan."
"Oke, kalau begitu hati-hati. Jangan bermain ponsel ketika di jalan, saya tidak mau sesuatu terjadi sama kamu."
Anandita tersenyum seiring hatinya yang menghangat.
Reynald mengembangkan senyumannya lagi, dia meraup dagu Yasmin dan tak lama kemudian dia sudah mencium kening istri keduanya itu penuh perasaan.
Beberapa saat kemudian mobil milik Reynald berputar arah bukan menuju kantor melainkan kembali ke suatu tempat. Mobilnya melaju dengan kencang memasuki sebuah rumah mewah bergaya Eropa modern.
Rumah di mana Reynald dibesarkan itu tidak mengalami banyak perubahan. Hanya sekarang ditambahkan kebun mini sebagai tempat ibunya mengoleksi berbagai macam tumbuhan kesayangannya.
Reynald turun dari mobil dan lekas menemui seseorang di dalam. Sementara Romi dan sopir menunggu di luar.
Kepala asisten menyambut kedatangan Reynald, lalu mempersilahkannya masuk.
"Dimana ibu?" tanya Reynald kepala asistennya itu.
"Nyonya besar sedang berada di kebun belakang, mari saya antar Tuan Muda." Kepala asisten hendak melangkah namun Reynald segera menahannya.
"Biar saya saja," kata Reynald kemudian pergi menuju area di belakang rumah.
Perempuan paruh baya yang baru dua hari kemarin berkunjung ke rumahnya begitu asik memotong bagian tumbuhan yang sudah kering dan membuangnya.
Melihat seseorang berjalan dari arah dalam, Ambar mendongakan kepalanya ternyata puternya lah yang datang.
"Reynald, Ibu tidak menyangka kamu akan datang." Ambar menyimpan perkakas kebunnya dan langsung mencuci tangannya lebih dulu lalu menghela Reynald duduk di kursi taman.
"Apa yang membawamu datang ke sini, apa ada sesuatu?" Ambar menelisik raut wajah puteranya yang hendak akan bicara.
"Aku sudah menikahinya, jadi Ibu tidak perlu repot-repot lagi mengurusi rumah tanggaku dengan Silvia. Aku sudah punya pilihan dalam hidup yang tidak bisa diganggu siapapun, termasuk Ibu!" tegas Reynald dengan sorot mata yang tajam.
"Apa? Istri? Kamu sudah menikahinya?" tanya Ambar dengan mata membulat sempurna. Dia tidak menyangka puteranya akan senekat itu.
"Kamu menikahinya tanpa memberitahu Ibu? Inikah balasanmu terhadap orang yang melahirkanmu ke dunia hah?" Ambar tampak kacau, dia bahkan tidak sudi menatap Reynald. Baginya sekarang Reynald dan istri keduanya sudah sama-sama tidak selevel lagi dengan trahnya.
"Aku menikahinya cepat-cepat agar Ibu tidak bertindak sesuka hati dan agar Ibu tahu kalau aku tidak main-main dengannya dan pernikahanku dengan Silvia sudah tidak bisa dipertahankan lagi!"
"Ibu tidak akan pernah mengakuinya sebagai menantu, menantu Ibu hanya satu yaitu Silvia!"
"Terserah Ibu saja!" Reynald bangkit dari duduknya kemudian meninggalkan rumah besar Ambar dengan perasaan puas.
Dengan begitu tidak akan ada siapapun yang berani memisahkannya dengan Yasmin, tidak akan ada!
***
"Yas, kalungmu baru ya? Berlian Yas?" tanya Sani sambil memegang kalung yang dipakai Yasmin.
Yasmin jadi tidak nyaman memakainya kalau bukan karena Reynald yang memaksanya, dia mana mau memakai barang mahal itu ke kantor karena akan mengundang perhatian orang lain.
Farah yang kebetulan lewat setelah dari pantry, ikut melirik benda apa yang bertengger di leher Yasmin. Dia tersenyum smirk.
"Dapat berapa semalam, Yas?" tanya Farah seolah mengejeknya lalu pergi begitu saja ke ruangannya.
Sani dan Dina memandang heran pada perempuan yang hampir menginjak usia 38 tahun itu.
"Dia sirik kali di usianya yang hampir 40 masih belum ada suami. Makanya lihat kamu pakai ini kiranya dapat dari pacar kamu, jadinya gitu deh." Sani membela.
"Sudahlah jangan dipermasalahkan, biarkan saja." Yasmin mencoba berdamai, dia tidak mau orang-orang tahu Farah selalu bersikap seperti itu padanya.
"Tapi ngomong-ngomong ini berlian mahal, Yas. Pasti yang ngasihnya orang kaya," kata Dina.
"Eh siapa tahu Yasmin yang beli sendiri. Iya kan Yas?" timpal Sani.
"Aduh sudah-sudah deh kalian berisik. Sebentar lagi jam delapan, ayo kita mulai kerja." Yasmin menutup pembicaraan kedua temannya dengan mengibas-ngibaskan tangannya mengusir mereka berdua.
Tentu saja hanya sorak kecewa yang Yasmin dapatkan dari mulut keduanya.
*
Suasana Hartawan Grup mendadak heboh dengan kedatangan seseorang yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya.
Silvia menurunkan kaca mata hitam mewahnya tak kala memasuki lobby kantor setelah jam makan siang selesai. Dia membawa sebuah paper bag dari toko kue terkenal.
Beberapa orang yang berpapasan dengannya mengira Silvia adalah seorang artis. Mereka terkagum-kagum dengan gaya Silvia yang selangit, glamour.
Silvia tersenyum pada orang yang sudah lebih dulu berada di dalam lift, Yasmin pun membalasnya dengan senyuman juga.
Mereka berdua kini berdiri bersebelahan menunggu sampai di tujuan mereka masing-masing. Silvia melirik sekilas pada kalung yang Yasmin pakai, punya kelas juga. Pikir Silvia.
Lift berdenting dan sampai di lantai tempat kerja Yasmin, dia menundukkan kepalanya hormat lebih dulu sebelum ke luar lift pada Silvia. Sedangkan Silvia ke lantai ke tempat suaminya berada.
Silvia melangkah penuh percaya diri, dia menyapa sekretaris Reynald lebih dulu lalu memberikannya sebuah bingkisan kecil.
"Ibu Silvia tidak perlu serepot ini memberikan saya bingkisan," ucap Helen menerima pemberian Silvia.
"Tidak repot, hanya hadiah kecil saja. Apa suami saya ada di dalam?" tanya Silvia sesudah Helen menyimpan bingkisan darinya.
"Bapak ada, Bu. Mari saya antar." Helen mengetuk pintu lebih dulu lalu membukakan pintu ruangan atasannya mempersilahkan Silvia masuk.
Reynald mendongakan kepalanya, melihat Silvia datang tanpa di duga-duga.
Tatapan Reynald tidak sesuai yang diharapkan Silvia. Dia berharap, Reynald akan menyambutnya dengan suka hati dan menyimpan rapat permasalahan mereka di rumah.
Silvia berjalan gemulai mendekati Reynald. Dia meminta Romi meninggalkan mereka berdua.
Setelah di rasa tidak ada orang lain lagi di ruangan itu. Silvia melemparkan sebuah foto ketika Reynald dan seorang perempuan memasuki hotel milik suaminya sendiri.
"Katakan siapa perempuan itu? Aku tahu dia ada di perusahaan ini tapi sayangnya aku tidak tahu dia siapa. Jangan sampai aku tahu wajahnya karena aku tidak akan membiarkan dia kembali menampakan dirinya di depan umum lagi!" ancaman Silvia tidak main-main, ia akan bertindak lebih tegas demi mempertahankan rumah tangganya.
***
Bersambung...